Bab 8

21 0 0
                                    

Happy Reading ^_^

Alisya POV

Di saat hati Alisya sedang kacau memikirkan Rasya, ia memutuskan untuk pergi menghibur diri sejenak ke sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Setibanya di kafe, Alisya mengambil posisi duduk yang terletak di pojok bagian kanan. Alisya sengaja memilih tempat tersebut karena hanya itu tempat duduk yang tersisa.

Alisya melambaikan tangannya ke arah pelayan kafe. Pelayan tersebut datang menghampirinya dan menanyakan pesanan apa yang akan ia pesan.

Alisya memutuskan untuk memesan kentang goreng dan lemon tea.
Selagi menikmati makanan yang ia pesan, Alisya menundukkan pandangannya ke arah gawai yang sedang ia mainkan.

Alisya memfokuskan untuk tidak membuka chat WA dari Rasya karena bagi Alisya di saat seperti ini ia tidak ingin menggangukan pikirannya mengenai Rasya. Ia mengalihkan itu semua dengan membuka Instagram pribadi miliknya.

Fokus Alisya kini pecah saat ada seorang pria yang berada di sampingnya bicara.

“Permisi gue boleh duduk di sini soalnya tempat duduk lain udah penuh”. Ucap pria yang lumayan tinggi itu.

Alisya memperhatikan sekelilingnya dan ternyata benar yang tersisa hanyalah tempat duduk yang kini ia gunakan “boleh kok. Silakan aja”.

Meja yang berbentuk persegi dengan kapasitas kursi 2 orang menjadi hal yang wajar saat pria itu minta untuk duduk di depan Alisya.

Pria itu tersenyum “Makasih”. Pria itu melanjutkan memakan makanan yang telah ia pesan.

Alisya tetap saja fokus dengan gawainya tanpa melihat pria itu.

“Oh iya kita belum kenalan. Nama gue Alfin”. Ucap Alfin yang mengulurkan tangannya kepada Alisya

“Gue Alisya”. Alisya membalas uluran tangan dari Alfin.

“Lo di sini cuma sendiri”?. Tanyanya.

“Ya, lo bisa lihat kan kalau gue sama orang lain enggak mungkin gue mempersilakan lo untuk duduk di sini”. Kali ini Alisya sangat tidak mood untuk diberi pertanyaan.

Alisya kembali memainkan gawainya.

“Kalau begitu gue minta maaf karena udah ganggu lo. Biar gue pergi aja dari sini”. Ucap Alfin yang menyudahi makanya kali ini.

Alisya yang mendengar hal tersebut langsung menoleh ke arah Alfin “gue minta maaf. Lo jangan pergi dari sini lagi pula makanan lo juga belum habis” .

“lo lagi ada masalah? Kalau lo mau cerita gue mau kok dengerin cerita lo”. Ucap Alfin.

“gue enggak apa-apa kok. Berhubung gue udah selesai makan gue permisi”.

Alisya memundurkan kursinya agar ia bisa leluasa untuk pergi.

“Alisya”. Alfin memanggilnya tapi Alisya sama sekali tidak menengok ke arahnya.

***

Ada satu hal yang menjadi tempat kesukaan Alisya di mana lagi kalau bukan perpustakaan. Berhubung ada mata kuliah yang mewajibkan mencari buku maka dari itu ia beserta sahabatnya segera melangkahkan kakinya menuju ke perpustakaan.

Alisya dan ke lima sahabatnya mencari buku secara terpisah. Gigi, Vio, Sulis mencari buku kumpulan puisi, Rani dan intan mencari buku kumpulan dongeng sedangkan Alisya mencari buku novel.

Masing-masing dari mereka sedang mencari buku yang mereka inginkan. Alisya menelusuri novel di setiap bagian rak lemari.

Berjongkoklah Alisya di bagian paling bawah dari rak tersebut dan melihat satu per satu bagian dari novel itu.

Alisya telah menemukan novel apa yang ia inginkan. Saat ia berdiri kepala Alisya kepentok tangan seseorang.

“Aw”. Alisya mengeluskan kepalanya yang sakit.

“Eh maaf. Lo enggak apa-apa kan”?. Tanyanya sambil memegang kepala Alisya.

Alisya yang sadar itu langsung mengangkat kepalanya dan menghindarkan tangan Alfin dari kepalanya.

Betapa kagetnya ia atas apa yang ia lihat “Alfin”.

“Alisya”. Ucap Alfin kaget. “gue minta maaf. Pasti sakit yah”. Alfin kembali memegang kepala Alisya.

“Cuma sakit sedikit tapi enggak apa-apa kok. Santai aja”.

Alfin menggarukan kepalanya yang tidak gatal “lo suka baca novel”?

“Kebetulan ada tugas mata kuliah dan gue juga suka novel maka dari itu gue pilih novel. Kalau lo sendiri suka baca novel juga”?. Tanya Alisya.

“Enggak. Cuma gue iseng-iseng aja melihat kumpulan novel ini. Kalau lo enggak keberatan gue bisa minta nomor lo. Soalnya waktu di kafe lo langsung pergi. Jadinya gue enggak sempat minta nomor lo dan kebetulan kita ketemu di sini yah sekalian aja. Gimana?”. Tanya Alfin.

Alisya terdiam sejenak.

Kalau gue kasih nomor gue sama Alfin otomatis gue bisa move on dari Rasya. Hmm gue coba aja dulu deh. Siapa tahu Alfin ini memang cowok yang baik enggak kaya Rasya, batin Alisya.

Alfin melambaikan tangannya di hadapan Alisya “lo kok bengong. Jadi gimana boleh”?

Alisya mengangguk.

Di pertemuan pertama mungkin alam belum berpihak pada Alfin tetapi untuk kali ini dewi fortuna datang menghampirinya.

Semenjak Alisya dan Alfin saling tukar nomor telepon, hubungan mereka secara intens di lakukan hanya lewat gawai saja dan selama Alfin berkomunikasi dengan Alisya belum pernah sama sekali Alfin mengajak Alisya keluar. Chat yang di lakukan oleh Alisya dan Alfin hanya sebatas pertanyaan-pertanyaan yang sudah terbilang biasa yang di lakukan oleh orang-orang di luaran sana, sepeti sudah makan belum, lo lagi ngapain, sudah mandi belum yah hanya sebatas itulah tahapan komunikasi mereka belum terlalu mengungkapkan kepribadian dari sosok Alfin.

***

Hari ini Alisya mendapatkan tugas dari ketua panitia untuk memasang pemberitahuan di mading kampus mengenai diadakannya lomba pekan seni olahraga yang di selenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan.

Alisya memasang poster tersebut di mading yang berbatasan langsung dengan Prodi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Alisya memfokuskan untuk menempel satu persatu poster tersebut. Setelah selesai memasang, Alisya membalikkan badan mungilnya itu dan saat ia membalik badannya tepat di hadapannya ada Alfin yang berdiri menghadap dirinya.

Alisya menunjuk tangannya kepada Alfin “lo lagi. Kenapa bisa lo ada di sini”?.

“Astaga lo lagi. Kenapa kita selalu saja ketemu. Waktu itu di kafe, kemarin di perpustakaan dan sekarang di depan mading. Apa jangan-jangan kita jodoh”. Ucap Alfin serius.

Wajah Alisya seketika berubah. Ia seolah-olah kaget atas apa yang di katakan oleh Alfin.

“Mukanya jangan gitu dong. Gue bercanda kok”. Ucap Alfin tertawa.

“Apaan sih. Lo belum jawab pertanyaan gue tadi. Kenapa lo bisa ada di sini”. Tanya Alisya penasaran.

“Gue anak Bahasa Inggris. Kalau lo ngapain pasang pemberitahuan di mading”? Tanya Alfin kembali.

“Gue anak Bahasa Indonesia dan kebetulan gue disuruh sama ketua panitia buat pasang poster ini di mading”.

“Oh jadi gitu. Hm berarti kita tetanggan dong”. Alfin melontarkan senyum tipis miliknya.

Bagi Alisya tiga kali pertemuannya dengan Alfin membuat Alisya menjadi kepikiran karena baginya itu suatu hal yang sangat-sangat di luar dugaan.

Akhirnya ada bab juga yang aku bikin yang lumayan panjang
Gimana ngeliat Alisya dan Alfin. Apakah mereka ada aura-aura kecocokan hehehehe.
Jangan lupa untuk tinggalin jejak like+komen
Ssttt jangan jadi silent readers
Next
👇👇

Menunggu Tuk Jadi PacarmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang