BAB 3

567 153 125
                                    

SIMPAN, DIAM, RASAKAN :')

••

Mereka pergi menuju kafe yang berada di Kota Bandung, lokasinya tidak jauh dari rumah Reina, karena supaya Reina tidak pulang terlalu larut malam.

“Mari mas, mbak. Mau pesan apa?” Tanya waiters kafe tersebut pada Reina dan Zafran yang baru saja duduk.
“Mau minum apa, sayang?” Tanya Zafran lembut, pada Reina.

“Red velvet yang ice ya.” Jawab Reina.

“Makan?” Tawar Zafran. Reina hanya menggeleng.

“Red velvet icenya 1 sama americano coffe hotnya 1 mba.”  Jelas Zafran pada waiters tersebut.

“Oke mas. Ditunggu ya” Lalu waiters itu pergi untuk membuatkan pesanan mereka.

“Ada mau ngomong apa?” Zafran memulai berbicara.

Reina sedikit terkejut, karena ia sedari tadi memikirkan bagaimana ia mulai menjelaskan dan menceritakannya pada Zafran.

“Oh, ee itu.. Ee..” Reina gugup, ia nampak takut untuk berbicara dan tidak bisa menutupinya.

“Ada apa, Na? Kenapa? Mau omong apa?” Tanya Zafran mulai serius.

Tatapannya mulai dingin, tidak hangat seperti tadi karena tingkah Reina yang aneh membuat Zafran curiga padanya.

“Zaf?” Reina memanggil Zafran, pelan. Zafran hanya menaikkan satu alisnya, tanda dia menjawab ada apa.

“Mmm.. Candra ada kabar. Kemarin dia chat aku. Aku enggak tau dia dapet nomor aku darimana. Dia bilang, dia bakal balik lagi. Aku enggak tau itu kapan.” Reina menjelaskannya pada Zafran.

“Tapi aku beneran gatau Zaf dia bakal beneran balik apa enggak. Kalo bener aku enggak bakal mau ketemu kok. Beneran Zaf.” Ucap Reina lagi, meyakinkan Zafran agar mempercayainya.

Rasa takut yang dirasakannya bercampur menjadi satu dengan rasa khawatirnya pada Zafran bagaimana ia mendengarnya dan mengetahuinya. Reina tidak berani menatap Zafran. Ia hanya menundukkan kepalanya sedari tadi.

Amarah Zafran meninggi. Ia terkejut akan penjelasan Reina. Dia sangat membenci Candra, dia tidak suka Candra. Emosi Zafran menaik, tapi Zafran masih bisa menutupinya karena ia sadar, ia baru saja berbaikan dengan Reina. Zafran mencoba menahan emosinya, tetapi sikap dinginnya dan cuek itu muncul kembali.

“Mana hp?” Tanya Zafran dingin pada Reina.

Lalu Reina segera membuka tasnya untuk memberikan hp nya. Zafran membuka chat di hp Reina. Lalu ia melihat pesan masuk dari nomor yang tidak Reina simpan.

“Bangsat!” Gumam Zafran sambil mengepalkan satu tangannya.

Zafran lalu memandang Reina, ia melihat Reina yang merasa takut terhadap dirinya. Zafran menghembuskan nafas kasar.

“Berani lo macem-macem sama gue pas dia balik. Gue ga tinggal diem. Bilang sama gue kalo dia beneran balik. Jangan ada yang ditutupi. Dan lo jangan jadi cewe kayak dulu lagi.” Ucap Zafran, sedikit kasar, judes, dan dingin.

Reina sedikit terkejut atas perkataan Zafran yang terakhir, tetapi Reina hanya bisa pasrah dan sabar. Karena Reina sudah tahu Zafran akan berbicara seperti itu saat ia sudah mulai emosi pada dirinya. Reina lalu hanya mengangguk pelan.

“Pulang.” Perintah Zafran.

Zafran lalu bangkit dari kursinya, berjalan terlebih dahulu meninggalkan Reina yang masih di dalam untuk membayar minumannya.

HESITANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang