3 tahun yang lalu ...
“Anak kelas sepuluh ya?” tanya seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda. Ikat rambut besar berwarna merah.
“Tau dimana anak-anak kelas sepuluh yang lain gak? Aku habis dari toilet soalnya, jadi ketinggalan,” ujarnya lagi kepada seorang cowok di depannya.
Sepatu putih bersih, rambut yang rapi disisir ke belakang. Baju seragam putih yang keluar dan berantakan. Dia, cowok itu sedang duduk di sebuah taman belakang sekolah. Tepatnya di dekat perpustakaan.
“Halo? Denger gak tadi aku nanya apa?” tanya gadis itu lagi.
“Ada di lapangan basket,” jawabnya datar, tanpa menatap muka gadis di depannya itu.
“Makasih. Kamu, gak ikut ke sana? Nanti kamu di hukum, baru tau rasa,” ujar gadis itu.
“Gak.”
“Kenalin, aku Reina. Reina Amelia,” ujarnya sambil mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan.
Seulas senyum dia ciptakan.
Lelaki itu hanya diam. Menatap datar tangan yang terulur di depannya. Tanpa basa-basi dia mengabaikannya begitu saja.
“Gak baca, tanda nama gue yang nempel di baju?” ujar lelaki itu setelah berdiri dari duduknya.
“Zafran Bramawijaya,” ujar Reina. “Namanya bagus,” pujinya.
“Gak usah sok kenal. Apalagi sok akrab,” ujarnya dingin.
Zafran melenggang pergi begitu saja. Berjalan terlebih dahulu dengan kedua tangan dia masukkan ke dalam saku celana.
Reina menatapnya aneh dan tidak paham. “Kenapa? Emang gue salah ya ngajak kenalan? Biar punya temen, lagian juga anak baru,” dumelnya kesal sendiri.
Dia lalu pergi berjalan menuju lapangan basket. Di mana semua siswa kelas X berkumpul, mengikuti masa MPLS. 3 hari sudah berlalu, dan ini hari terakhir masa MPLS-nya. Hingga saat ini pun Reina belum menemukan teman yang pas di sekolah barunya. Mengenalnya saja belum, apa lagi memahaminya satu per satu.
Hari berikutnya pun tiba. Semua siswa/i kelas X berkumpul di aula, untuk pembagian kelas sesuai jurusan masing-masing. Reina berdiri di barisan paling depan sendiri bersama anak perempuan yang lainnya. Seorang wanita paruh baya dengan konde andalannya, tengah berdiri di depan mimbar memberikan sepatah, dua patah kata untuk anak-anak kelas X yang baru. Satu per satu nama disebutkan sesuai dengan kelas yang sudah ditentukan dengan jurusan masing-masing.
“Baik. Sekarang kalian bisa berdiri, baris dengan rapi sesuai dengan kelas kalian masing-masing,” ujar Bu Iren.
“Baik Bu!”
Semua siswa/i bergerak menuju barisan kelas masing-masing. Suara gemuruh dari mulut satu ke yang lain terdengar sangat keras dan menggema, untuk menemukan barisan, bahkan teman baru. Ada yang lebih memilih diam menunggu seseorang datang mengajaknya berkenalan. Ada yang heboh memilih teman yang pas dan sesuai dengannya. Ada yang malu-malu kucing ingin berkenalan.
“Hai! Kamu, X IPS 1 ya?” tanya Reina dengan seorang gadis berkucir kuda. Wajahnya terlihat familiar. Sangat bisa ditebak, dia mudah diajak untuk bergaul.
“Hai! Iya, kamu juga?” tanya dia kembali.
“Wah! Sama! Kenalin, aku Reina. Reina Amelia,” ujar Reina sambil mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HESITANT
Teen FictionMasa lalu atau masa depan apakah sama? Mengandung luka namun banyak arti atau menyimpan banyak kenangan indah namun menyakitkan? Dengan kehadiaran kedua lelaki dikehidupan yang baru, sungguh menyulitkan. Antara harus tetap bertahan dengan yang sekar...