Jungkook menimang-nimang perkataan kakaknya beberapa hari lalu untuk mengutarakan perasaannya pada Seokjin. Jungkook masih belum berani untuk mengatakannya, ia takut kalau Seokjin akan menjauhinya nanti setelah tahu perasaannya. Tapi, rasanya menggebu-gebu ingin sekali mengatakannya pada Seokjin. Kalimat bahwa mungkin saja dia juga menyukaimu terus terngiang dikepala Jungkook. Tapi, bagaimana kalau Jungkook salah mengira?
Jungkook sejak tadi mondar-mandir dikamarnya, ia menunggu Seokjin membalas pesannya dengan khawatir. Pintu kamarnya sedikit terbuka hingga orang yang melintasi kamarnya dapat melihat kelakuan anehnya itu. Biasanya, Jungkook akan sedang berolahraga disaat-saat seperti ini, entah mungkin melakukan sit up atau push up, tapi, apa mondar-mandir adalah jenis olahraga baru Jungkook? Namjoon penasaran dibuatnya.
Namjoon mengetuk pintu kamar adik kecilnya itu. Kelakuan adiknya semakin aneh-aneh saja belakangan ini, Namjoon tidak bisa bersikap apatis. Jungkook mengalihkan atensinya dan mendapati kakak tertuanya berdiri diambang pintu yang sudah terbuka sedikit. Jungkook segera menghampiri kakaknya dan membuka pintunya sedikit lebih lebar.
"Sedang berlatih?" tanya Namjoon
"Uh.. Tidak." Jawab Jungkook kikuk seraya mengusap belakang kepalanya canggung
"Boleh aku masuk?" tanya Namjoon dan Jungkook mempersilakan
Jungkook menutup pintunya ketika kakaknya telah masuk. Kakaknya kemudian duduk ditepi ranjang milik Jungkook dan menepuk-nepuk pelan ranjang tersebut mengisyaratkan padanya untuk duduk disana. Sementara sang empunya kamar berjalan dengan harap-harap cemas.
Ada apa sang kakak menghampirinya begini?
Namjoon mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar adiknya, ia dapat melihat banyak figura robot-robot dimeja pajang milik Jungkook. Adiknya itu menggemari superhero Amerika. Sejak dulu, permintaan Jungkook hanya ingin dibelikan superhero asal Amerika dan mengoleksinya.
"Apa yang sedang kau lakukan? Sesuatu mengganggumu, Kook?" tanya Namjoon lembut ketika adiknya itu sudah duduk disisinya, ia bahkan duduk dengan menghadap kearah sang adik
"Eung..." Jungkook menggumam, ia bimbang apa ia harus mengatakan sejujurnya pada kakak tertuanya? Ini benar-benar mengganggu Jungkook. Ia takut, kalau kakaknya ini akan memintanya berhenti jatuh cinta
"Tidak perlu takut, Kook. Aku tidak akan memakanmu." Ujar Namjoon lalu menjawil hidung mancung sang adik, sebagai seorang kakak yang peka, Namjoon dapat merasakan aura ketakutan milik sang adik
Jungkook tersenyum seadanya, kedua kakaknya ini benar-benar masih melihatnya sebagai adik kecil mereka. Padahal, Jungkook sudah besar.
"Berjanji untuk tidak marah?" Jungkook mengacungkan jari kelingking tangan kanannya dan kemudian langsung disambut oleh jari telunjuk Namjoon yang mengait pada jarinya
"Apapun untukmu, Kookie." Kata Namjoon dan sukses membuat Jungkook sedikit lega
"Kau sudah tahu kalau aku sedang menyukai seseorang." Kata Jungkook memulai setelah kaitan jari mereka terlepas
Namjoon masih diam mendengarkan, ia memandang wajah sang adik dari samping. Terlihat adiknya tengah bimbang dan terus menimbang-nimbang sesuatu. Namjoon tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu adiknya. Dan itulah yang tidak Namjoon suka. Ia tidak suka melihat sang adik yang biasanya ceria berubah menjadi mendung begitu.
Baru saja Jungkook akan melanjutkan kalimatnya, ponselnya bergetar. Pesan yang sejak tadi ia tunggu. Ia segera mengecek ponselnya dan mendapati 2 pesan dari Seokjin. Wajah Jungkook seketika cerah dan itu membuat Namjoon bingung dengan perubahan ekspresi sang adik.
"Sebentar, kak." Jungkook mengintruksi dengan mengangkat tangannya diantaranya dengan Namjoon, ia segera membuka pesan tersebut
Senior Seokjin.
"Aku baru saja selesai membuat kue, Kook."
"Kau mau mencobanya?" caption tersebut ia kirimkan bersamaan dengan gambar kue bolu yang dikirimnya
Jungkook tersenyum, pikiran-pikiran negatif yang sejak tadi menyelimuti benaknya enyah begitu saja, ia segera membalas pesan tersebut.
"Kalau kau memaksa, aku tidak bisa berkata tidak." Jungkook menyertakan emoticon dengan liur itu diakhir kalimat. Send
Jungkook kemudian menyimpan ponselnya kembali. Ia kembali memberikan atensi pada sang kakak.
"Siapa? Seseorang yang kau suka?" tebak Namjoon dan adiknya terlihat tersipu malu
Namjoon menggeleng maklum, adik kecilnya sudah besar sekarang.
"Sesenang itukah?" Namjoon mengusak pelan surai adiknya dan Jungkook mengelak
"Kau merusak tatanan rambutku, kak!" gerutu Jungkook pura-pura marah
"Kau tidak akan berubah jelek hanya karena aku mengacak rambutmu, Kook." Sahut Namjoon dan Jungkook menatapnya sebal kemudian Namjoon tertawa renyah, "Lanjutkan." Pinta Namjoon mengingat pembicaraan mereka sempat terpotong
"Ya, dia adalah seniorku di Universitas. Ia adalah seseorang yang pintar dan baik. Ia pernah beberapa kali membantuku mengerjakan tugas, um, maksudku ia memberi penjelasan lebih rinci dan terkadang memberi saran pada tugasku. Kami selalu berkirim pesan setiap hari, ia bahkan tidak keberatan dengan aku yang mungkin saja mengganggunya. Ia tidak pernah berkomentar dengan perhatian yang aku berikan karena ia juga memberiku perhatian. Jujur saja, aku tidak pernah merasa kesepian karenanya, bahkan meskipun aku harus sendiri dirumah tanpa ada kak Namjoon dan kak Taehyung." Jungkook melanjutkan ceritanya panjang dan Namjoon masih setia mendengarkan, "Kak, apa kalau ibu dan ayah mengetahui ini, apa mereka akan marah padaku? Maksudku, aku sedang menyukai seseorang. Kak Taehyung bilang, jatuh cinta bisa menjungkirbalikkan dunia seseorang." Tanya Jungkook gamang
Ayah mereka cukup galak, dan ibu mereka tidak cukup kuat untuk meredam kegalakan sang ayah dan itu membuat mereka takut untuk berbuat nakal.
Namjoon tersenyum tenang, ia menepuk bahu tegap milik adiknya. "Selama kau baik-baik saja, aku yakin ayah dan ibu tidak masalah dengan itu. Kami sangat menyayangimu, Kook. Sehingga kami terlalu takut kau akan terluka." Jelas Namjoon dan Jungkook mencelos mendengarnya
Meskipun itu bukan pertama kali ia mendengar penuturan itu, tapi tetap saja rasanya ia begitu dicintai.
Jungkook tersenyum kemudian, "Aku berjanji untuk baik-baik saja, Kak." Ujarnya mantap
"Lantas, apa yang mengganggumu? Aku melihatmu gelisah sejak tadi."
"Aku terlalu ingin mengungkapkan perasaanku padanya. Apa sikapnya bisa kuanggap bahwa dia juga menyukaiku?"
"Dia perhatian padamu, membalas pesanmu tanpa merasa bosan, sering membantumu. Kalian cukup dekat, ya?" Jungkook mengangguk malu
Namjoon juga mengalami hal itu bersama Seokjin sebelum mereka menjalin hubungan yang spesial seperti sekarang. Seokjinnya perhatian, membalas pesannya bahkan menjawab panggilannya tak peduli waktu. Nyatanya, Seokjinnya juga menyukainya. Apa Namjoon bisa mengandalkan pengalaman itu pada adiknya?
"Kurasa begitu." Jawab Jungkook
Namjoon tampak berpikir, apa yang harus ia katakan pada adiknya?
"Jadi, bagaimana menurut kak Namjoon? Apa aku katakan saja padanya?"
"Perasaan seseorang tidak bisa ditebak, Kook. Aku tidak akan mengatakan hal yang muluk. Tapi, jika kau yakin, maka katakanlah." Begitu kata Namjoon setelah lama berpikir
Jungkook memeluk kakaknya kemudian, "Terima kasih, kak."
"Semoga berhasil, Kook. Lalu kenalkan dia pada kami." Kata Namjoon lagi dan Jungkook mengangguk
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love With Siblings
Fiksi PenggemarAuthor: Cetirizines Pairing: Seokjin, Namjoon, Taehyung, Jungkook (NamJin, Taejin, KookJin) Genre: Romance, University life, Siblings, Hurt Rate: PG-17 "Aku menyukaimu." -Namjoon- "Kau tahu kita lebih dulu mengenal, apa jika aku lebih dulu menyataka...