10. MAWAR MERAH

906 62 8
                                    

Lagi.

Dome menemukan setangkai mawar merah didepan pintu kamar asramanya. Dia menatap kesamping kanan kiri dan tidak mendapati siapapun dilorong asrama, semua pintu kamar juga masih tertutup rapat.

"Siapa yang meletakkan mawar ini didepan pintu kamarku, sih? Kenapa dia tidak memberikannya langsung padaku? Sok misterius sekali." Gumamnya.

Pemuda manis ini melirik jam tangannya, "Sial! Sebentar lagi masuk kelas. Aku harus bergegas."

Setelah mengunci pintu kamarnya, Dome bergegas berlari menuruni tangga. Kamarnya berada dilantai tiga, sedangkan asramanya tidak menyediakan lift. Jadilah Dome harus berolahraga setiap hari naik turun tangga.

Setelah sampai diparkiran, Dome langsung masuk kedalam mobilnya dan mengendarainya menuju kampus yang jaraknya lumayan jauh dari asrama tempat dia tinggal.

.

"OY DOME!! DISINI!!"

Dome yang merasa terpanggil langsung menolehkan kepalanya ke kiri, dimeja pojok kantin dia bisa melihat dua sahabatnya dan beberapa anak teknik duduk bersama. Saat sampai diparkiran tadi, Dome mendapat pesan dari Ben jika kelas hari ini kosong, karena Professor Ploy tidak bisa hadir.

"Tumben kamu kesiangan, Dome?" tanya Nine sembari memberikan jus stroberinya pada Dome.

Pemuda manis itu dengan senang hati menyeruputnya hingga setengah, "Euh...seperti biasa."

"Kamu masih memikirkan sosok misterius pemberi bunga mawar itu?" tanya Ben.

"Eum." Angguk Dome, "Pagi ini dia meletakkan satu tangkai lagi didepan pintu kamarku. Ini." Ucap Dome sembari meletakkan bunga mawar yang ia temukan tadi di meja.

"Aw~Dome, kamu memiliki penggemar rahasia, hmm?" tanya Laem sambil terkikik.

"Kamu gila! Penggemar rahasia apanya? Aku malah berpikir jika orang ini adalah penguntit, pedofil, bahkan lebih parahnya lagi, bisa saja dia seorang psikopat!! Dia menjadikan aku target selanjutnya dengan terus mengirim bunga mawar padaku sebagai bentuk teror." Kesal Dome.

Seketika meja yang ia tempati dipenuhi dengan tawa. Bahkan Ben tertawa paling keras disana. Nine sudah mengusap airmatanya yang keluar. Sedangkan para anak teknik disana sudah menggebrak-gebrak meja, tidak peduli jika nanti meja itu akan roboh.

"Hahahahahaha ya ampun, bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu, Dome?" tanya Ben.

"Aw~apapun bisa terjadi." Jawab Dome.

"Hahahahaha astaga!! Psikopat!! Hahahahahahaha!!!" tawa Laem sambil memukul teman yang duduk disamping kanannya, Sharp.

"Adduhhh Dome hahaha kamu benar-benar sesuatu." Ucap Bank, anak teknik yang ikut duduk bersama dengan mereka.

Dome mengerutkan alisnya, "Kalian kenapa?"

"Hahahahaha tidak apa-apa adduhh perutku sakit hahaha."

"Berhentilah tertawa kalau begitu, Park!" omel Sharp, walaupun dia sendiri masih belum bisa diam.

Dome hanya bisa memandang heran teman-temannya. Matanya langsung tertuju pada satu orang pemuda yang daritadi hanya diam. Pentolan Fakultas Teknik itu bahkan tidak peduli dengan tawa keras teman-temannya, dia masih bisa menikmati sarapannya.

"Pavel." Panggil Dome.

"Hmm?" gumam pemuda yang dipanggil Pavel itu sambil menatap Dome.

"Ada apa dengan mereka semua?"

"Mana aku tahu. Abaikan saja mereka. Apa kamu sudah sarapan?"

Dome menggeleng, "Belum. Aku tidak sempat sarapan tadi karena terburu-buru."

PavelDome x ForthBeam [ONESHOOT]Where stories live. Discover now