Gue terbangun dari tidur siang—masih termasuk pagi, sih—, karena suara perut gue yang merengek meminta diisi.
Pukul 13.42 p.m. Alex pulang sebentar lagi. Gue membuka pintu pendingin makanan, dan melihat seluruh isinya.
Si Mbak pake sakit segala emaknya, rutuk gue dalam hati.
Ya, gue nggak bisa memasak. Kecuali mie instan, air dan telur. Bahkan, memasak nasi goreng sederhana saja, membuat dapur seperti kapal pecah. Rasanya pun tak seenak dibanding perjuangan membuatnya.
Menyerah untuk berfikir membuat makanan, akhirnya gue delivery. Hemat waktu, tenaga dan tidak mengacaukan rumah. Hehe.
Setelah menelepon restoran, gue memeriksa notification pada ponsel gue. Jam 2 kurang, seharusnya siswa-siswi sekolah gue sudah diperbolehkan pulang.
Dan pasti temen-temen gue pada nanya, kenapa gue nggak masuk. Bawel banget sih mereka.
Noh kan bener.
Evan: Lo kenapa nggak masuk? Lo sakit? Joe juga nggak masuk. Kalian cabut ya?
Gue mengabaikan pesan-pesan ataupun Line dari mereka. Yang gue pikirkan, hanyalah, apa benar Joe juga nggak masuk hari ini?
Ah ya, waktu gue bangun, ada Joe dihadapan gue. Padahal sudah jam delapanan. Ya, dia bolos. Demi gue.
Apa sih Ella? Dia nggak suka sama lo. Dia nggak tertarik sama lo. Nggak usah GR deh.
***
"La, temen-temen lo dateng, noh," Tutur Alex memberi tahu.
Kening gue berkerut samar, "Suruh mereka masuk aja, Lex,"
"Udah, mereka di ruang tamu."
Gue bergegas keluar kamar dan menuruni tangga. Dari tangga saja, sudah terdengar hebohnya queen bee sekolah itu. Nggak ada jaimnya sedikitpun.
"Hai," Sapa gue saat sudah mencapai ubin lantai.
Mereka langsung berdiri dan mendatangi gue bagaikan ikan piranha mendapat kaki manusia. Oke, ini nggak penting.
"Lo kenapa?"
"Bolos sama Joe, lo, ya?"
"Kalian kemana aja?"
"Ada tugas B. Inggris, noh."
"Ker– Eh, kok mata lo sembab?"
Pertanyaan terakhir, reflek membuat gue memegang area bawah mata gue, dan berlari ke wastafel. Mencuci muka agar terlihat mendingan.
Gue kembali ke ruang tamu, dan mendapati mereka yang sudah kembali duduk manis. Kali ini manis, tanpa ngobrol selebor saling membuka aib.
"Gue cuma rada pusing aja tadi," Gue akhirnya membuka suara. Tentu gue nggak mau ngomong yang sebenarnya.
Heh! Bukannya gue nggak percaya sama mereka. Lo tau sendiri perbedaan curhat sama 'teman' dengan 'sahabat'. Mereka itu sahabat gue. Pasti mereka langsung heboh, kalau tau gue suka dengan Joe. Bisa diceng-in 7 turunan gue.
"Yaudah, lo panitia kan? Besok disuruh ngumpul tuh, ngomongin konsep perpisahan." Ujar Salsa, sambil mencomot kue yang ada di meja.
"Entar konsepnya yang glamour ya, La." Pinta Indi mulai rempong. Ya, walaupun famous, DeFelSalIn nggak ada yang jadi OSIS, begitupun gue.
Gue hanya memutar bola mata saat yang lainnya menoyor kepala Indi.
"Udah sono pulang lu pada! Ngabisin kue orang aja. Gue pusing nih," Husir gue frontal.
Ngusir secara halus itu lebih nyakitin loh.
"Najis dah lu, temen dateng malah dihusir," Komentar Dea tak terima. Wkwkwk, maaf ya, gue lagi nggak mood untuk melayani celotehan kalian.
"Yaudah, kita ke Mall aja, main DDR pake high heels," Usul Fela minta dikasih makan sepatu. Nih anak mulai keluar sarapnya.
"Oke kita pergi. Bang Alex kita pergi dulu ya," Pamit Indi setengah teriak. Centil banget sih cewek ini.
"Yo!" Jawab Alex dari dapur.
***
Gue memperhatikan jalan dengan diam. Gue baru pulang dari cafe untuk membicarakan konsep perpisahan.
Entah kenapa dimobil bersama Evan kali ini terasa membosankan. Hening. Nggak ada yang memulai percakapan duluan.
"La." Panggil Evan memecah kehingan. Gue hanya berdeham.
"Boneka elmo yang waktu itu beneran punya lo?"
Boneka? Gue nggak pernah megang bon— Ah iya! Ello. Boneka elmo pemberian cinta pertama gue dimasa lalu.
"Iya, emangnya kenapa?" Jawab gue kepo.
"Nggak. Nggak kenapa-napa." Setelah itu Evan hanya tersenyum diam-diam.
Kenapa sih dia? Ada yang salah dengan boneka gue, sampai setelah ngomonginnya dia jadi aneh. Apa ada kenangan tersendiri bagi Evan?
Jangan-jangan..
Boneka itu pemberian Evan? Jadi cinta pertama gue waktu dulu itu Evan. Dan itu juga yang membuat Evan terkejut saat melihat boneka gue dulu. *A/N: kalau lupa liat chapter 3. Evan kenapa?*
♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥

KAMU SEDANG MEMBACA
First&Last
JugendliteraturMau lo cinta pertama kek, ke 5, ke 9, atau ke 14... Namanya jodoh mah jodoh aja. Copyright© 2014 by DaniellaRuthAnggita.