Epilog

1.4K 70 10
                                    

Kemarin, gue resmi menjadi pacar Joe. Dia nembak gue ditaxi pas nganter gue pulang. Kebetulan dia nggak pake mobil pas ngintilin gue.

Bayangin bro, di taxi! Gils, nggak romantis sama sekali. Lo mau tau, dia cuma bilang:

'La, jadian yok. Entar gue traktir bubble depan sekolah deh,'

Wtf banget kan. Di taxi loh nembaknya! Sampe supir taxinya senyum-senyum sendiri. Nggak tau deh senyum karena keinget masa mudanya dulu, atau senyum melecehkan karna gue ditembak ditaxi dengan pakaian basah, dan ngajaknya ituloh.

"Ella, ada Joe tuh didepan! Dia kok sering banget kerumah ya? Perhatian bang- Ah, jangan-jangan lo dihamilin dia ya?!" Seru Alex dengan tatapan menyelidiki.

"Gila lo! Ya, enggak lah!" Cetus gue dengan cepat berlalu ke teras.

"Ella, ngedate yok," Ajak Joe tanpa romantis sedikit pun. Lo mesti belajar Joe.

Gue memutar bola mata. Tanpa ngomong apa-apa gue naik kemobil Joe.

***

Tebak gue diajak kemana. Di taman kemarin. Anjing, nih anak. Jadi pacar kagak ada kreatifnya sedikit pun. Ajak kemana kek.

"Lo kenapa sih, diem aja dari tadi?" Tanya Joe memperhatikan gue dengan raut sedih.

Aduh, gue jadi nggak tega. Gue frontalin aja kali ya? Lah iya lah! Kok gue jadi kayak cewek menyek-menyek gini sih.

Gue membuang nafas asal, "Lo harus belajar lebih romantis lagi, masa gue ditembak ditaxi. Trus diajak date kesini doang," Gue agak takut Joe kecewa.

Tapi dia malah tersenyum, "Justru itu, biarkan gue mengulanginya,"

Maksudnya? Baru ingin bertanya, Joe stengah berlutut dihadapan gue dan mengeluarkan sebuah kotak yang baunya seperti-

"Daniella Ruth Anggita, would you to be my girlfriend?" Ujarnya seraya membuka isi dari kotak itu.

MARTABAK OREO NUTELLA GREENTEA! Ah, gue cinta banget sama makanan ini♡ Gue pecinta martabak, dan gue udah lama pengen rasa yang satu ini.

"Mau tau nggak kenapa gue milih ditaman? Karena tempat ini full sejarah kita,"Aih, romantis juga dia.

"Aih! Gila, lo tau dari mana gue demen banget sama Martabak," Ujar gue mencomot satu potong dan merasakannya.

OhMy- Ini. Enak. Banget. Sumpah demi apapun!

Joe nyengir, "Lo kan cewek anti-mainstream. Beda dari yang lain. Yang normal mah maunya gelang kek, kalung kek,"

"Maksud lo, gue nggak normal?" Seru gue sambil melotot.

"Bercanda, babe."

"Apa coba," Cetus gue agak malu.

"Biasanya yang ngomong kayak gitu sih salting," Usil Joe.

"Tau darimana? Udah berapa banyak cewek yang lo panggil 'babe'? Evelyn juga?" Seru gue kebawa emosi.

"La-"

"Haha, pastilah. Pasangan mana yang nggak mesra-mesraan padahal udah berbuat mesum di perpustakaan," Gue berlari keluar taman, mencari taxi. Air mata gue sudah meleleh.

Seseorang memeluk gue dari belakan dan memasukan gue pada mobil. Siapa lagi kalo bukan Joe.

"Sejak suka sama gue, lo jadi ngambekan ya? Mana tomboy lo?" Ejek Joe menyindir. Gue melempar tisu bekas pada kepala Joe.

"Dengerin." Joe menarik tangan gue hingga gue menatap matanya.

Joe mulai berbicara, "Kamu salah sangka, sayang. Evelyn ntuh kakak sepupu aku. Dia-"

"Oh jadi lo sister complex? Trus berbuat mesum sama kakak sendiri diper-"

Omelan gue terpotong, karna.. Joe nyium gue. First kiss gue. Dan entah kenapa gue nggak berontak sama sekali.

Joe melepas ciumannya, "Kalo kamu potong pembicaraan aku, aku potong pembicaraan kamu juga pake bibir aku," Ancam Joe dengan lembut namun tegas. Gue hanya mengangguk lemah.

"Dia ngaku jadi pacar aku, tujuannya baik. Biar kamu cemburu trus sadar kalo kamu suka sama aku."

"Dan soal diperpustakaan.." Joe tersenyum jahil.

"Kamu mau juga ya?" Anjir, gue merasa dilecehkan. Gue memukul dada Joe agar melepaskan pegangannya.

"Maksudnya, kamu mau juga ditiupin matanya?" Lanjut Joe menahan tawa. Gue bingung.

"Evelyn kelilipan bulu mata sendiri, jadi aku tiupin," Jelasnya singkat, padat dan jelas.

"Jadi, kalian nggak gitu-gituan kan?" Tanya gue dengan polosnya.

Joe tertawa lebar, malah membuat gue bete,"Ya enggak lah, La. Aku bukannya sex lovers atau sister complex. Aku bisa tahan nunggu beberapa tahun lagi kok, sampe kita nikah," Dengan senyum jail yang paling gue benci. Tapi paling berkesan dari dirinya.

Terima kasih Tuhan. Atas skenario rumit namun indah yang Kau buat.

Jonathan Kelvin. First Love and Last Love gue. Dan buat lo semua, jangan terlalu percaya sama kalimat: "Cinta pertama nggak bakalan berhasil,"

The End.

♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥•♥

Gimanaaa? Udah tamat nih;3 baca next story gue ya: Perfect Two.

Tentang benci jadi cinta, tapi nggak se-kilse yang kalian kira kok. Jadi tuh cewek populer namanya Riana, ketemu sama cowok nerd yang dingin si Nathan. Padahal Riana suka sama cowok populer di sekolahnya.

Baca aja deh: Perfect Two

Special thanks:

Tuhan Yesus♡

Temen sekolah yang nagih next chapture tapi jarang vomments. Kampret lo pada. -_-

Anastasya Dwi Larasati: Inspirasi gue kalo lagi buntu.

Felisitas Yessy Octaviana: temen SD yang penulis watty juga.

Semua readersku tersayang;* semua loh ya, termasuk silent readers juga. Makasi udah mau baca first story gue.

See you di Perfect Two!;;)

First&LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang