Sudah lama sekali.
Peluh tak bertamu pada semburat lembayungmu.
Masih ingat senja terakhir yang dijejaki, Puan?
Dia bersembunyi setelah rintik meniduri resahnya.
Dia bergurau setelah hujan mengaliri jejak amarahnya.Dan kali ini, pada Desember lagi.
Sudah bukan dengan senja yg sama, juga bukan dengan hujan yg sama.Aku mengizinkan segalanya mengikuti
Cukup sampai bulan malam kemudian kembali purnama.
Kupang, 15 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
PoesiaAku hanyalah penulis puisi amatiran yang ingin berbagi kisah pada jutaan penikmat senja Tentang jingganya yang terlukis indah pada bibir cakrawala Tentang semburat merahnya sebagai kenangan matahari yang kembali pulang Tentang masa jatuhnya sang pe...