🌿; florist

290 20 3
                                    

jika cinta membuatmu lalai, itu bukan cinta. karena cinta datang dari Allah, dan Allah tidak akan membuat hambanya lalai untuk alasan cinta semata.”

📝📝📝

Satu bulan telah terlewati, artinya ini bulan kedua di semester satu untuk kelas dua belas. Setelah anggota ROHIS melakukan rapat rutin setiap hari senin sepulang sekolah dan diputuskan bahwa dua bulan lagi ROHIS sekolah mereka akan mengadakan kajian akbar dengan mengundang beberapa siswa-siswi dari sekolah lain.

Selasa yang sendu, seperti gumpalan kapas kelabu seolah mendukung suasana hati gadis bercadar hitam itu. Berjalan gontai di lorong laboratorium fisika dan kimia. Keputusan rapat rutin kemarin senin membuat mood nya jelek.

Jadi, begini... Ia dan Razzan satu devisi perkap untuk mempersiapkan kajian akbar. Tentu kalian tahu bagaimana rasanya di pertemukan dengan seseorang lagi, dan lagi.

“Aisyah! ”

Suara nyaring yang memanggil namanya membuatnya menghentikan langkah. Lorong laboratorium yang sepi membuatnya tidak nyaman. Bukan hantu, namun suasananya sedikit tidak enak.

Aisyah menghela napas pelan saat tahu kalau yang memanggilnya itu Dayra. “Kenapa?”

“Gini, gue lupa bilang kemarin pas rapat. Tolong sampaikan ke Razzan ya, kalo ada sesuatu yang di butuhkan untuk kajian akbar kabarin gue!”

Aisyah mengangguk.

“Satu lagi, devisi perkap harus buat grub biar bisa saling komunikasi! ”

“Iya”

“Oke, kalo gitu gue duluan mau ke kelasnya Faris, hehe”

Aisyah hanya tersenyum. Tidak heran dengan sikap sahabatnya satu itu. Ngomong-ngomong tentang Faris, dia juga anak ROHIS dan Dewan Ambalan di sekolah mereka. Fatih itu cukup populer dan berparas tampan, sangat cocok jika di sandingkan dengan sahabatnya, Dayra.

Aisyah mengeluarkan ponsel dari saku outer rajut yang ia kenakan. Ponselnya masih bergetar sebuah pesan masuk.

Razzan
|Assalamu'alaikum
|Karena aku jadi PJ kamu yang nyatet keperluan buat sie perkap ya

Aisyah menghembuskan napas pelan, isinya cukup biasa tidak seperti dulu lagi. Hah, fokus Aisyah jangan terpaku dengan masa lalu!

Iya|
-read-

Sudah, hanya seperti itu. Aisyah mengantongi lagi ponselnya. Berjalan ke bagian belakang sekolah. Tepatnya, lapangan basket. Entah, apa yang membuatnya ingin kesana.

Memilih duduk di bangku taman di depan lapangan basket. Sambil melihat beberapa anak basket yang sedang asik mendrible bola berwarna orange itu.

“Belum pulang? ”

Suara berat di sebelahnya membuatnya menatap si pemilik suara. Aisyah tersenyum samar walau tidak terlihat kemudian mengangguk.

Lelaki dengan kaos hitam polos yang sudah basah oleh keringat itu duduk di kursi batu di sampingnya. Kedua tangan lelaki itu memegang bola basket. Sesekali memantul-mantulkan bola di tanah berumput.

Cinta dalam Diam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang