🌿;tetangga baru

327 24 6
                                    

Mencintai seseorang adalah hak kita. Tapi, memiliki seseorang yang kita cintai tanpa ikatan yang halal dan sah bukanlah hak kita.

📝📝📝📝

Laki-laki dengan kaos hitam polos dan rambut hitam legamnya memandangi rumah bercat putih lengkap dengan pagar hitam. Ia memetik senar gitar, kemudian alunan nada yang merdu mengalun lembut.

Ia menaruh gitar di sisi samping kursi, merenggangkan otot tangannya yang pegal karena baru selesai membereskan rumah. Ya, Ayahnya memilih pindah di perumahan ini karena lebih dekat dengan tempat kerja.

Namun, pandangannya terfokus pada dua remaja yang sedang berbincang di teras rumah. Ia tersenyum kecut. Ada gejolak tak suka yang merambat di dadanya. Baru pindah langsung melihat adegan menyesakkan.

"Razzan!"

Lelaki bernama Razzan itu tidak menghiraukan panggilan ibunya dari ruang tengah. Pandangannya masih terfokus pada kedua remaja itu. Sampai akhirnya fokusnya terpecah karena ada yang melemparnya dengan mobil-mobilan mainan.

"Aduh!"

Razzan mengaduh sakit, ia mengelus kepalanya yang menjadi sasaran empuk. Matanya mendelik menatap bocah berusia enam tahun yang mengerucutkan bibirnya sambil berkacak pinggang. Sebal.

"APA?!"

Huh.

Bocah itu mendengus sembari mengembungkan pipinya yang membuatnya semakin tembam.

"Di panggil Bunda, malah asik ngeliatin mbaknya!"

Razzan mendelik kesal. Kalo bukan adiknya pasti bakal ia cakar cakar wajah yang sayangnya imut itu. Razzan mengambil mobil-mobilan yang jatuh di sampingnya lalu berjalan mendahului adiknya yang mencebikkan bibir.

Bocah enam tahun itu mengikutinya. "Mana mobil-mobilannya?"

Razzan tersenyum jahil, saat melintasi ruang keluarga ide jahil terlintas di kepalanya. Ia melirik adiknya yang menunggunya.

Mobil mainan itu ia taruh di rak yang ada di ruang keluarga. Cukup tinggi, sehingga adiknya tidak bisa menggapainya.

Arkan-adik Razzan- berusaha menggapai mobil mainan yang katanya baru ia beli seminggu lalu. Ia naik keatas shofa, tangan mungilnya berusaha meraih mobil itu.

Mata bocah kecil itu berkaca-kaca siap menangis. Razzan hanya menatapnya acuh. Sampai akhirnya tangisan itu meledak membuat Fatma-Ibunya-berkacak pinggang sambil membawa pisau dapur.

"Kak, kamu apain adek kamu?!"

Razzan menatap ngeri Fatma yang membawa pisau. "Eh, itu pisaunya turunin dulu napa."

"Kakak nakal. Mobil Arkan ditarik disitu!" ucapnya di sela tangis, telunjuknya menunjuk mobil yang berada di rak.

Fatma menatap tajam kearah Razzan.

"Iya, iya." Lelaki itu mencebikkan bibirnya melangkah ke rak dan mengambil mobil mainan milik Arkan. "Nih!"

Arkan menerima dengan mata berbinar. Lalu menjulurkan lidahnya mengejek Razzan dan kabur menuju ke kamarnya.

"Untung adek... "

📝📝📝📝

Razzan memotong kubis dengan telaten. Setelah memotong sayuran dan mencucinya. Kemudian ia tiriskan. Sembari menunggu Bunda selesai membuat bumbu sop. Ya, pagi ini Razzan membantu Bunda memasak. Walaupun ia laki-laki tapi jangan ragukan masakannya.

Cinta dalam Diam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang