🌿;kode lagi?

438 36 0
                                    

"Simpanlah apa yang kau rasa dalam diam, serahasia mungkin. Hingga debarannya hanya engkau dan Tuhanmu yang mampu mendengarnya."

📝📝📝📝

Aisyah menjatuhkan handphone dari tangannya. Sungguh, dia sangat terkejut. Apa maksud semua ini? Mana mungkin...?
Tidak, tidak mungkin Naufal dan Razzan memiliki rasa untuknya.

"Tenang Aisyah...Mungkin mereka hanya bercanda." ucapnya dalam hati.

Ternyata grup masih ramai membahas yang tadi. Aisyah memilih untuk menyimak saja, enggan membalas.

Al-Harun kelas 12

Fatimah
|Razzan dulu...
|Sek wes siap😹

Razzan
|✌

Fatimah
|Dandan kayak sultan ya, Nak Razzan 🙈 @Razzan

Dayra
|Jangan lupa bawa ikan, ya!
|Biar Manis dapat mahar juga 🙈😹

Razzan
|Kayak pangeran aja dandan-_

Naya
|Kan mau melamar 🙈 ehek :'v

Naufal
|Hm y.

Razzan
|Y.

Dayra
|Persaingan semakin sengit, gaes.

Aisyah memilih untuk offline saja. Dia menyimpan ponselnya diatas nakas. Kemudian berjalan ke kamar mandi dan berwudhu. Setelah wudhu, dia menuju ke tempat tidur, menarik selimut hingga menutup sampai lehernya. Rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai.

Aisyah mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Jantungnya masih bedebar tak karuan.

Astagfirullah.

Tiba-tiba Aisyah teringat memori satu tahun lalu. Mungkinkah rasa mereka masih sama? Aisyah menggeleng kuat. Dia tak boleh seperti ini, terlalu memikirkan lelaki yang belum halal untuknya.

Tidur Aisyah, Tidur!

Aisyah menggigit bibir bawahnya. Kenapa susah sekali tidur? Dan kenapa perasaan ini semakin kuat? Aisyah memilih mengambil note book dengan sampul warna pink bergambar unicorn.

Membuka lembar kertas satu per satu yang telah terisi tulisan sampai akhirnya berhenti pada lembar kertas kosong. Aisyah menghela nafas pelan, tersenyum simpul. Pulpen warna pink dengan hiasan unicorn menari-nari di atas selembar kertas putih. Merangkai satu demi kata.

Untukmu...
Seseorang yang kukagumi dalam diam
Kusebut namanya dalam do'a
di sepertiga malamku...

Kau tau?
Disini aku masih menunggumu
dalam taat...
Menantimu dengan sabar...

Maaf,
Aku berani mengagumimu...
berani melangitkan namamu agar bersanding denganku...

Sungguh,
Aku sudah berusaha 'tuk melupakanmu
Namun semakin aku berusaha 'tuk lupa,
semakin rasa ini bertambah kuat...

Cinta dalam Diam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang