6: Peluang Jatuh Hati

72 3 0
                                    


Lelaki itu punya kelemahan kalau sudah menghadapi harta, takhta, dan wanita. Semuanya sangat sensitif tak terkecuali berkaitan dengan wanita. Lelaki yang diberi perhatian lebih oleh wanitanya saja seringkali bermain rasa di belakang, apalagi yang tidak diberi perhatian. Kalau ada peluang pasti sengaja menyempatkan diri.

Itu pun tidak terlepas dari keadaan Nandu pada waktu-waktu tanpa Opel. Beberapa waktu ketika Opel mulai tak lagi menyisihkan waktu untuk dirinya dan disaat itu pula hadir perempuan bernama lengkap Kelarana Sasyi. Perempuan yang bukan hanya dia temui satu kali lalu terpincut pesonanya. Kelarana yang sering disebut Lara ini adalah adik kelas semasa SMA dan kebetulan menjadi adik tingkat di kampus pula. Pertemuan mereka karena ketidaksengajaan. Saat Nandu main ke sekolahnya dan bertemu Lara, dulu iseng-iseng Nandu adalah atlit Basket (lebih tepatnya hanya ikut ekstrakulikuler Basket) dan Lara adalah salah satu anggota modern dance, sejenis cheerleader. Hingga entah dorongan darimana Nandu memberikan tebengan pada Lara yang akan pulang naik taksi online.

"Rumah kamu masih di sana, kan?" Nandu bertanya dan Lara mengiyakan. "Ya udah bareng aja, searah ini."

Ada binar bahagia yang terlihat jelas dari Lara dan Nandu hanya mengabaikan. Niatnya hanya memberi tebengan dan kebetulan ia membutuhkan teman ngobrol. Lara langsung masuk ke dalam mobil Nandu dan perjalanan mereka dimulai.

"Aku kok jarang lihat kak Nandu di kampus ya, apa kak Nandu jarang ke kampus?" tanya Lara di sela-sela obrolan mereka lainnya.

Nandu yang masih fokus ke depan, menjawab, "kalo cari gue nggak di kampus tapi di kantin kampus atau di tempat makan deket kampus." Lara tertawa mendapat jawaban seperti itu.

"Jadi bukan kuliah ya, kak? Tapi nongkrong." Nandu mengiyakan dan keduanya tertawa bersama.

Langkah pertama menuju perjalanan berikutnya dengan Lara. Dan Nandu menutup mata juga telinga tentang perbedaan mereka. Nandu kenal bagaimana Lara dan dia tidak kecewa dengan Lara, hanya saja memang perbedaannya cukup jauh dengan Opel.

+++

Ketika Nandu mengatakan ingin bertemu Opel, disaat itu pula dia telah menyelesaikan jam kuliahnya dan langsung menuju fakultas Opel. Berharap Opel menyetujui permintaannya. Dikirim pesan tak membalas, ditelepon tak diangkat, dan kebetulan yang sangat menguntungkan Lara datang lagi. Mobil yang dikemudikan Nandu sengaja di parkir di depan fakultas Opel dan dia sengaja membuka jendela mobilnya, alhasil terpampanglah wajah Nandu walaupun dari samping.

"Hai, kak."

Sapa suara yang mengiterupsi kegiatan Nandu yang berusaha terus menghubungi Opel.

"Eh, hai." Nandu langsung mematikan sambungannya.

"Tadinya aku kira bukan kak Nandu, tapi aku nekat nyapa aja. Nunggu temen ya kak?"

"Lara fakultas ini?" Lara mengangguk.

Dunia sangat sempit. Nandu tidak sejauh itu mengetahui keberadaan Lara, yang dia tahu hanyalah mereka satu kampus namun entah fakultas apa dan ternyata mereka—Opel dan Lara sefakultas.

"Mau bareng?" tawar Nandu, menyerah atas Opel.

Lagi dan lagi seolah diberi peluang meraup hati Nandu, Lara mengiyakan. Memberi kode pada teman-temannya untuk pulang duluan, lalu masuk ke samping kursi kemudi Nandu.

+++

Dari hari ke hari, pertemuan Nandu dengan Opel terkalahkan oleh pertemuan Nandu dengan Lara. Opel yang tak acuh dan Nandu yang telah menemukan seseorang yang mau menemani dirinya di kala dia merindu. Salah memang sikap Nandu, tapi salah pula sikap Opel.

"Iya nggak apa-apa, yang."

Ketika Opel mengabari kalau mereka tak bisa bertemu kala itu, Nandu sudah rela. Lagi pula dia telah ada janji dengan Lara. Menemani perempuan itu untuk berbelanja. Hobi perempuan sekali memang.

Pernah suatu ketika Nandu menawarkan menemani Opel berbelanja, dan jawaban Opel seharusnya membuat Nandu bahagia.

"Aku bareng temen aja, yang, kasian kamunya kalo belanja bareng cewek, lamaaaa..."

Opel itu pengertian mungkin kalau kata lelaki lain, karena biasanya lelaki paling malas kalau sudah minta ditemani belanja dan itu berlainan dengan Nandu. Nandu tipe lelaki yang menawarkan diri untuk menemani kekasihnya belanja. Menurutnya, itu bentuk pendekatan diri semakin jauh pada kekasihnya dan mau menerima kurang dan lebihnya pasangan.

Dan sekarang, mereka ada rencana bertemu. Nandu tidak lagi bersedia menjemput Opel di fakultasnya. Dia sadar betul kedekatannya dengan Lara tidak untuk diketahui Opel saat ini.

Bisca Navelin: aku udah di McD yang

+++

Opel baru melihat Nandu lagi hari ini, lelaki itu mengenakan kaus polo berwarna abu yang dipadukan denim dan tak lupa sepatu sportnya. Masih terlihat sama seperti sebelum-sebelumnya tetapi ada aura asing yang terasa. Lalu Nandu duduk di hadapannya.

"Aku belum pesen apa-apa soalnya nunggu kamu." Nandu mengangguk. "Kok lesu?"

"Gak papa."

"Kangen nggak sama aku?" ada nada bercanda di raut wajah Opel, berharap suasana ini mencair namun Nandu hanya diam tak menanggapi pertanyaannya.

"Kamu lagi nggak sibuk? Tumben bisa ketemuan."

Hening.

Hati Opel terasa tertohok mendengar ucapan Nandu. Seolah pertemuan mereka tak lagi berarti apa-apa. Nandu pun hanya bersikap santai, Opel pikir selama ini dengan pesan-pesan rindu Nandu dan sikap Nandu yang seolah mengerti dirinya, ketika bertatap muka langsung, lelaki itu mencubit gemas pipinya atau terus memamerkan senyumnya karena bisa melihatnya. Tetapi itu hanya garis khayal yang diciptakaan Opel, yang terjadi saat ini hanyalah keduanya yang seperti tak ada hubungan apa-apa, lebih banyak diam daripada berbicara tentang mereka.

"Aku yang pesen makanannya, kamu mau apa?"

"McFloat sama kentang."

Biasanya kalau Opel memutuskan untuk memesan makanan, maka Nandu menyegerakan bangkit dari duduknya dan dia yang memesan. Tetapi kali ini tidak begitu. Opel melenggang menuju tempat memesan dan mengambil pesanan, saat mengantri dia curi-curi pandang ke arah Nandu, ternyata lelaki itu malah asyik dengan ponselnya.

"Ini dimakan dulu." Opel datang membawa nampan dan menyadarkan Nandu dari asyiknya bermain ponsel.

Dan pertemuan mereka berakhir hari ini, dengan Nandu yang kemudian beralasan tak bisa mengantar Opel pulang. Bahkan lelaki itu bergegas pulang duluan, meninggalkan Opel dengan ribuan pertanyaan dalam benak.             


10 Januari 2020 - 8.32 pm

Bermain RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang