17 : Kenanglah

66 5 1
                                    


Untuk kesekian kalinya Opel datang ke coffee shop Denar, seperti biasanya dia selalu membawa laptop karena memang niatnya ingin menyelesaikan tugas akhirnya. Namun lagi-lagi akan selalu berujung dengan melamun. Hingga Denar datang membawa pesanannya. Jika dia yang berkunjung, secara spesial-lah Denar yang melayani. Dan hari itu secara mengejutkan Denar mengatakan hal yang membuat Opel tak berkutik.

"Kalo kegalauan lu sekarang ada hubungannya sama Nandu. Gue cuman pengen bilang, hubungan nggak sebercanda itu, Pel. Kalo hanya merasa bosan."

Denar tak mengetahui duduk permasalahannya, namun ucapannya itu menohok di ulu hati Opel. Sebab keadaannya adalah Opel tidak tahu apa yang terjadi dengan perasaannya. Jika dirinya saja tidak tahu, apalagi dengan orang yang tidak ada dalam hubungannya itu. Namun berbeda dengan ucapan Denar, mungkin hanya tebakan tetapi dirasa 'bosan' adalah penyebabnya.

Menit berlalu dihabiskan dengan melamun, sedangkan Denar selalu kembali dengan pekerjaannya. Opel memutuskan untuk pergi saja, entah untuk pulang atau mencari tempat lain yang bisa mencerahkan segala kegundahannya.

Yang tak disangka adalah dia harus bertemu dengan Nandu tepat ketika akan keluar coffee shop. Dan ucapan "aku kangen kamu" dari Nandu semakin membuat Opel meyakini bahwa dirinya saat ini merasa 'bosan' dengan hubungan mereka.

+++

Selepas bertemu Nandu, Opel memutuskan untuk jalan-jalan ke taman terdekat. Dia ingin menghirup udara sejuk malam di tengah kota Bandung dan juga ingin membuat dirinya jauh lebih rileks, untuk memberi jawaban yang tepat kepada Nandu tentang hubungan mereka sekaligus kerinduan Nandu.

Opel melihat lampu-lampu taman yang membuat taman ini lebih hidup. Dia tersenyum menikmati suasana ini. Kendaraan-kendaraan yang tak jauh dari taman ini pun berlalu lalang dengan lampunya silih berganti seolah kerlap-kerlip bintang.

Di saat yang sama, Opel mulai merenungkan semuanya. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama bila terhitung dari perkenalan mereka saat kuliah umum hingga saat ini mereka di semester akhir perkuliahan. Walaupun sempat terputus karena sebuah kesalahan. Lambat laun mereka menyadari kalau putusnya hubungan mereka bukanlah hal yang tepat, karena rasa itu masih saling dimiliki. Jika kebersamaan itu kembali atas peretujuan bersama, lantas kenapa Opel harus terpengaruh dengan rasa 'bosan'?

Opel terus merenungi semua hal yang pernah mereka lalui. Bahagianya mereka, rindunya mereka ketika putus, bapernya mereka ketika memulai kembali dan semua itu tidak ada apa-apanya dengan rasa bosan yang kini melandanya.

Lagipula Opel tidak tahu jelas apa yang membuat dirinya merasa bosan. Rasa itu datang mengusik begitu saja di sebuah hubungan yang baik-baik saja.

Jika keputusannya adalah kembali putus, ini hal yang jauh konyol dari putusnya hubungan mereka yang lalu. Bahkan tingkat penyesalan akan lebih tinggi di pihak Opel. Bayangkan saja kalau mereka putus lagi, Nandu bertemu seseorang yang bisa membahagiakan dirinya, mereka saling mencintai, teman-teman Opel banyak yang iri dengan so sweet-nya Nandu, dan Opel hanya dikelilingi penyesalan. Penyesalan yang akan lebih tak masuk akal untuk kembali suatu saat nanti.

"Iya! Hubungan kita nggak sebercanda itu untuk kata 'bosan'." Opel mengepalkan tangannya dan dia telah membuat keputusan.

+++

Opel : Aku juga kangen Nandu

Nandu terperanjat dari duduknya. Dia sedang asik berbincang dengan Denar dan beberapa kenalannya di coffee shop hingga getaran dan suara dari ponselnya yang diletakan di atas meja berbunyi. Memunculkan pop up dari Whatsapp. Nandu melihat nama Opel dan isi pesannya.

Bermain RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang