1: Sejak Kapan?

186 11 0
                                    


"Pel, kok akhir-akhir ini gue nggak pernah liat lu dijemput Nandu lagi sih?"

Sejenak Opel diam mematung, lidahnya keluh, pikirannya kembali berpusat pada lelaki bernama lengkap Senandu Alkeo. Adalah lelaki yang pernah menjadi kekasih Opel selama 2,5 tahun. Terhitung dari mereka masih mahasiswa baru. Dan pertanyaan yang keluar dari mulut teman Opel itu adalah pertanyaan yang membuat hati Opel teranga ngilu. Lukanya yang perlahan tertutup, kini malah menganga.

"Hehe."

Hanya itu sahutan dari Opel. Dia tidak ingin kembali mengingat nama itu. Meski hatinya selalu merindukan Nandu, pikirnya selalu mengingat Nandu.

"Udah putus."

"Hah? Seriusan, Pel?"

Opel mengangguk dan disahuti teriakkan heboh tidak menyangka. Ya, siapa juga yang menyangka hal itu akan terjadi.

"Sejak kapan?" Runi masih nampak penasaran dan beberapa temannya yang lain hanya menyimak. Jawaban dari Opel hanyalah mengangkat bahu.

"Kok bisa sih?"

Itu adalah pertanyaan konyol.

"Gue duluan."

Saat ini Opel sudah menginjak semester 6, sudah tua dia. Kegiatannya di semester sebelum-sebelumnya yang sangat padat berlawanan dengan semester 6 ini. Opel sengaja berhenti dari UKM, Himpunan Mahasiswa (Hima) maupun mengikuti kepanitiaan-kepanitiaan yang diselenggarakan jurusan, fakultas atau universitas. Sebelum memutuskan itu tentu Opel berpikir dahulu tujuannya untuk apa dan salah satunya tidak ingin lagi mengecewakan Nandu yang kerap kali diphpin Opel karena gagal nonton, ngedate atau bahkan hanya pergi makan bareng. Opel ingin punya waktu lebih untuk Nandu dan hubungan mereka.

Tetapi keputusannya ternyata terlambat, seminggu yang lalu permintaan putus dari Nandu muncul begitu saja. Lewat sambungan telepon dan Opel tak berkutik.

Sakit hatinya.

+++

Beberapa teman dekatnya sibuk dengan keorganisasian, sedangkan Opel sibuk melangkah tak tahu arah sepulang kuliah. Hari ini hanya satu mata kuliah, itu pun pagi. Tentu banyak waktu luang untuk Opel. Jika masih ada Nandu, maka tujuan utama Opel saat ini adalah menghubungi Nandu, tetapi itu tidak mungkin untuk saat ini. Mereka telah putus. Ingatkan itu pada Opel.

"Terus gue mesti ke mana?" Opel bertanya pada diri sendiri dalam bentuk gumaman. "Keliling baik bus kota? Ke Mall? Atau ke kafe? Hm."

Sambil menendang kerikil kecil yang tak bersalah, pemikiran Opel masih tak tentu arah. Sedih rasanya ketika ada yang bisa menemani tapi dia tak punya waktu. Dan ketika dia telah memiliki waktu, tetapi tak ada yang menemani.

"Tau gini kan gue ikut hima aja."

Percayalah, orang yang tak punya kesibukan tentu akan merasakan hal yang mencekam dirinya, kegabutan melanda yang entah harus diberantas dengan apa.

"Aha! Nyari novel sabi nih."

Dan ide itu pun tercetus begitu saja.

+++

Dari luasnya Bandung, kenapa pula mereka harus dipertemukan dalam ruang dan waktu yang sama?

Opel menatap mata Nandu yang menghangatkan. Sorot mata yang sangat Opel suka dan tentu membuat Opel jatuh hati. Sedangkan Nandu dengan tidak tahu dirinya malah tersenyum padanya, seolah menyapa dirinya dengan bahasa tubuh.

Ada perempuan yang beberapa hari lalu Opel lihat di dalam mobil bersama dengan Nandu. Berdiri di sebelah Nandu, turut melihat ke arah Opel. Opel langsung memalingkan wajah. Kesal melihat Nandu apalagi melihat raut wajah perempuan di samping Nandu. Songong.

Mentang-mentang berhasil mendapatkan Nandu, lalu perempuan itu harus bersikap seperti itu juga pada Opel? Hei, Opel lebih dulu memiliki Nandu, walaupun sekarang sudah tidak. Tapi mereka baru bersama sebentar, tengok Opel, dia sudah 2,5 tahun bersama dengan Nandu dan itu tidak ada apa-apanya dengan perempuan tadi.

"Nggak mungkin balik." Gumam Opel mengingatkan dirinya kalau dia ke sini untuk mengisi waktu luang yang malang.

Niatnya ingin melihat novel-novel terbitan baru, hanya 5 detik melihat Nandu, keinginan itu musnah begitu saja. Mau makan di kafe atau tempat makan lainnya pun Opel sudah tidak mood. Harinya di semester ini sering sekali hancur.

Kalau dulu, diniatkan jalan bareng ada aja halangannya. Lalu sekarang, sangat tidak berniat bertemu tetapi mereka malah dipertemukan. Takdir macam apa yang mempermainkan perasaan Opel saat ini?

Opel sudah mati-matian menutup lembaran kisah lalu bersama Nandu, tetapi pertemuan-pertemuan mereka jauh lebih mudah dibanding Opel ketika harus rela melepas Nandu. Dan hingga saat ini, di detik ini dia baru menyadari, hatinya belum mengikhlaskan perginya Nandu ke hati yang lain.


29 November 2019 - 8.30 pm


Cerita ini mau gue tulis tuntas dulu, mungkin aja nanti ada alur yang janggal. kalo kalian nemu hal itu mohon koreksinya aja ya. gue pun dengan senang hati menerima komentar maupun kritik saran. 

makasih udah mampir di cerita ini :)

Bermain RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang