4: Hari Tanpa Lelah

89 6 0
                                    


Hubungan ada karena ketertarikan pada orang yang ingin dimiliki dan itu adalah bermulanya hubungan Opel dan Nandu. Meski mereka terpisah dari segi fakultas yang dilakoni, mereka memutuskan untuk bersama. Karena mereka masih yakin, hanya terpisah fakultas bukan lingkup wilayah berpijak.

Fase awal hubungan mereka masihlah sering bertemu, sekadar untuk makan saja. Seperti saat itu ketika jadwal kuliah mereka kebetulan berakhir di jam yang sama. Nandu tentu langsung melesat ke fakultas Opel. Menanti sang kekasih yang katanya baru selesai kelas dan menuju keluar lingkungan fakultasnya.

"Nunggu lama nggak, yang?" kata Opel begitu sampai dan langsung membuka mobil yang dikendarai Nandu lalu dia duduk di bangku samping kemudi.

Nandu mulai menstarter sambil menggelengkan kepala.

"Aku mau Richeese, katanya lagi promo."

"Yaelah yang promo diserbu hahahaha."

"Biarin dong. Ini namanya memanfaatkan adanya Kartu Tanda Mahasiswa."

"Iya deh iyaaa. Semoga belum kehabisan."

"Eh iyaaa, jam berapa ini?" Opel bertanya namun dia sendiri melirik jam di pergelangan tangannya. "Udah jam 3, masih ada nggak yaaa?!"

"Kalo abis cari yang lain aja."

"Pengennya itu, yang."

"Euh. Dasar yaa ini cewek." Nandu mengulurkan tangan kanannya dan mengacak-ngacak rambut Opel. Gemas dengan keinginan Opel kali ini dan memang keinginan-keinginan seperti itu tak jarang dilakukan Opel.

Pernah waktu itu Opel ingin seblak tapi bukan seblak di sembarang tempat yang jual. Pernah juga dia ingin Nasi Padang dengan sayur nangka tetapi saat berkunjung ke tempatnya ternyata sudah kehabisan sayur nangka alhasil besoknya Opel meminta agar beli makan ke Nasi Padang lagi.

Dan kejadian itu terjadi hari ini. Kalau kehabisan, ya siap-siap besok diajak ke tempat ini lagi.

+++

"Untung nggak keabisan." Opel terlihat bahagia sambil menyantap paket ayam Richeese dengan level 2. Bibirnya memerah karena kepedesan tapi perempuan itu enggan berhenti. "Pokoknya harus dihabisin mau pedes pun."

"Iya iya abisin aja."

Nandu pun sama, menyantap makannya. Dia pesan level 4 dan sudah habis, makanya sekarang dia hanya memandangi raut kepedesan Opel.

"Dower itu bibir. Minta digigit wahahahaa." Opel langsung meliriknya sinis.

"Nggak boleh macem-macem!" Perempuan itu mengacungkan sayap ayam yang tadi sedang dimakannya.

"Canda canda, yang." Nandu tertawa melihat Opel. "Daging ayamnya mau dikasih ke aku? Sini." Nandu serayu mengulurkan tangannya untuk mengambil sayap ayam digenggaman Opel. Opel langsung cemberut.

"Nggak nggak nggaakkkkk!"

+++

Opel menutup matanya, mencoba membiaskan ingatan-ingatan kebersamaannya dengan Nandu. Kesalahan. Dia malah jalan-jalan ke Mall ini sendirian dan tercenung di hadapan pintu masuk tempat makan Richeese Factory.

Rasanya, semua hal kebersamaan dengan Nandu semakin meluap ke permukaan. Mengoyak pikir Opel. Menjatuhkan dirinya sejatuh-jatuhnya dalam lubang kesalahan. Dia merasa bersalah, putusnya hubungan ini karena dirinya yang tidak bisa membagi waktu antara kegiatan kampus dan kekasih. Hanya mengedepankan kegiatan kampus yang memiliki tenggat waktu dan membiarkan rasa di hati Nandu membias karena waktu.

Bermain RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang