5: Sandaran Kesabaran

85 5 0
                                    


"Yang, aku ke rumah kamu ya?!"

Sambungan telepon Nandu pada Opel akhirnya tersambung. Suara perempuan itu, yang dirindunya—entah telah berapa lama mereka tak jumpa. Padahal satu kampus, walaupun beda fakultas seharusnya mereka tetap bisa menyempatkan diri untuk bertemu. Tapi dalam waktu beberapa minggu ini Opel hilang tak berkabar. Kalau Nandu menemui Opel ke rumahnya, biasanya Opel sedang tak ada.

Hanya kesia-siaan belaka untuk bertemu sang kekasih.

"Yahh..." Ada keluhan yang terdengar.

"Kenapa?"

"Aku lagi mau rapat, masih di kampus. Pulangnya nggak tau jam berapa."

Sudah dapat ditebak.

"Ya udah aku tunggu di kostan temen, nanti kasih tau kalo udah mau pulang."

"Nggak pasti pulangnya, yang. Lagipula aku bisa naik ojol atau taxi online." Cerocos Opel yang membuat Nandu menghela napas.

Bukan hanya perempuan yang dapat merindukan kekasih atau pasangannya, lelaki pun bisa mengalami itu dan ini sedang terjadi pada Nandu. Sebelum Opel memiliki kegiatan sibuk yang berkaitan dengan kampus, mereka tak pernah absen untuk bertemu. Dan rindunya Nandu pada Opel akan berlalu ketika menatap gadis itu di depan matanya atau sekadar duduk di samping kemudinya. Tiada henti pula Nandu mencubit kedua pipi Opel yang agak chubby.

"Aku kangen."

Ucap Nandu sebelum mengakhiri sambungan telepon dengan Opel.

+++

Lagi-lagi Opel memejamkan matanya ketika selintas ingatan tentang dirinya dan Nandu hadir. Saat itu, masih diingatnya. Nandu mengatakan "aku kangen," dan sambungan terputus. Yang terdengar dari ucapan Nandu saat itu ada sendu dan kemungkinan ada kerinduan yang begitu dalam, tetapi dengan bodohnya... Opel mengabaikan dengan alasan sibuk.

Nandu sudah bersedia akan mengantarnya pulang, meski semalam apapun Opel selesai rapat tetapi Opel malah lupa kalau Nandu sempat mengatakan itu. Dia pulang ke rumah dengan taxi online.

Dan sejak itulah kerenggangan keduanya bermula.

"Aku udah janji main sama temen."

"Oke."

Sambungan telepon keduanya terputus dan tanpa ada kalimat apapun dari Nandu.

Dalam benak Opel adalah Nandu yang mulai memahami dirinya dan itu membuat Opel semakin mencintai Nandu. Lelaki itu pengertian padanya. Karena ada yang juga harus dipertahankan, yaitu pertemanan. Lagipula selama ini yang Opel tahu adalah kalau pertemanan lelaki jauh lebih baik daripada perempuan. Membuat Opel yakin meski Opel tidak bertemu Nandu beberapa saat, pasti lelaki itu akan disibukan dengan main bareng dengan teman-temannya.

Namun, bertolak belakang dengan pemikiran Opel. Tindakan Nandu seperti itu dengan maksud agar Opel memahami, kalau Nandu tak ingin lagi peduli, bukan mengerti akan Opel lagi. Karena di hati Nandu mulai tersisa ruang, yang semula dipenuhi Opel.

Bisca Navelin : Mau ketemu?

Senandu : Nanti senin aja ya

Bisca Navelin : Okeeee :))

Read.

Dan hingga hari Senin berlalu, pertemuan mereka tak kunjung ada. Pesan dari Opel pada Nandu tak ada balasan, bahkan dibaca pun tidak. Hanya tulisan dibaca ada dibeberapa hari yang lalu.

Terus dan selalu begitu hingga sebulan lebih.

+++

"Jadi lu putus sama Opel karena Kelarana?"

Ada suara-suara yang tak sengaja didengar Opel. Tidak ingin menoleh untuk memastikan itu obrolan siapa dengan siapa. Karena Opel tahu betul.

"Iya."

"Si Opel terlalu sibuk?"

"Iya."

"Payah amat lu. Cowok nggak harus selebay itu."

"Iya."

"Buset dah ini bocah ngapa yaakk?!"

"Doi lagi galau cuy." Satu suara lelaki yang berbeda dengan sebelumnya terdengar. "Yang dulu cueknya amit-amit, yang sekarang beuhhhh LDR." Katanya penuh rasa kasian.

"Sefakultas sama Opel kan Lara tuh?" lelaki yang tadi sebagai informan entah juru bicara Nandu langsung mengangguk. "Nggak ada LDRnya sama sekali wey!!!"

"LDR beda keyakinan." Sahut Nandu yang jauh lebih pendiam dibanding yang Opel tahu sebelumnya.

Dan lelaki tadi yang begitu antusias dengan hubungan Nandu itu hanya menganggukkan kepala dan ber-OHH. Sedangkan Nandu memainkan ponselnya yang sejak tadi membuatnya menunduk dan enggan peduli dengan bahasan-bahasan yang seharusnya telah pudar.

Kemarin Nandu bertemu dengan Opel. Pikirnya kalau dia menyapa Opel sudah tak lagi ada masalah. Sekalipun hubungan mereka berdua hanyalah putus sepihak dan Nandu sempat pergi beberapa saat dari hidup Opel, sampai kemudian takdir mempertemukan berkali-kali.

"Opeeeellll!" Sebuah suara melengking memanggil nama seseorang yang sedang ada dalam pikiran Nandu. Nandu menegakkan tubuhnya, mengarahkan pandangan pada asal suara.

Di sana ada dua orang perempuan. Yang satu sangat dikenali Nandu dan satunya lagi sudah pasti perempuan dengan suara melengking.

"Sttssss... nggak usah teriak juga. Malu."

Bukan malu sebenarnya. Aksi kebetulan Opel yang menguping pembicaraan Nandu dengan teman-temannya jadi ketahuan padahal tadi sudah merasa aman.

"Kangen tauuu. Lu udah sering ilang dari kampus mulu." Jelas perempuan itu dan sambil memeluk pinggang Opel, sambil mereka berjalan ke luar dari warung nasi.

Di sela-sela obrolannya dengan teman seperjuangan di hima (himpunan mahasiswa), Opel melirik ke arah kursi Nandu dan pertemuan mata keduanya terjadi. Ada sepersekian detik waktu seolah berhenti. Hanya ada keduanya yang saling bertatap dan menyalurkan kata-kata rindu tanpa ucap.

Ternyata sejak tadi ada Opel, Nandu menyimpulkan.

+++

Ternyata.

Nandu pergi bukan karena terpikat perempuan bernama Kelarana. Ternyata. Nandu tidak bermain rasa di belakangnya. Dan ternyata. Semua ini salah dari Opel. Sikapnya yang membuat Nandu melepasnya. Sikapnya yang membuat Nandu memilih Kelarana. Adik tingkat Opel di fakultasnya. Dan sosok Kelarana yang jauh berbeda dengan dirinya. Seperti kesengajaan untuk tidak mengingat sempat ada Opel dalam hati Nandu. Dan meski keduanya berbeda, Nandu memaksakan.

Opel membenamkan kepalanya di balik bantal. Merutuki ketidakpekaannya selama ini. Nandu pernah meminta pertemuan, Nandu pernah merindunya, lalu Nandu melepas semua itu, termasuk melepas ikatan status berpacaran mereka.

Ini kesalahan Opel. Dan seharusnya selama ini Opel tidak menyalahkan Nandu dan tidak mengharap Nandu akan kembali padanya.

"Sekarang gue yang kangen dia."

Opel menumpahkan tangis penyesalan yang tidak diperlukan.

Nandunya telah pergi.

Kesabaran yang dimiliki lelaki itu untuk bersama dengannya telah dihentikan. Nandu berhenti memilikinya.

Senandu : Opel.

Suara notif Line terdengar dan Opel tidak menyegerakan membuka, mencoba meyakini hatinya agar tidak berharap dari Nandu. Namun, lima menit berlalu, Opel tidak tahan untuk melihatnya.

Senandu: pesan telah dihapus.


05 Januari 2020 - 09.03 pm

Bermain RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang