Bab 12 - Tidak Cemburu

25.8K 4.1K 181
                                    

Aturannya baca Al-Kahfi dulu baru ini 😊

Saat manusia saling menyakiti, mereka cenderung lalai telah membuat luka yang mungkin akan diingat selamanya.

~Senja di Istanbul~
Karya Mellyana Dhian

Tag @mellyana.i dan @senjadiistanbul

***

Sesampainya Hamish di mulut pintu, ia mendengar permintaan mengejutkan.

"Tolong nikahi saya!"

Rofiah dan Hawwa memanggil bersamaan, tidak pernah menyangkan. "Hanna, apa yang kamu katakan?"

"Hanna minta Kak Hamish menikahi Hanna."

Hamish berbalik badan. Menaikkan satu alisnya. "Serius?"

"Ya," jawabnya begitu yakin.

Tidak memerlukan waktu lama bagi Hamish menjawab. "Kita bahas nanti." Lalu lelaki itu masuk ke dalam mobil.

Kita bahas nanti?
Apa iya secepat itu laki-laki mengiyakan perempuan?

Dua perempuan yang masih syok terduduk di sofa tanpa mengatakan sepatah kata lagi. Rasanya darah Hawwa akan mengalir dari pori kepala. Obrolan singkat tadi membuatnya menjadi patung yang hanya diam menyaksikan. Sementara Hanna pergi dengan santai tanpa memberi penjelasan. Ini terlalu mendadak bagi Hawwa. Entah ada rasa apa mendengar jawaban Hamish, ia sendiri tidak mampu mendefinisikan. Kalau cemburu sepertinya tidak. Ia bukan gadis pecemburu, lagi pula siapa Hamish hingga membuat hatinya memanas.

Yang Hawwa tahu adiknya mencintai Rizal lebih besar dari cintanya kepada kakak kandung sendiri. Ia juga yakin jodoh yang menjadi takdirnya adalah lelaki itu. Ribuan kali Hawwa mengingatkan, tak pernah adiknya gubris. Dan sekarang secara mendadak ingin menikah dengan orang lain? Sungguh tidak mungkin. Meskipun Hawwa percaya Allah Maha membolak-balikkan hati, tetapi permintaan Hanna tidak bisa dipercaya. Untuk mengklarifikasi ia akan mengunjungi kamarnya langsung.

Di kamar Hanna sedang berbaring seraya memainkan ponsel. Dengan cepat Hawwa merebut benda itu, melihat layar yang menampilkan akun instagram Hamish Akbar. Kegiatan stalking yang barusan Hanna lakukan membuat sang kakak semakin binggung. "Maksudnya apa?"

"Kalau kakak cemburu bilang aja."

Tidak ada tanggapan berlebih. Hawwa hanya diam, memang malas berkomentar. "Pernikahan bukan mainan! Kakak gak ngerti pikiran kamu sedangkan itu."

Tadinya Hanna ingin memberi sambutan hangat, menghindari perdebatan yang sering terjadi diantara kedunya. Namun kalimat kakaknya benar-benar kelewatan. "Sial banget punya kakak kayak Lo! Pergi dari kamar gue sebelum gue tarik! Kakak gak punya hati!" Hanna semakin mengeluarkan kata sarkas.

Kalau diladeni perselisihan kian memuncak. Hawwa keluar kamar dengan dada bergemuruh, tak sempat menjawab pertanyaan sang ibu ia langsung masuk ke kamarnya.

Firasat seorang ibu seratus persen mendekati benar. Pasti kedua anaknya tidak akur lagi. Kadang Rofiah heran kepada mereka. Hanna dan Hawwa saling menyayangi, tetapi rasa itu diekspresikan mengunakan cara berbeda. Sifat protektif Hawwa menunjukan betapa ia ingin menjadi penjaga dan sikap kesalnya Hanna merupakan wujud ingin memberitahu kalau Hawwa tidak perlu lagi khawatir, sebab ia sudah dewasa. Tahu mana yang baik dan buruk.

Bukan tidak asing, keduanya memang memiliki perbedaan sikap yang sangat ketara. Sosok pelindung suri tauladan dan seorang adik yang ingin mandiri, tetapi tidak berhenti membuat kakaknya khawatir dengan pilihan hidup yang berbeda prinsip. Menurut Hanna benar, salah di mata Hawwa. Bagi Hawwa tepat, cacat dari sudut pandang Hanna.

Senja di IstanbulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang