2. Penyusup Tak Tahu Malu

2.7K 388 72
                                    

Aku bisa merasakan basah pada jemariku tepat ketika aku tersadar dengan rasa nyeri di kepala. Ringisan terlontar dari bibirku sembari mata ini mengerjap. Dengan pandanganku yang masih buram, aku pun mengucek cepat mataku agar bisa melihat apa yang ada di depanku dengan jelas. Siluet seorang manusia. Pria. 

Bersamaan dengan itu, tubuhku terasa seperti disetrum begitu menyadari sesuatu yang lunak dan basah mengenai jemari tangan kananku. Pada detik ketiga, kesadaranku muncul, dan aku pun membelalak. 

Siapa yang tidak kaget jika baru saja sadar dari pingsan, lalu disuguhi pemandangan pria tanpa busana dan pria itu sekarang sedang memegangi tangan kananmu lalu menjilatinya dengan penuh semangat. Rasanya aku ingin menangis.

"APA YANG KAU LAKUKAN!!?" Aku berteriak panik dan menarik tanganku dari genggamannya. Kuusap-usap jemariku yang masih basah karena liurnya ke pintu. "MANIAK, BYUNTAE, MESUM, APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU, BERENGSEK!" 

"Nuna, Sugar ku---"

"Hei, pria bejad! Kau masuk lewat mana, hah!? Kau menembus tembok!?" Benar, aku sudah mengunci semua jendela bahkan sebelum Jinyoung datang untuk mengantar kucing tadi. Jadi sudah pasti semua jendela rumahku tertutup saat aku pergi untuk melihat Jungkook di rumah sakit. "Dan lagi... kenapa kau tidak pakai baju!? Walau mesum setidaknya pakailah baju!" Aku menutup mataku ketika melirik pada bagian bawah pria itu. Yang astaga... aku tidak bisa mendeskripsikannya. Air mataku sudah menetes keluar.

Aku tidak memperoleh jawaban, pun tidak merasakan pergerakannya untuk bergeser dari hadapanku. Takut-takut, aku mengintip sedikit, mencuri lihat apa yang tengah ia lakukan. 

Kupikir pria itu bersiap mengambil ancang-ancang untuk menyerangku, tetapi yang terlihat jauh dari apa yang aku duga. Pria itu hanya menatap tangannya sendiri dan meraba wajah serta sekujur tubuhnya dengan pandangan mata yang sulit kuartikan. Aku mengernyit, dia terlihat semakin panik dan terus meraba-raba tubuhnya sendiri. 

Apa-apaan ini?

"Hah, apa yang terjadi?" Dia bermonolog, masih terus memperhatikan tangan dan sejumlah bagian tubuhnya. Lalu tangannya turun memegang bagian selatannya dengan gerakan yang begitu polos. Sontak, aku langsung menutup mata dan meraih tasku, lalu mencari gagang pintu dengan merabanya. Sialan, sepertinya pria ini bukan maniak sembarangan. Dia orang gila. Super gila. Apa yang akan terjadi setelah ini kalau aku tidak bisa keluar menghindarinya?

Ya Tuhan, tolong selamatkan aku. 

"Nuna, apa yang terjadi!?" Gerakanku terhenti saat ia melontarkan pertanyaan itu. Jantungku sudah berdebar tidak karuan. "Kenapa Sugar... jadi begini? Bulu Sugar? Mana bulu Sugar? Dan... a-a-aaa...." 

Aku semakin gemetar. Tidak memahami apa yang tengah ia lakukan, seperti... mengetes suara?

"Meong...."

Kerutan di dahiku semakin dalam. 

"Kenapa suara Sugar jadi begini?" ucapnya lagi. "Meong... Meeeoongg...." Lalu dia menggaruk kepalanya.

"Keluar!" Tanganku sudah mencengkeram tali tas kuat. Namun, dia justru mendekat padaku, badannya merunduk mengarah pada tangan kananku. "Apa yang kau lakukan!? Jangan mendekat!!!" 

"Di sini bau cumi dan kerang...." Sekarang dia mengendus tanganku, tanganku yang tadi sempat dijilatinya. "Sugar lapar."

Tak bisa menahan diri, aku langsung melayangkan tasku kuat-kuat ke kepalanya. Kupukul pria itu berkali-kali sampai ia mengaduh dan meringkuk di lantai. "Dasar mesum! Otakmu tidak ada, ya? Keluar atau kupanggil polisi!?"

"Nuna, jangan!" Dia merintih kesakitan, tapi aku tidak peduli. 

"Nuna katamu? Memangnya kau siapa, hah!? Kau bukan adikku! Jangan sok akrab!" 

CATNIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang