10. Menandai

1.9K 347 86
                                    

( S L O W       U P D A T E )

"S-siapa?" Jinyoung mengerjap berkali-kali melihat aku yang masih dipeluk oleh Sugar.

Mati aku.

Masa mau bilang makhluk yang memelukku ini adalah Sugar dalam sosok manusia?

Dan... bagaimana kalau Jinyoung bertanya tentang kucing hitam itu? Sekarang, 'kan, Sugarnya sedang berubah dalam wujud manusia.

Wah, celaka.

Jawaban apa yang harus kuberikan untuk Jinyoung? Kalau aku dituntut karena menghilangkan kucing mahal, bagaimana?

"Cheonsa?" Suara Jinyoung menyadarkanku dari lamunan. Pria itu kini mendekat padaku lambat-lambat, dan kacaunya lagi Sugar semakin memelukku seperti aku akan kabur kalau dia melonggarkan pelukannya.

"O-oh?" Aku berontak dan melepaskan pelukan Sugar secara sepihak. Tidak peduli walau Sugar mendengkus dan cemberut.

Jinyoung lebih penting.

"D-dia ini sau--"

"Dia milikku!" Sugar memotong ucapanku seraya bergelayut di lenganku.

Aku melotot padanya, sedangkan dia menatap tidak suka pada Jinyoung yang mengerutkan kening.

Wah, semakin kacau.

"Nuna milikk Su--"

"Ah, dia adik sepupu jauhku, Jinyoung...." Aku memotong ucapan Sugar cepat, sebelum makhluk itu membeberkan identitasnya pada Jinyoung.

Adik.

Ya biarlah.

Biar saja dikira adik. Lagi pula Sugar hanya punya tampang yang agak dewasa dariku, tapi sifatnya seperti anak TK. Jadi, pasti orang lebih bisa maklum jika dia adalah adik.

Bisa gila aku kalau Sugar mengaku kalau dirinya bernama Sugar, sementara Sugar yang wujudnya kucing tidak ada.

"Tidak!" Mulut Sugar mengerucut, pegangannya di lenganku semakin kuat. "Nuna milikku!"

"Sugar...." Aku mendesis pelan padanya, berusaha memberi pengertian. "Jangan begini!"

Dia merengek dan terus bergelayut. Jinyoung yang melihat kami hanya terdiam dengan wajah penuh kebingungan.

"Ah, Jinyoung, maaf, ya. Dia memang sedikit manja walau sudah dewasa. Dia memang seperti anak-anak dan... yaa... kau tahu maksudku, 'kan?"

Maafkan aku Sugar aku harus sedikit menjelekkanmu sekarang. Aku tidak mungkin mengungkap siapa dirimu dan aku tidak tahu harus menjelaskan pada Jinyoung. Jinyoung juga pasti nantinya tidak percaya padaku. Dan itu buruk.

Aku menggerakkan telunjukku secara memutar ke pelipis sambil tersenyum canggung. Jinyoung pun langsung paham meski raut bingungnya belum lepas sepenuhnya di wajah.

Setidaknya aku bisa bernapas sedikit lega.

"Kenapa anak-anak?" Sugar protes dan aku melirik lambat padanya. "Sugar sud--mmpph!"

Aku menyeret Sugar ke kamar sambil memberi isyarat pada Jinyoung agar menunggu sebentar.

Oh, semoga Jinyoung tidak mendengar Sugar menyebut namanya sendiri.

Sugar menyentakkan tanganku kuat ketika kami menuju pintu, lalu berkata sebelum masuk ke kamar, "Aku sudah dewasa! Aku sudah bisa kawin! Aku sudah dewasa! Aku bukan anak-anak!"

Aku membanting pintu lantas memaksanya duduk di ranjang.

"Sugar!" Aku nyaris memekik kesal melihatnya kalau tidak ingat Jinyoung di luar. "Kau ini kenapa, sih!?"

CATNIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang