5. Makan

2.3K 343 56
                                    

"Kok bisa, sih, dia pulang lagi!?" Jungkook berkacak pinggang, dadanya naik turun menahan amarah. Ia tidak pernah tahu berurusan dengan kucing--atau siluman kucing--ternyata sangat menyebalkan. "Nuna, kau tidak memungutnya lagi tanpa sepengetahuanku, 'kan!?"

"Mana ada yang seperti itu, Han Jungkook, bodoh! Kau pikir aku mau pergi pakai apa ke Gwangjang!? Makan saja aku tidak bisa!" Aku segera melarikan pandanganku pada Sugar yang menatapi kami berdua bersitegang. "Nih, karena dia aku jadi tidak makan hari ini! Dia minta diantar oleh seorang pria tua dan pria tua itu memerasku! Sialan!"

Jungkook menggelengkan kepala dan memejam sejenak, lalu dia menghampiri Sugar yang mengesot mundur dan tiba-tiba saja menciut di tempatnya. "Kau kok bisa tahu rumah ini? Katakan padaku kalau kau bukan siluman kucing. Benar, bukan?"

Sugar menelengkan kepalanya, reaksi biasa jika ia tidak memahami apa yang orang lain ucapkan padanya. "Sugar ini kucing, kok."

"Lalu kenapa kau bisa ingat jalan pulang!!!" Sepertinya kesabaran Jungkook sudah mau habis. Aku harus menahan tubuhnya agar mundur, takut-takut ia menyerang Sugar. Dan akan jadi lebih menakutkan lagi kalau Sugar ikut menyerangnya. Kami tidak tahu Sugar itu seperti apa, barangkali saja dia punya kekuatan khusus. Dia saja bisa melenyapkan dan menampakkan ekor serta telinganya di depan kami. Otomatis, dia punya kekuatan yang lain, bukan?

"Sugar ingat semua yang Sugar lihat, kok," balas Sugar dengan wajah polosnya. Ia menatap Jungkook yang sudah merah padam itu dengan mata membulat dan bibirnya mengerucut, membuat Jungkook yang masih kesal--entah bagaimana--bisa ikut-ikutan mengerucutkan bibir menirukan gaya Sugar berbicara. "Sugar pandai menghapal!"

Jungkook menghela napas panjang dan duduk terkulai di kursi. Tangannya tak henti memijat pelipis. "Aku tidak tahu harus apalagi, Nuna."

Aku ikut duduk di samping Jungkook dan mengusap lengannya pelan. Diam-diam begini, aku juga sangat cemas. Bukan hanya khawatir kalau kehadiran Sugar di rumahku menjadi pertanda buruk, tapi lebih kepada aku takut jika Sugar tidak kembali ke bentuk aslinya lalu Jinyoung datang dan memeriksanya. Apa yang harus kukatakan pada Jinyoung? Apa Jinyoung semudah itu saja percaya?

"Tidak jadi ke Pet Shop, sekarang malah kucingnya muncul sendiri...," lanjut Jungkook sembari melirik tajam pada Sugar yang masih mengerjap dalam gerak lambat di sudut ruang. "Oi, kau bisa kembali ke wujud kucingmu tidak?"

"Hmm, seharusnya, sih, bisa," jawab Sugar ragu.

"Jawaban macam apa itu? Kau itu jantan atau betina, sih!? Tegas sedikit, dong! Kami ini butuh kepastian!" balas Jungkook kesal.

Sugar mencebik. "Sugar ini jantan tahu. Sugar punya adik. Mau lihat? Nih!" Dan benar saja si sialan itu langsung berdiri dan membuka celananya di depan kami berdua. Aku sontak menutup mataku dengan tangan sementara Jungkook melotot tidak percaya.

"YA TUHAN, NUNA, AKU BISA GILA!!!" Jungkook merengek. Aku pun tak kalah gelisahnya. "PAKAI LAGI CELANAMU, BERENGSEK!" Sugar pun dilempari Jungkook dengan bantalan sofa.

"Iya, tahu. Kata Nuna kalau dibiarkan begitu adik Sugar akan kedinginan...."

Aku langsung berlagak tidak tahu apa-apa saat Jungkook menujukan pandangannya padaku. "Nuna, apa yang terjadi? Kenapa kau mengajarinya seperti itu?"

"A-apa, sih? Mana aku tahu!" elakku.

"Hei, itu bukan adikmu. Itu alat kelamin. Untuk kencing dan membuat bayi. Jangan sembarangan berbicara! Kau ini idiot, ya? Lain kali jangan membuka celanamu di depan perempuan!" kata Jungkook lagi.

"Iya, Sugar tahu, kok." Sugar melirikku dan lagi-lagi aku membuang muka. Sialan, aku malu sekali. "Tapi, kata Nuna yang tadi itu namanya adik. Eh, Sugar tidak tahu, lho kalau adik bisa untuk membuat bayi juga...."

CATNIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang