3. Prasangka Buruk

2.6K 340 84
                                    

Note : Mau kasih tau info dikit, kalau FF ini cuman FF short chapter. Biar kalian gak kecewa di akhir. :)
.
.
.

"SAKIT!" 

Aku menjauhkan tanganku dari telinganya yang memerah karena kutarik. Sepasang benda itu menempel erat di atas kepalanya, teksturnya pun berbulu selayaknya yang dimiliki oleh scotish fold pada umumnya. Sepasang telinga itu kini bergerak-gerak tidak nyaman sebelum diusapnya. 

Jelas saja aku terperangah, dia memiliki dua pasang telinga; yang satu telinga selayaknya manusia dan satunya lagi telinga kucing di atas kepala. 

"Kau sungguh...." Ucapanku terpotong dengan lirikan tajamnya, matanya yang semula cokelat gelap penuh kini pupilnya mengecil---pernah lihat mata kucing yang tertimpa cahaya? Nah, seperti itulah dia. Liurku seakan membatu dan aku kehilangan kalimat. 

Pria ini memang siluman kucing. 

Ekornya bergerak liar, megar seperti kemoceng. 

"N-nuna, Nuna pernah melakukan praktik okultisme atau persembahan pada dewa-dewi yang aneh, tidak?" Jungkook yang sedari tadi diam seperti orang idiot berbisik padaku. Kehadiran Jungkook di rumahku sama sekali tidak membantu. Malah aku yang dijadikannya tameng, sedang Jungkook mengerut takut ketika melihat makhluk aneh yang duduk di tengah ruang sempit rumahku ini. 

"Tidak ada," jawabku ketus. "Aku memang miskin, tapi aku tidak sampai menjual diriku pada iblis."

Hening. 

Sugar--begitulah nama makhluk aneh itu--menatap tajam pada kami. Mungkin masih marah karena aku dan Jungkook sempat menarik-narik ekor dan telinganya secara bergantian guna memastikan bahwa itu asli bukan aksesoris semata. 

Lama-lama, suasana jadi suram. Aku tidak betah ditatapi seperti itu, belum lagi Jungkook ikut-ikutan menyebalkan. Masa dari tadi dia mengaitkan lengannya padaku!?

"Oh, o-oke. Ja-jadi, Sugar, benar namamu Sugar, 'kan?" Dia mengangguk tegas. "Kau mau makan, 'kan?"

Dia mengangguk lagi. 

"Sebentar, ya, aku ambilkan makananmu dulu," kataku seraya melepaskan kaitan lengan Jungkook pada lenganku, lalu menuju ke dapur. 

Aku tentu tidak bisa membiarkan keadaan ini, setidaknya aku harus bersikap baik pada si siluman kucing ini. Pikiran-pikiran buruk mulai berseliweran di kepalaku. Bagaimana jika kalau aku memperlakukan Sugar tidak baik justru mendatangkan bahaya? Bagaimana kalau Sugar adalah titisan dewa yang ingin menguji ketabahanku? Semua itu mungkin saja terjadi, bukan? Oh, dia kucing hitam pula. Aku tidak bermaksud rasis atau percaya pada takhayul, tapi kalau begini keadaannya aku jadi terpengaruh, kalau kucing hitam itu membawa sial.

Mohon maafkan aku, untuk kucing hitam lain di luar sana karena sudah menggeneralisir kalian.

"N-nuna, jangan tinggalkan aku sendiri!!!" 

Aku hanya mendecak dan tidak menghiraukan Jungkook yang payah. Biar sajalah, sepertinya Sugar juga tidak akan aneh-aneh selain menatapi Jungkook. Jungkook saja yang berlebihan, seharusnya yang takut adalah aku, bukan dia. 

Merogoh kardus raksasa dan menemukan dryfood dalam bungkus ukuran jumbo dan wetfood kalengan. Kulirik Sugar yang masih setia menatapi Jungkook, yang mana kira-kira akan dia makan, ya?

Beberapa saat aku menimbang, akhirnya aku putuskan kedua makanan berbau amis itu ke dalam mangkuk. 

"Salmon!" Aku nyaris menjatuhkan kaleng wetfood saat suara itu datang. Tahu-tahu saja Sugar sudah berlutut di dekat kakiku dengan hidung kembang kempis menghirup bau makanan yang sudah kutaruh ke mangkuk. "Sugar suka salmon!" 

CATNIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang