11. Astaga....

1.9K 325 99
                                    

Berat. Dadaku juga sesak. Udara di sekelilingku juga sangat dingin seakan menggigit kulitku yang sudah tertutup selimut. Aku bergidik, dan berusaha mengabaikan perasaan aneh itu. Samar suara lolongan anjing serta gemerisik dari arah luar kian menambah aneh suasana. Seharusnya ini sudah subuh, apa aku yang salah mengira? Kenapa anjing jadi suka melolong subuh-subuh?

Aku tidak pernah mengalami yang seperti ini sebelumnya. Rasa pening di kepala karena kurang tidur membuatku enggan membuka mata. Selain itu, aku juga takut.

Bagaimana kalau saat aku membuka mata tiba-tiba di langit-langit kamar ada setan bermulut robek? Lebih baik aku menuruti rasa kantukku saja, 'kan?

Belum lagi memikirkan Sugar yang menciumku membuat aku sulit tidur dan seakan dihantui oleh bayangannya yang sedang menciumku.

Aku berusaha mengabaikan rasa sesak itu, tapi semakin kuabaikan, sesaknya justru semakin menjadi. Tidurku yang semula tenang, kini terusik, aku mulai gelisah. Aku ingin mengucap doa, tapi tidak bisa. Apakah ini yang disebut ketindihan?

Aku membuka mataku perlahan dan seiring kelopak mataku terbuka, di saat itu pula jantungku hendak meledak.

Makhluk itu muncul sangat dekat. Beberapa detik aku menahan napas dengan mata membelalak. Aku sempat mengira bahwa sedang ditimpa oleh makhluk halus, tapi saat hela napas itu menyapu hidungku, barulah aku sadar. Buru-buru aku menggapai lampu mejaku dan menyalakannya.

"Nuna...."

Oh, ya ampun. Aku hampir menjerit menemukan Sugar tepat di depan mataku.

"SUGAR!!!" Dan ya, akhirnya aku berteriak juga.

Yang diteriaki langsung menyingkir dari tubuhku. Sialan, dia kira tubuhku bantal duduk apa!

"Hehehehe...."

Makhluk aneh itu berlutut di lantai, matanya mengerjap cepat dengan mata membulat sempurna. Bibirnya melengkung lebar sampai aku khawatir pipinya akan robek.

Melihat bibirnya membuatku teringat lagi akan ciumannya semalam. Wajahku langsung panas dan aku langsung memalingkan wajah dari Sugar.

Apa yang ada di pikiran makhluk aneh itu sekarang? Apa saat aku tertidur dia menciumku lagi? Apa dia sama sekali tidak merasa bersalah setelah menciumku? Apa....

Aku menunduk, menatap dadaku, dan secara alami tanganku menangkup dua gundukan itu.

Apa dia menyentuh milikku selagi aku tidur?

Aku menoleh padanya, tapi tampang polosnya membuatku mempertanyakan kewarasanku.

Apa yang kupikirkan sebenarnya? Makhluk dengan kapasitas berpikir di bawah anak usia taman kanak-kanak seperti dia apakah harus dicemaskan?

Tapi... dia bisa menciumku. Mana ada anak taman kanak-kanak yang bisa mencium bibir seorang perempuan dewasa!

Astaga, otakku sepertinya rusak.

"Nuna."

Kenapa, ya, sekarang aku jadi berdebar? Kenapa, ya, aku takut melihat wajahnya?

"Nuna...."

Aku memegang bibirku sambil memejam. Oh, astaga... astaga... sudah berapa kali aku mengucap 'astaga'? Aku masih merasakan bibirnya di bibirku.

Bagaimana ini?

"Nuna...."

Aku menggaruk kepalaku, lalu memukulnya beberapa kali. Bayangan ketika dia menciumku terus membayangiku. Dan itu mengerikan!

"Nuna...."

"Astaga, apaan, sih!?" Tanpa sadar suaraku meninggi. Sugar yang mendengar itu langsung mengerut di tempatnya seperti sedang bertemu predator.

CATNIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang