Bab 3

7.9K 892 88
                                    

Ketika aku minta cinta, pacar yang kudapat. Ketika aku minta istri, maka aku dapat pacar, cinta dan bidadari surga. Aamiin.

Ketika pulang kerja, biasanya aku sempat-sempatkan mampir ke cafe yang menyajikan menu-menu kopi sebagai andalannya. Dan kebetulan jelajahku hari ini sampai di daerah Bulungan. Ada salah satu warung kopi, atau entah apa disebutnya, yang direkomendasikan teman kerjaku.

Dengan bermodal nekad karena penasaran, akhirnya aku mencicipi salah satu menu kopi di sana. Arabica Flores, ditambah dengan cemilan kentang goreng.

Suasana malam ini memang cukup ramai. Karena tempat ini selalu dijadikan lokasi nongkrong anak muda daerah Jakarta Selatan.

Aku memang tidak heran lagi dengan gaya anak muda sekarang. Karena berkat mereka-mereka yang hobi nongkrong ini maka tercipta berbagai kreasi tentang makanan dan minuman. Salah satunya gaya kopi yang semakin hari semakin populer.

Apalagi bagi penikmat kopi sendiri, rasa pahit dalam kopi bukanlah sebuah kecintaan semata. Tapi seperti candu. Pahit yang membekas ketika meminum kopi seakan memperingatkan manusia dalam menjalani kehidupan.

Pahit ataupun manis mengenai kehidupan, haruslah dinikmati bukan disesali.

"Silakan dinikmati." Kata pelayan yang mengantarkan pesananku.

Hanya kurang dari 50ribu, kopi dan kentang goreng bisa kunikmati. Bersama iringan suara klakson pengendara, dan tawa serta canda orang-orang di sekitarku, seakan menambah nikmat keadaan malam ini.

Sambil menikmati kopi hitam ini, kututup kedua mata. Rasanya pas sekali di lidah. Biasanya tempat kopi yang tidak sesuai selera akan aku tinggalkan begitu saja. Tapi kali ini tidak. Ada rasa yang mengikatku untuk dapat kembali lagi di lain waktu.

Masih terus menikmati kopi dan kentang goreng pesananku, grup masa-masa SMA, membuat semua anggota grup gempar.

Adon. Atau nama lengkapnya Akhmad Doni mengirimkan undangan ke grup, undangan pernikahan yang akan dilaksanakan minggu depan ini.

Semua orang bereaksi tidak wajar. Termasuk aku. Ternyata yang masuk ke dalam grup tersebut, karena tidak semua anak SMA di sekolahku masuk ke dalam grup itu, Adon lah yang memecahkan rekor menikah lebih dulu.

Walau ya aku akui, Adon juga sudah terlalu tua untuk dianggap memecahkan rekor, tapi dia berhasil memimpin semua itu dari kami.

Bahkan tanpa ada isu pacaran sebelumnya.

Aisix

Andi
Beneran bisa nikah lo, Don? Emang tahu caranya.

Riski
Emang punya lo udah panjang, Don? Kaki lo aja pendek

Ditha
Adon, lo biasa main bola sama gue. Nanti main bolanya dikasur sama cewek lain. Enggak rela gue.

Siapa perempuannya, Don? Perempuan tulen, kan?


Aku sendiri cukup kurang ajar membalas pesan itu digrup. Adon yang akan berbahagia bukannya didoakan, kami malah bertanya hal-hal yang tidak penting padanya.

Tapi begitulah sahabat. Kami sudah bersahabat dari SMA, berkumpul menjadi grup ini karena menyukai hal yang sama. Sepak bola. Walau ada perempuannya dalam grup ini, namun dia sudah tidak kami anggap seperti perempuan.

Dalam grup ini ada 5 perempuan, dan semuanya tergabung dalam grup sepak bola Putri SMAku dulu.

Kami semua sering kali bertemu, bahkan hanya demi membahas pertandingan sisa semalam.

SAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang