Ketukan di di pintu membangunkan aku. Tapi aku tidak langsung membukanya,duduk sebentar,melihar Merah yang tidur sudah tidak beraturan dengan suara dengkurannya. Doriy tidur diatas menghadap dinding. Melirik jam,sudah pukul sembilan pagi. Untung sekolah diliburkan hari ini.
Eh? Itu bukan ketukan pintu. Tas ranselku bergerak-gerak maju-mundur mengetuk lemari. Ya ampun,Gery !
Aku langsung lari menyambar tasku yang masih bergerak-gerak rusuh. Membuka rasleting,Gery segera loncat,berjinjit,menguap lebar. Aku tertawa mengelus bulu putihnya yang lebat. Kucingku ini memang bukan kucing biasa,Gery termasuk salah satu kucing anggora yang banyak makan itu, dan kerjaannya hanya tidur. Tapi jika sering di perhatikan Gery bahwan selalu rusuh,tidak bisa diam,dan merepotkan jika sudah menghilang. Kucing yang selalu menungguku dikamar jika aku sudah pulang sekolah,kucing nakal yang dengan lihainya menyelinap kedalam tas ranselku.
Aku semakin kencang tertawa ketika Gery jahil menarik-narik ujung bajuku. Doriy berjengkit kaget,segera turun memerhatikan Gery.
"Astaga ! Kucingmu cantik sekali,Ra." Tangannya terjulur untuk mengelus,sayangnya Gery mundur di belakangku menghindari tangan Doriy.
Aku tertawa.'' Tidak apa Gery,dia tidak akan menggendong-gendongmu. Menciumimu, atau menarik-narik kakimu." Kataku,yang langsung membuat Gery maju,menyundul-nyundul halus tangan Doriy. Kucing ini memang pintar,mengerti apa yang dikatakan manusia,Doriy tertawa ketika Gery jahil ikut menarik ujung bajunya.
Merah terbangun. Dia duduk menatap datar sekeliling,mendengkus mendengar siapa yang tertawa keras membangunkannya." Suaramu kecilkan sedikit Doriy,kamu seperti nenek lampir saja" Lantas menarik selimut lagi,menutup seluruh tubuh, kembali tidur.
Doriy yang entah kenapa jika berurusan dengan Merah selalu kesal,maju manarik selimutnya dan terjadilah keributan itu,aku geleng-geleng kepala. Meninggalkan mereka,mengajak Gery pergi keluar,tanpa disuruh dia sudah mengaktifkan mode mengilang.
***
Sarapan pagi dikantin yang luas dengan kursi-kursi panjang.
Di tempat ini ada tiga gedung besar,satu gedung sekolah,dilantai dasarnya kantin untuk seluruh angkatan,satu gedung asrama putri yang di lantai dasarnya dijadikan tempat latihan betarung,untuk semua murid. Dan gedung yang ketiga adalah asrama putra,lantai dasarnya dijadikan tempat untuk keolahragaan,misalnya futsal,basket,bulutangkis,dan voli. Disatu ruangan yang sama.
Aku menoleh sekeliling,ukurannya sama seperti lapangan sekolah,kursi-kursi panjang di duduki murid-murid yang kelaparan setelah cukup istirahat.
Doriy dan Merah duduk bersebrangan,meja sebagai pemisah mereka. Bersungut-sungut.setelah ketahuan berkelahi dikamar,mereka dihukum membersihkan toilet sekolah yang katanya kotornya minta ampun.(Karena tidak pernah di pakai dan dibersihkan). Datang bersamaan kekantin dengan wajah kusut,lelah saling berteriak didalam toilet. Zin duduk di hadapanku,disebelah Merah tengah asik menyantap sarapannya. Bakso perkedel yang dimasak menggunakan tangan manusia sendiri,tidak mesin pembuat makanan yang sering dimakannya dirumah. Aku sih tidak terlalu memedulikan,tapi tetap saja terdengar ditelingaku.
Semenjak kejadian di markas,kami selalu bersama. Hubungan persahabatan itu sudah terjalin ketika untuk pertama kali kami bertemu. Yah meski pun aku kadang menyesal mengenal Zin,tetap saja dia teman terbaikku.
Antrian di meja petugas kantin sudah berkurang,kursi-kursi kosong segera diisi . Merah dan Doriy yang masih kesal ikut makan. Mereka sepertinya memiliki selera makanan yang sama,lihatlah. Begitu banyak menu di meja sana,mereka tanpa sadar memilih menu yang sama,Sup jagung dan nasi kuning . Tadi terjadi keributan lagi karena mereka berdua,saling menuduh. Mengikuti menu yang di pilih,sampai penjaga kantin yang galak mengetuk meja keras,menyuruh menyingkir,mereka membuat antrian terhenti.
Aku segera menghabiskan nasi goreng telurku, pengenalan lingkungan baru sebentar lagi akan dimulai. Meski pun libur,kami tetap di arahkan untuk berkeliling area sekolah sampai kebelakang-belakang gedung. Sebenarnya aku malas,lebih baik dikamar bermain game di ponsel,tapi aku kalah suara,tiga lawan satu. Kami berepat akan berkeliling.
Zin melirikku yang melemparkan telur dadar besar di bawah meja,dengan mie yang masih menggantung di mulut,Zin menunduk melihat telur besar itu sedikit demi sedikit habis seperti menghilang. Mengangkat kepala, Zin melotot,meminta penjelasan. Aku mengangkat bahu,tidak perlu ada rahasia di antara kami,kami adalah teman baik, Gery yang bisa menghilang cepat atau lambat akan diketahui mereka.
"Ck. Eksperimen,Ayahku" Bisikku kesal,Zin dengan tidak tahu dirinya menendang-nendang kakiku dari bawahmeja dengan mulut yang masih menggantung mie baksonya.
Meski pun sedikit tidak percaya,Zin kembali melanjutkan acara makannya.
***
"Ruangan keolahragaan ini sempit sekali,satu ruangan luas dengan empat permainan sekaligus,bagaimana jika ada yang melempar bola Volli kencang sekali lantas mengenai kepala seseorang,Misalnya Zin menendang bola futsal dengan kencang,bukannya masuk kedalam gawang malah mengenai pantat Merah yang sedang bermain bulu tangkis" Celutuk Doriy sambil terkekeh. Merah hanya melirik malas,diruangan ini banyak orang juga yang melihat-lihat,kalau tidak sudah sejak tadi dia akan menyelutuk bilang kalau Doriy tidak sengaja memegang kepala ular yang dikira adalah tongkat pel, di balik pintu toilet. Ya ampun, mereka seperti anjing dan kucing saja,selalu berkelahi.
Zin terkekeh." Setidaknya ini semua terlihat menarik." Sigenius itu manggut-manggut sok antusias,aku mendelik.
"Sudahlah,ayo kebelakang sekolah. Satu hari ini semua tempat harus kita lihat,termasuk tempat Doriy membuang air kecil kemarin,karena tidak tahu dimana toilet" Merah sambil bersedekap dada berkata pelan dengan suara datarnya,aku tertawa keras,begitu juga dengan Zin. Kemarin Merah memang menemukan toilet,tapi Doriy tidak, saking kebeletnya dia tidak tahu lari kemana ,karena tidak tahan lagi Doriy buang air kecil di balik pohon tumbang dibelakang sekolah,setelah itu pergi mencari toilet untuk membersihkan diri,agar tidak menyengat. Aku tertawa semakin keras melihat wajah Doriy yang memerah.
Jika tidak di tempat ramai,mungkin dia akan menarik rambut Merah sekarang juga,hal yang mereka lakukan didalam kamar tadi,saling menarik-narik rambut.
Setibanya kami di belakang sekolah,aku sukses melongo. Jangan tanya wajah Merah dan Zin mereka seperti melihat hantu masa lalu. Di depan kami hutan lebat dengan suara-suara binatang buas dari kejauhan terdengar,ini hutan asli? Bagaimana bisa? Redup sejauh mata memandang,cahaya matahari pagi tidak bisa menyinari seluruh hutan,karena banyak pohon-pohon besar yang menghalangi.
"Aku pikir,hutan asli hanya ada diluar negeri" Zin melangkah memasuki hutan lebih dalam.
Aku juga melangkah,benar. Di negara kami tidak ada hutan asli sama sekali,jangan tanya hutan-hutan di dekat kompleks perumahan,itu semua seratus persen hutan buatan dengan teknologi mutakir.
Gery yang ikut berkeliling,melompat. Mengejar cangkrik yang terbang kecil disekitar kami.
"Aku lebih tertarik melihat pohon tumbang itu,tempat Doriy buang air kecil. Belum pernah aku melihat batang pohon sebesar itu." Merah menunjuk batang pohon tumbang di sebelah kiri kami.
Aku tersentak,benar. Pohon tumbang itu besar sekali selebar kasur di rumah dan sepanjang seratus meter. Menelan ludah,mendekat. Pohon ini bisa di jadikan tempat memandang rembulan yang nyaman.
Kami kembali setelah mendengar suara keras dari pengeras suara milik sekolah. Sudah sore saatnya kembali ke asrama,besok sekolah akan dimulai. Meski Zin bersikukuh ingin melihat hutan lebih dalam, kami kembali mengambil suara terbanyak,Zin tentu kalah. Dengan wajah menyebalkannya menatap aku sinis,akulah yang paling menentangnya.
Aku keliru mengartikan kalau hutan itu tidak akan pernah menjadi salah satu tempat yang akan membuat suatu kejadian penting dalam hidupku. Benar-benar keliru,tidak mengira kalau lusa. Hutan itulah saksi bisu bagaimana kami hampir kehilangan salah satu teman terbaik kami. Kejadian yang menbuat Doriy nekat untuk membantai orang.
Hello Human:)
Please
Dont
Forget
To
Koment
Follow
Share to your friends
And VOTE
NOW!!
TengkyuCome on
See you next episod lover nihalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raika
ActionNamaku Raika,berumur 15 tahun,kelas sepuluh atau biasa disebut kelas 1 SMA,Rambutku panjang ikal berwarna hitam,di sekolah baruku, aku hanya memiliki satu teman dekat.Awalnya aku hanya seoarang siswi pelajar SMA yang biasa-biasa saja,pelajar yang s...