Episode 51

440 34 7
                                    

    "MERAAAAAAH. KEMBALIKAN NOVELKUUUUU"

   "KEMBALIKAN DULU BATU MERAHKU"

   Aku tersenyum tipis mendengar teriakan mereka berdua. Berkelahi lagi. Ini sudah dua hari setelah penyelamatan guru Ling. Semuanya kembali berjalan seperti semula.

   Jam istirahat kami habiskan didalam kelas. Aku sibuk menatap tanganku,berpikir keras menemukan alasan dibalik semua kejadian yang terjadi. Merah dan Doriy sibuk kejarkejaran, sementara Zin sudah mendengkur sejak pelajaran pertama dimulai. Dia pemalas sekali,jika kami bertanya,dia dengan santai menjawanmb." Aku bahkan sudah menguasai pelajaran SMA saat masih kelas satu SD. "

    Aku kembali menatap tanganku. Akhir-akhir ini,sudut mataku sering melihat bayangan didalam air. Baik dikamar mandi,atau di pantai buatan. Tidak mungkin itu halusinasi ku,sudah terjadi berulang-ulang kali.

   "Raika. Coba keluarkan air dari tanganmu" Doriy duduk di sebelah ku,Merah menyusul duduk diatas meja. Mereka sudah selesai berkelahi,aku tertawa rambut mereka berdua terlihat seperti sapu ijuk.

   "Ayolah,Ra. Sekali saja. Kamu selalu mengeluarkan kekuatanmu saat malam tiba,itu pun diatas gedung. Saat kami sibuk dengan selimut dan guling" Doriy mendesak.

   Itu benar,dua hari terakhir,setiap tengah malam aku pergi keatap gedung. Mengeluarkan teknik itu. Mungkin dengan cara melatihnya teknik itu akan menjadi lebih luar biasa. Meski kepalaku selalu di penuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali tidak bisa ku jawab .

   "Bagaimana cara kamu melakukannya,Ra. Sungguh aku sangat penasaran,sejak Unok berubah menjadi kristal. Kata Agen kembar,Unok masih bernafas didalam sana." Merah ikut mengeluarkan pendapat.

   Aku menggeleng. Itu juga menjadi salah satu pertanyaan terbesarku.

   "Dunia tidak sesederhana yang kalian pikirkan" Zin bangun dari tidurnya,menguap. Berjalan ke kursi belakang kami lantas berbaring diatas meja.

   "Sesederhana bagaimana Zin" Doriy berbalik,tertarik.

   "Iya. Dunia tidak sesederhana yang di perkirakan manusia. Aku sudah sering memikirkan itu. Terlebih setelah melihat lapangan olahraga kita yang digabung dan Raika dapat mengeluarkan air dari tangannya. Pasti ada penjelasan " Zin mengusap wajah. Menatap wajahku yang sama penasarannya dengan Doriy.

   "Kami tidak genius seperti kamu,Zin. Jelaskan menurut IQ kami" Merah mendengkus.

   Zin tertawa,meng geleng-geleng. Aku tahu maksud gelengannya. Apalagi kalau bukan."Percuma Raika anak salah satu ilmuwan yang genius dapat menciptakan benda-benda luar biasa" Kali ini aku yang mendengkus.  

   Zin kembali tertawa. Mungkin suasana hatinya sangat bagus setelah tidur nyenyak di sudut kelas,dia berbaik hati menjelaskan." Seperti lapangan olahraga,di sana dapat dilaksanakan empat permainan sekaligus,tanpa mengganggu permainan yang lain. Volli tidak mengganggu permainan bulu tangkis,bulu tangkis tidak menganggu permainan tenis meja. Dsn sebaliknya. "

   "Kadang bola voli tidak sengaja memasuki lapangan bulu tangkis" Ucapku..
 
   Zin mengangguk-angguk kecil. "Pernyataan yang bagus,Ra. Itulah gunanya penonton dan juri. Menjaga permainan tetap aman dan berjalan teratur. Tetapi di dunia ini mungkin d apa di sebut,penjaga keseimbangan. Atau lebih kerennya peraturan dunia."

   Zin tertawa lagi diakhir kalimatnya. Dalam hati aku mengiyakan. Mungkin ada dunia lain yang juga berjalan sama seperti bumi. Saling menjalankan aktivitas tanpa mengganggu satu sama lain.

  

RaikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang