Episode 47

592 34 5
                                    

       Kami memutuskan untuk berkeliling kota sekalian mencari klub malam terdekat,menunggu malam. Kata Zin,klub biasanya beroperasi dimalam hari.

    Doriy histeris ketika kami menginjakkan kaki di pasar,tepatnya di pasar bagian aksesoris dan pakaian. Dia benar-benar berubah banyak. Merah memisahkan diri,bilang dia menunggu di depan pasar saja. Zin tidak banyak bicara,memilih mengikutiku dan Doriy. Sebenarnya Doriy memaksa agar di temani.

    Kalau sekarang sudah malam,dan Doriy tetap memaksa untuk melihat-lihat pasar,pasti Merah akan memarahi dia habis-habisan yang berakhir pertengkaran.

    Doriy sibuk melihat anting-anting yang bergantungan saat Zin menyikutku. Aku menoleh.

    "Ra? Kamu tidak mau itu?" Bisiknya sambil menunjuk jajaran setumpuk celana dalam berwarna-warni.

    Wajahku memerah,kesal. Hendak memukul kepalanya keras,mana ada lelaki dengan tidak ada malunya menawarkan kepada perempuan celana dalam.

    Zin menghindar,menahan tanganku. Tertawa keras. " Hahahah,Maaf Ra. Aku bercanda. Maksudku kamu tidak mau yang itu?"

    Aku memalingkan wajah,menarik tanganku dari genggamannya,kasar. Tidak akan mau terpancing lagi,jangan-jangan sibotak ini menunjukkan jajaran setumpuk bikini. Aku tidak mau membunuh orang disini. Astaga ! Zin benar-benar bisa membuat orang berniat jahat padanya.

    Zin semakin keras tertawa melihat responku,menarik daguku agar melihat apa yang dia maksud." Itu,Ra. Yakin kamu tidak mau?" Bisiknya,saat mataku melihat apa yang dia tunjuk.

    Aku mematung bebarapa saat,terkejut. Tumpukan novel yang tebal-tebal segera menyambutku saat aku menghampiri stan penjual novel. Zin tahu aku tidak suka teknologi,makanya dia menawarkan.

    Kertas benar-benar hampir punah,membaca novel cukup  dengan menggunakan tablet yang didalamnya ada novel berbentuk pdf,yang dibeli secara online. Buku-buku novel di depanku,membuat hati berdesir. Jika bisa aku ingin membeli ini semua. Tanganku mengambil satu buku novel bergenre persahabatan .

     "Kamu mau beli yang itu, Gadis kecil?" Penjual bertanya. Aku refleks bergumam.

    "Mau semuanya"

    "Eh? Kamu mau membeli semuanya?"

    Aku langsung tersadar,meringis meletakkan novel yang baru saja kulihat. Menggeleng. "Aku tidak bawa uang,Pak. Mungkin lain kali saja."  Penjual tersenyum mendengar jawabanku,lantas menunduk. Mengambil sesuatu.

     "Ini untukmu Gadis Kecil" Penjual yang sudah berumur itu menyerahkan sesuatu. Kalung perak yang indah sekali dengan mata kalung berbentuk buku terbuka berwarna biru muda.

    Aku diam,tidak tahu harus bagaimana. Kenapa tiba-tiba Penjual Novel ini memberiku kalung?

     Seakan mengerti Penjual novel tersenyum." Namaku Kio,panggil saja demikian. Sudah lama aku menjual buku-buku lama dan novel-novel. Warisan ibuku,tapi baru kali ini aku melihat seorang Gadis bersinar kecil melihat buku-buku milikku. Sinarmu sangat indah,Nak. Berwarna biru. Aku tidak tahu apa maksud kertas kecil tua itu. 'Seorang Gadis yang bersinar,bagaikan rembulan di malam hari. Berikan dia harta berwarna miliknya.terimalah,sepertinya aku menemukan pemilik kalung ini. Berpuluh-puluh tahun lamanya."

     Meski tidak mengerti,aku menerima kalung itu,ragu-ragu. Tersenyum,mengucapkan terimakasih,karena ada satu orang pembeli yang datang,jadi aku tidak sempat bertanya.

     Zin menyengir saat aku mendekat. " Tidak ada uang ya? Jadi Penjual itu mengusirmu"

     Aku tidak menjawab celutukan Zin. Kepalaku masih di penuhi Kio,si penjual buku-buku lama & novel. Begitulah tulisan diatas stan jualannya.

     Zin mungkin berpikir,Kio mengusirku karena tidak punya uang,tapi hendak membeli novelnya.

     Doriy datang memutuskan lamunanku. Kalung bermata buku terbuka berwarna biru sudah terpasang ,di leherku.

     "Bagaimana? Cantik bukan,Ra? " Doriy menunjuk sesuatu yang baru saja dibelinya. Mungkin Doriy membawa benda canggih yang bisa ditukar seperti Zin saat membayar bakso.

     Aku melirik,yang berikutnya jadi menoleh. Doriy memakai kalung yang sama sepertiku,tapi bermata daun bening,indah sekali di leher putihnya. Bagaimana bisa? Kami mendapat kalung yang sama? Mata kalungnya saja yang jadi pembeda.

     "Awalnya aku membeli anting-anting. Untung aku bawa uang,meski hanya cukup beli minum saja. Tapi saat ingin membayar,Dio,kakak penjual aksesoris malah menyerahkanku benda yang lebih cantik,tidak perlu bayar. Aduuuh ini pasti mahal sekali." Doriy tersenyum lebar. Memandangi kalungnya. Lantas memakainya. Apa ini hanya kebetulan?? Atau apa?

     "Kita keluar dari pasar, matahari sebentar lagi tumbang. Tempat klub malam belum kita ketahui,sebaiknya kita mulai bertanya. Ayo Zin. Doriy. Tidak ada waktu lagi" Ucapku mulai berjalan,sebelum kepala ku benar-benar pecah memikirkan apa yang baru saja terjadi.

     Sesampai di luar pasar, kami menemukan Merah bersandar di pohon jambu sambil bersedekap.

      "Dimana Zin?" Tanya Merah.

     Aku berbalik,tidak mendapati Zin. Astaga dimana si Perusuh itu?? Semakin lama semakin banyak saja julukan jelek yang pas untuk si botak itu.

     Ketika kami memutuskan untuk mencari Zin didalam. Dia langsung datang dengan nafas terengah-engah. "Maaf. Aku tadi membeli celana dalam untuk Raika"

     Wajahku memerah. Semakin merah mendengar suara tawa Doriy dan Merah. Astaga! Jika Zin mengolok-olokku,mereka berdua kompak sekali.

     Sebelum terjadi pertengkaran,Merah kembali bersuara." Ayo,aku tahu dimana klub malam yang biasanya ada gadis hilang. Agak jauh,kita membutuhkan setengah jam berjalan kaki dari sini".

     Mendengar itu,tangan ku berhenti diudara.  Berjalan lebih dulu,meninggalkan mereka . Keputusan yang membuat tawa Doriy dan Zin pecah.

     "Kamu hendak jalan kemana,Ra? Kita lurus,bukan berbelok. Jika kamu terus berjalan,penjual celana dalam lebih banyak lagi" Merah dengan santai meneriakiku.

      Aku yakin wajahku sudah seperti soda merah.

....

    

Thangkyouu yang udah jauh sampe sini. Makasi banyak lo. Komentar kalian nyemangatin banget,jangan lupa vote uga yaaa
      

RaikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang