Episode 59

229 33 4
                                    

Saat aku dan Zin asik saling memiting, Merah dengan segala keheningannya dan Doriy entah mencatat apa dibuku tulisnya. Saat itu juga terjadi kekacauan besar.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Kami berempat belum beranjak kembali keasrama. Entah mengapa,tanpa kesepakatan kami tetap bertahan didalam kelas. Rambutku berdiri sana sini,kusut. Sementara lengan Zin,leher dan pipi sudah memerah. Kami sejak tadi bertengkar soal kekuatanku. Zin selalu senang mengolok-olokku. Apalagi aku bisa bernafas didalam air,Zin bilang kalau aku itu adalah duyung darat. Apa-apaan itu??

Lupakan tentang kami. Diluar teriakan-teriakan terdengar sahut-sahutan. Gempa kecil membuat meja kursi bergoyang.

Ada apa?

Aku tidak tahu.

Kami berempat segera berlari keluar. Tercekat. Gedung olahraga dan eksrakulikuler kebakaran. Cepat sekali api menyebar. Kain spandung ekskul yang besar-besar membuat api semakin cepat menyebar.

Aku berlari ke tempat kebakaran. Mereka ikut menyusul. Sekolah jauh dari kota,butuh setengah jam pemadam kebakaran sampai kesini,jika menunggu pemadam datang. Bisa-bisa satu gedung sudah hangus beserta isinya. Banyak murid-murid yang terjebak disana. Hari ini ada jadwal tiga ekskul.

Lantai ketiga. Aku menabrak beberapa orang saat kami berlari berlawanan arah. Sebisa mungkin menghindar,sia-sia mereka terlalu banyak. Tetap saja aku ditabrak.

"TOLOOONG"

Aku melompati kobaran api. "Bantu aku" berteriak,seseorang terhimpit lemari besar.

Zin,Merah dan Doriy mendekat. Berempat kami berhasil mengangkat lemari. Siswi itu dengan kaki pincang langsung berlari tidak peduli pergelangan kakinya yang berdenyut hebat.

"Ayo pergi,Ra." Doriy berteriak. Terbatuk.

Aku menggeleng. Aku harus memadam kan api.

''Raika. Awas"

Wush. Zin menyiram api yang hendak membakar rok sekolahku . Ini ruangan ekskul memasak tidak heran jika Zin menemukan seember air.

Aku mengeluarkan teknik itu. Tanganku terangkat. Secepat yang aku bisa,air keluar mengguyur api yang berada disekeliling kami.

Byurr
Byurr
Byurr..

Aku terbatuk. Api terlalu besar. Air yang keluar dari tanganku tidak sanggup memadamkannya.

"Doriy awas"

Byur
BUM !

Doriy berteriak kencang. "Zin"Aku refleks mengeluarkan air,membasahi seragam Zin. Bisa-bisanya dia malah menyiram pakai bensin. Untung Doriy segera menyingkir.

Zin menatap bingung."eh maaf. Aku tidak tahu Ra."

Byur byur.

Aku semakin bekerja keras mengeluarkan air. Sia-sia. Tenagaku habis. Kelelahan. Kepanasan. Dan sesak. Kami berempat terbatuk-batuk.

"Doriy awaaaaass'' Zin berteriak.

Aku melotot. Bongkahan kayu berukuran sedang dengan kobaran api tepat berada diatas kepala Doriy. Tinggal hitungan detik. Kayu telak mengenai ubun-ubunnya. Aku berdiri.

Hap. Syuut.

Terdiam.

Belum sempat aku mengeluarkan air dari tanganku. Merah melompat tinggi. Menangkap bongkahan kayu itu dan menyerap api bagaikan alat penghisap debu. Bedanya ini api dan yang menghisap adalah tangan Merah. Aku tercengang. Sempat mengira kalau tangan Merah akan melepuh dan terbakar. Nyatanya tangan itu masih utuh dan tidak terluka sedikit pun. Zin mematung ditempatnya.

RaikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang