13.

11.6K 391 23
                                    


Happy Reading!

Vote&Coment!








****

Di sebuah ruangan luas dan elegan, dilengkapi dinding kaca lebar yang menyuguhkan langsung pemandangan kota.

Di sana, dengan gagahnya seorang pria bersneli putih tangah berdiri tegak dengan tangan yang dimasukan ke saku celananya.

Mengamati pemandangan luar yang begitu bising akan aktivitas manusia, dengan tatapan tajam yang selalu melekat di wajah datarnya.

Bahkan, kantung mata berwarna hitam di wajahnya tidak mengurangi kadar ketampanannya sedikit pun.

tok.. tok.. tok..

"Masuk. " sahut pria bersneli itu dingin.

"Permisi, Dokter Arsean. Jadwal operasi akan segera dilakukan 30 menit setelah istirahat makan siang." Ucap seorang perawat yang baru memasuki ruangan.

"Lalu.." seru Arsean tanpa menoleh.

" Setelah itu anda free, dok." Lanjut perawat wanita itu gugup.

"Kau boleh keluar. " sahut Arsean dingin.

"Baik saya permisi, Dok." Ucap perawat itu yang meninggalkan ruangan tersebut dengan kesal.

Perginya wanita perawat tadi barulah Arsean beranjak dari posisinya dan menduduki kursi kebesarannya, lalu meraih benda persegi dengan layar 5inci itu.

"Denis datang ke Hillton Hospital dan temui aku di ruangan. Segera." perintah Arsean tak terbantahkan.

"Baik Bos." Ujar Denis di seberang telepon.

15 menit kemudian..

"Ada tugas yang harus saya kerjakan, bos?" tanya Denis begitu masuk keruangan Arsean.

"Bagaimana persiapan acara pertunanganku 5 hari lagi ?" ucap Arsean sambil membuka riwayat penyakit pasien.

"Persiapan sudah 89% lengkap, semua berjalan sesuai keinginan Anda." Sahut Denis dengan tegas.

"Bagus. Lalu bagaimana dengan undangan untuk Kakek Thomas ?" tanya Arsean tanpa menoleh.

"Seperti yang saya katakan tempo hari, Kakek Thomas tidak akan menginjakkan kaki ke acara pertunangan anda dan nona Alina. Yang berarti pertunangan itu tidak akan disetujui." Ujar Denis yang sedikit menunduk.

"Sial. Apa dia belum memaafkanku atas kejadian 10 tahun yang lalu,"

"..bukankah aku sudah meminta maaf sekaligus berjanji akan melindungi cucu kesayangannya." desisnya menahan emosi. Ia membanting hasil rontgen pasiennya dan mendekati pria bernama Denis itu.

" Beliau masih meragukan Anda, Tuan muda." Dengan tubuh gemetar Denis mengatakan kalimat yang memuat tuannya itu marah.

"Apa maksudmu?" bentak Arsean dengan mencengkram kerah baju Denis.

"T-Tuan Thomas kurang mempercayai anda, sebab saat malam perjodohan waktu di restoran ia mendengar anda ingin berniat buruk pada nona Alina." Ucap Denis yang ketakutan. Ia tahu betul seperti apa Arsean saat murka.

"Semua itu hanya salah paham. Aku pikir gadis itu sama seperti gadis lainnya. Aku hampir tidak mengenali Alina malam itu, Alina yang saat ini sungguh berbeda." Sarkasnya tajam seraya melepaskan cengkraman tersebut.

"Jika saja kakek tidak memberitahuku mungkin aku akan mengalami penyesalan untuk yang ke-2 kalinya." Ucapnya irih dengan tatapan sendu.

"Tapi, Mulai detik ini. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi." ucapnya rendah namun serat akan peringatan untuknya sendiri.

Doctor Married Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang