Part 10

17 1 1
                                    

Kaia menatap orang di depannya dengan pandangan tak percaya "Kaia,Shanti bukanlah orang jahat,dia terlihat jahat oleh keadaan,begitu pula ayahmu" "dari mana kamu tau semuanya Hah?!" "Aku tau semuanya dari Agatha kecil,yang bercerita kalau dia merasa ayahnya berbeda" "maksudmu?" "Agatha kecil adalah tetanggaku saat di Belanda dulu,tepat beberapa hari setelah pernikahan Shanti dan ayahmu mereka pindah ke Belanda,pernikahan mereka tidaklah sebaik yang kamu pikirkan,Shanti dan Daniel,bahkan tak tidur satu kamar,mereka hanya berpura-pura sebagai ayah dan ibu Agatha yang sesungguhnya,Daniel bahkan memanggil Agatha dengan Allana,supaya Agatha kecil mengira ia benar-benar ayahnya"
"Lalu apa peduli ku?! Aku tak ada urusan dengan bocah yang harus dikasihani itu! Yang korban disini aku! Bukan dia!!" Kaia menatap orang tersebut dengan pandangan penuh kebencian "Paling Tidak,kamu tidak mengonsumsi 1001 jenis obat per hari Nya kan?" Ucapan orang itu Membuat Kaia terdiam "Hahh.... Kaia, apa yang lebih menyakitkan dibanding memiliki tubuh yang sedang di grogoti penyakit?" Kaia terdiam, menunggu kelanjutan dari pernyataan perempuan di hadapannya "Allana Agatha Wijaya, gadis yang kau benci itu bahkan sudah lebih dari menderita dari yang kau inginkan" "penyakit kanker hati dan beberapa komplikasi lainnya telah merubah Agatha menjadi tempat penampungan obat yang masuk ke dalam tubuhnya setiap hari" "Kaia,aku tau kau orang baik,bahkan sangat baik, tak bisakah kau menangguhkan sedikit rasa bencimu dengan rasa simpati?" "DIAM REBECCA! KALAU KAU KESINI HANYA UNTUK MEMBUATKU MERASA KASIHAN DENGAN GADIS KEPARAT ITU,LEBIH BAIK KAU PERGI SEKARANG JUGA DARI SINI!!" Pecah sudah emosi yang sedari tadi di tahan oleh Kaia, bahkan Rebecca terlonjak di tempat duduknya "ini berkas tentang Agatha, aku tinggalkan disini, jika kau berubah pikiran, dia sedang di rawat di rumah sakit yang aku tuliskan di kertas di dalam map itu,lengkap beserta ruang rawat inap nya"ujar Rebecca sebelum dia pergi meninggalkan Kaia yang masih mengatur nafasnya akibat emosi

Di rumah sakit....
"KAMU!!!" "Shanti,, aku mau ngomong berdua sama kamu, sekarang, Daniel, kamu juga"ucapan itu membuat Shanti dan Daniel saling berpandangan dan akhirnya mengikuti wanita itu "Andra... Jaga Agatha ya..." Andra yang bingung akhirnya hanya mengangguk
Setelah Shanti dan Daniel pergi, ruangan kembali menjadi sunyi senyap...

Andra kembali menggenggam tangan gadis cantik itu, dibawanya tangan itu menempel di pipinya "Agatha.... Bangunn thaa...."lirih Andra lagi dengan air mata yang langsung mengalir deras "thaa... Maafin gue thaa... Gue ngga sanggup kalau tanpa Elo...."
saat Andra sedang memejamkan matanya, tiba-tiba seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan gadis itu "permisi tuan, saya mau memeriksa kondisi nona Agatha..."ujar dokter itu, Andra hanya mengangguk dan menggeser tubuhnya agar dokter itu bisa leluasa memeriksa kondisi gadisnya. Tak lama, dokter itu selesai "kondisi Agatha sudah lebih baik, dan menunjukkan kemajuan yang baik... Hanya saja, kondisi hati Agatha sudah mengkhawatirkan, saya sarankan untuk mencari donor untuk cangkok hati secepatnya tuan.." Ucapan dokter membuat Andra tercengung "dokter, apakah donor itu harus?" "Untuk itu, saya bisa katakan iya, karena jika terus dibiarkan,saya takut itu akan mengancam keselamatan nona Agatha.." Andra hanya mampu mengangguk dan akhirnya dokter itu pergi menyisakan mereka berdua "tha... Gue janji, gue akan segera nemuin donor hati untuk Elo.. Supaya lo bisa sehat lagi... Bisa bahagia seutuhnya lagi..."lirih Andra di sela keheningan ruangan itu..

Allice terus menatap ragu ke Penthouse sahabatnya, sudah tiga hari ia tidak melihat Andra, bahkan semua panggilan dan pesan yang dikirimnya tak satupun ditanggapi oleh lelaki yang sudah lebih dari 8 tahun menemaninya, diketuknya pintu putih itu beberapa kali, namun tak kunjung ada sahutan. Dipencet nya bel,pun tidak ada sahutan. Allice merasa sangat bersalah, pasti sahabatnya itu merasa sangat kecewa dengan perbuatannya yang dengan lancang mengambil barang-barang pribadinya. Tak lama, gadis itu memutuskan untuk pulang, setelah ia meletakkan sebuket bunga mawar putih sebagai tanda minta maaf.

Gadis cantik dengan pakaian rumah sakit menatap sekeliling ruangannya dengan pandangan bingung. Entah bagaimana ceritanya ia bisa ada di ruangan yang asing ini. Asing dan sunyi. Bahkan, ia tak melihat seorangpun yang ada di ruangan itu selain dirinya. Perlahan ia mencoba untuk mengingat-ingat kejadian yang menimpanya, namun, tak bisa. Tak berapa lama, masuklah seorang perawat yang datang sambil mendorong troli yang berisi berbagai jenis alat medis "selamat pagi nona Agatha, saya ganti infusnya ya..." Suster itu dengan telaten mengganti cairan infus dengan yang baru, dan ia juga mengukur tekanan darah Agatha. Terakhir, ia tersenyum ramah saat melihat kondisi pasiennya yang stabil "kondisinya sudah jauh membaik ya nona, silahkan berisitirahat kembali..." Saat ia hendak beranjak, Agatha menginterupsi "suster...." "Iya??" "Keluarga saya mana ya sus?" Pertanyaan Agatha yang lirih membuat suster itu harus mendekati gadis cantik yang masih terbaring lemah itu untuk memastikan apa yang ia tanyakan "keluarga saya sus... Mereka di..mana??" Agatha mengulangi pertanyaannya hingga sang suster mengangguk paham "keluarga nona sedang ada di luar nona, mereka pamit untuk pulang sebentar, tapi kalau kekasih nona, ia ada di taman, mau saya panggil kan?" Suster dengan nametag Maria itu menawarkan dengan ramah, Agatha hanya mengangguk pelan sebagai jawaban "kalau begitu tunggu sebentar ya nona..." Setelahnya, ruangan itu kembali sunyi senyap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About H&CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang