Part 9

1.9K 169 42
                                    

Happy Reading
...

Dua orang lelaki beda generasi berdiri di depan kaca yang menghadap ke balkon sebuah gedung. Keduanya memancarkan aura yang sangat dingin.

"Apa Rama mendapatkan bukti baru lagi?"

"Sejauh ini, belum Pak."

"Kalau sampai Rama mengetahui kebenaran soal kematian Ayah dan Ibunya, bukan hanya kamu saja yang akan saya habisi tapi keluargamu juga akan ikut saya habisi! Mengerti?"

"Mengerti Pak, saya akan bertugas semaksimal mungkin."
...

Persiapan pernikahan Rama dan Yana mulai berjalan, Orangtua Rama dan Yana terlihat sangat antusias mempersiapkan segala sesuatunya.

Yana sampai kewalahan mengikuti semua rencana Bundanya, seolah-olah Bundanya tengah mempersiapkan pesta pernikahan anak Presiden, semuanya harus serba sempurna.

Desas-desus rencana pernikahan Yana dan Rama mulai terdengar di lingkungan Universitas.

"Yan, gue butuh penjelasan," todong Ami.

"Lo benaran mau nikah sama Pak Rama?" tanya Ami.

"Iya benaran, ya kali gue ngeprank."

"Tapi kok bisa?"

"Ya bisa dong, kami kan sama-sama single," jawab Yana dengan santai.

"Maksudnya, gimana ceritanya sampai lo akhirnya setuju nikah sama  Pak Rama? Pasti lo nyembunyiin sesuatu kan dari gue?"

"Hati manusia kan bisa berbolak-balik, gue juga manusia jadi wajar-wajar aja sih Mi."

"Dan lo pikir gue bakal percaya gitu aja?" Ami berdecak kesal.

"Gue gak nuntut lo harus percaya Mi." Yana mengendikkan bahunya.

"Emang bener-bener kepala batu lo Yan."

Ami menghela nafas, mengintrogasi Yana memang butuh kesabaran ekstra.
...

Sepulang kerja, Yana dan Rama pergi ke butik unfuk fitting busana yang akan mereka pakai di acara akad dan resepsi nanti.

Pertama, Yana mencoba busana kebaya yang akan dipakai untuk akad nikah.

"Rok kebayanya gak kesempitan ya ini Mbak?" tanya Yana.

"Emang model rok kebaya gitu Kak, gak mungkin gembrong."

"Kalau mau gombrong pake sarung Wadimor aja coba Yan," celetuk Rama.

Rama juga memamerkan senyum jahilnya kepada Yana. Rama bisa menebak sebentar lagi, Yana pasti akan mengomel.

"Sekalian aja make karung goni. Kalau gak bisa ngasi saran yang bagus, mending gak usah ikutan komentar!" Yana mendelik kesal.

"Utuk-utuk, emosian banget sih calon istri aku ini."

"Ya ampun, beneran pengen gue bacok rasanya ini orang." Yana menggerutu dalam hati.

"Jadi gimana Kak? Masih harus diperbaiki?" tanya desainernya.

"Yaudah, gini ajalah Mbak."

Setelahnya, Yana mencoba busana kedua, yaitu gaun yang akan dipakai di acara resepsi.

Baru sekadar melihat gaunnya saja, sudah sukses membuat Yana pusing.

Selain bersifat cuek, Yana juga tipekal wanita yang tidak suka memakai model pakain yang ribet dan glamour

Sementara gaun pernikahan yang dipesan Bundanya, tidak ada satupun yang berkonsep minimalis.

"Yaampun ini gaun nyampe berapa Kg? Berat banget pasti!" keluh Yana.

Rama & Yana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang