Part 24

1.6K 126 49
                                    

Happy Reading
....

Embun pagi perlahan, diseka oleh hangatnya mentari, yang mengukir senyum di pagi hari.

Sorak sorai alam semesta, turut serta menyambut pagi yang cerah.

"Mas, berangkat ya Yan." Aryo mengusap puncuk kepala Yana.

"Iya hati-hati Mas, kalau udah sampe Surabaya. Jangan lupa kasi kabar." Yana meraih telapak tangan Aryo, lalu Yana mecium punggung tangan Aryo dengan khidmat.

"InsyaAllah. Begitu sampai, Mas pasti langsung memberi kabar." Aryo lalu mengecup kening Yana.

"Papa berangkat Ya Nak."

Aryo berjongkok, mengusap perut Yana yang masih rata, belum terlihat menonjol, karena usia kandungan Yana pun masih menginjak umur 4 bulan.

"Iya Papa," jawab Yana menirukan suara anak-anak. Aryo terkekeh mendengar suara istrinya itu.

"Sehat-sehat ya di perut Mama,  Nak."
...

Sekitar jam 10 pagi, Yana telah sampai di Kampus.

Yana tidak mengajar lagi di Kampus yang dulu, Yana merasa butuh suasana baru, karena di Kampus yang dulu terlalu banyak kenangan yang ingin Yana lupakan.

"Pagi bumil cantik." Begitu sampai, Yana langsung disambut oleh Amoy, rekan kerja Yana sesama Dosen.

"Pagi juga centil, plis deh Moy itu lipstik lo berapa centi udahan." Yana geleng-geleng kepala.

"Tapi cantik kan?" Amoy memonyong-monyongkan bibirnya.

"Iya cantik, sampe pengen gue jait itu mulut."

"Jangan dong, sexy gini juga."

Saat Yana dan Amoy masih sibuk memperdebatkan hal-hal sepela. Seseorang telah masuk ke ruangan, membuat Amoy langsung memperbaiki rambutnya, dan menampilkan ekspresi imutnya.

"Lu kok tiba-tiba sok imut gitu sih, Moy?" tanya Yana.

Amoy memberikan kode kepada Yana, untuk segera membalikkan badannya. Yana langsung cepat tanggap, dan membalikkan badannya.

Mata Yana membulat sempurna saat dirinya beradu pandang dengan Rama, ya orang yang datang ke ruangan itu adalah Rama, mantan suami Yana.

"Ini Pak Rama Yan, Dosen baru. Tadi udah dikenalin sama Pak Kajur sama kita-kita, tapi lo belum datang."

"Salam kenal, Bu." Rama tersenyum.

Yana masih terdiam, ada rasa sesak yang tiba-tiba menjalari hatinya. Ingatan tentang surat cerai dan isi dari sepucuk surat yang dikirimkan atas nama Rama terngiang lagi dalam ingatan Yana.

Flash Back on

Saat Yana tengah sibuk menyimpan barang-barang milik Pak Hanung, ke rumah mereka.

Asisten rumah tangga di rumah Yana, datang membawakan amplop coklat yang berukuran besar yang ditujukan untuk Yana, dikirim oleh seorang kurir.

Yana langsung membuka amplop tersebut. Ada sepucuk surat cerai Yana dan Rama yang telah disahkan oleh Pengadilan Agama. Kemudian di dalam amplop itu, terdepat sebuah amplop kecil lagi yang berisi sebuah surat. Yang isinya seperti ini.

"Assalamualaikum Yana. Semoga kamu selalu dalam lindungan Allah. Bersama surat ini sudah aku lampirkan surat cerai kita, jadi mulai saat ini kita tidak memiliki hubungan apapun lagi. Aku menceraikan kamu karena keinginan ku sendiri, bukan paksaan siapapun. Kamu harus tahu satu hal, alasan aku menikahi kamu hanya karena aku ingin mengungkap penyebab meninggalnya Ayah dan Bundaku, jadi semuanya telah terungkap aku rasa tidak ada lagi yang harus kita pertahankan dari hubungan ini, sudah sepantasnya kita bercerai. Dan lagi, aku juga belum bisa mencintai kamu sampai detik ini, jadi aku rasa ini memang yang terbaik untuk kita. Aku juga sebenarnya kurang nyaman dengan hubungan pernikahan ini, aku tidak menemukan satu kecocokan pun denganmu, Yana. Jadi kita sudahi saja sampai di sini, kamu bisa melupakan semuanya, anggap saja kita tidak pernah saling mengenal. Carilah lelaki yang bisa mencintaimu dengan tulus Yana.

Tertanda

Rama"

Surat itu diketik, bukan tulis tangan.

Dengan kondisi emosi yang belum stabil, Yana langsung tersulut emosi. Yana merasa dia telah dipermainkan oleh Rama. Yana merasa kecewa dan marah, bagaimana bisa Rama mengatakan kalimat sefrontal ini 'anggap saja kita tidak saling mengenal' kalimat itu terlalu menyakitkan untuk Yana, harga dirinya serasa dikoyak-koyak oleh Rama.

Yana merasa sangat terluka, karena tanpa ia tahu salahnya apa, Rama menceraikan dirinya begitu saja. Padahal saat itu kondisinya masih dalam keadaan panik karena dia baru saja diculik, Yana membutuhkan dukungan dari Rama bukan malah ucapan  talak dari Rama, dengan alasan kalau bagi Rama dirinya hanya  menyusahkan saja. Rama juga terlihat sangat bernafsu mengurus surat cerai mereka, sehingga prosesnya bisa begitu cepat terselesaikan. Dan Rama masih sanggup mengirimkan surat yang isinya semakin membuat hati Yana tersakiti.

Padahal, sebenarnya surat itu hanyalah rekayasa dari Bu Raniya. Sebelum mendekam di Penjara dia masih menyusun rencana membuat Rama dan Yana hancur se-hancurnya. Dia yang memasukkan sepucuk surat itu ke dalam amplop coklat yang berisi surat perceraian Rama dan Yana. Seharusnya yang ingin dikirim oleh Rama, hanya surat cerai itu saja.

Sementara itu, Rama juga menerima surat rekayasa yang dibuat oleh Bu Raniya.

Surat itu isinya kurang lebih, menyakatakan kalau Yana membenci Rama, dan Yana tidak ingin bertemu dengan Rama lagi, dan Rama bisa menganggap dirinya dan Yana tidak pernah saling kenal, sebelumnya.

Karena surat itu jugalah, Rama semakin yakin untuk meninggalkan Indonesia. Rama ingin menenangkan diri.

Rencana Bu Raniya Iblis itu berhasil, meski ia telah mendekam dalam penjara dia masih bisa menghancurkan Rama dan Yana, dengan cara yang sangat licik

Flash Back off.

"Salam kenal juga." Yana membalas ucapan Rama dengan suara yang terdengar dingin dan datar.

"Pak, sebenarnya Bapak udah nikah belum sih?" tanya Amoy frontal.

Rama menyunggingkan senyum andalannya.

"Udah pernah, tapi sekarang saya masih single."

"Halah-halah, bacot!" Yana membatin.

"Wah bisa dong ya Pak." Amoy tertawa jahil.

"Ingat suami lo di rumah Moy," sindir Yana.

"Yaela, gue kan cuma bilang bisa dong ya Pak, Bukan bisa dong sama saya." Amoy menggerutu.

"Lu kan sering lupa kalau udah punya suami Moy, ya manatau ini juga lo lupa. Gue cuma ngingetin aja." Yana mengendikkan bahunya.

Rama sebenarnya ingin tersenyum tetapi ia menahannya, karena galaknya Yana masih terlihat menggemaskan di mata Rama, seperti awal mereka bertemu dulu.

"Masih aja galak ya Yan. Kayak macan betina." Rama membatin.

"Lu galak amat sih Cuy, kalau lagi hamil itu gak boleh galak-galak Yana."

Mendengar ucapan Amoy itu, Rama merasa terkejut.

"Yana hamil? Secepat itu ya Yan kamu udah bisa move on, Baiklah." Rama kembali batin.

Yana terlihat gugup, Yana takut-takut melihat reaksi Rama atas ucapan Amoy itu. Tetapi yang ia dapat hanyalah ekspresi datar Rama.

"Rama beneran emang gak peduli lagi sama aku, sama kayak ungkapan hatinya yang ia tulis di surat itu. Aku gak habis pikir, kenapa aku bisa jatuh mencintai pria sekejam ini." Yana membatin

"Maaf ya Pak Rama. Kita emang selalu rempong gini sih." Amoy tersadar, kalau ada Rama juga di antar mereka.

"Iya gak papa Bu." Rama tersenyum
....

Tbc

🤗🤗🤗

Rama & Yana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang