Part 19

1.7K 149 50
                                    

Happy Reading
...

Orang yang diutus Pak Sam untuk menangkap Yana, langsung memberikan laporan kalau Ami berkhianat, dan membantu Yana melarikan diri.

Tentu saja mendengar itu Pak Sam murka, darahnya serasa mendidih mendengar kegagalan demi kegagalan yang dilakukan oleh anak buahnya.

Ami langsung mendapat panggilan khusus dari Pak Sam.

"Kamu sudah berani ya main-main dengan saya Ami!"

Pak Sam menarik leher Ami, mencekiknya cukup keras. Ami tidak bergeming.

"Kamu sudah mengacaukan rencana saya!"

Setelah mengatakan itu, Pak Sam melepas tangannya dari leher ami. Ami terbatuk-batuk karena rasa sakit yang menjalari lehernya bukan main, Ami nyaris kehabisan nafas.

"Yana itu sahabat saya." Ami menatap Pak Sam dengan tatapan tajamnya, Ami terlihat tidak takut sama sekali.

"Saya mungkin bisa membunuh Abangnya, karena itu pantas ia dapatkan. Tapi tidak dengan Yana, sampai kapanpun saya tidak akan pernah mematuhi perintah Bapak, kalau perintah itu adalah menyakiti apalagi sampai hendak menghabisi nyawa Yana, sahabat saya." Ucapan  Ami terdengar tegas dan lugas. Tidak ada ketakutan yang terpancar dari sorot matanya.

Pak Sam menggebrak meja, dengan cepat ia meraih pistolnya. Sementara itu Ami juga telah bisa membaca arah gerakan Pak Sam, Ami juga merogoh pistol yang ia simpan dibalik pinggang celananya.

Saat Pak Sam hendak menodongkan pistolnya ke arah Ami, Ami bergerak satu langkah lebih cepat. Ami merunduk dan langsung menarik pelatuknya, satu timah panas menembus perut Pak Sam bagian samping.

Pak Sam tidak langsung tumbang meski perutnya sudah berlumur darah, sambil menahan rasa sakit yang menjalari perutnya Pak Sam masih berniat menembak Ami.

Melihat gerakan Pak Sam. Ami langsung menembak tangan Pak Sam, hingga pertahanan Pak Sam runtuh, pistol yang ia genggam erat jatuh ke lantai bersamaan dengan tubuhnya yang ikut jatuh ke lantai.

Mendengar suara tembakan dari dalam ruangan Pak Sam. Para anak buah Pak Sam langsung menerobos masuk, Ami langsung berlari menerobos pintu keluar.

Naas, saat Ami sudah lolos keluar dari pintu masuk. Anak buah Pak Sam menembak ujung bahu Ami sebelah kiri.

Ami langsung membalik badannya, dan menembaki anak buah Pak Sam secara brutal. Ami mati-matian menahan rasa sakitnya, agar dia bisa melarikan diri dari tempat tersebut. Karena apabila ia tertangkap sudah pasti hari ini akan menjadi hari kematiannya.

Ami bisa menghindari semua tembakan anak buah Pak Sam dengan cekatan, karena Ami sudah sangat paham trik-trik menghindari tembakan beruntun yang dilepas bertubi-tubi, Ami sudah ahli dalam strategi pertempuran bersenjata seperti ini.

Salahnya, semua anak buah Pak Sam terlalu bernafsu untuk mengejar Ami, dan mereka meninggalkan pos jaga di pintu gerbang, mereka lupa kalau yang mereka hadapi ini bukan wanita biasa.

Dengan kondisi tubuh yang semakin melemah, darah yang terus mengucur dari bahu Ami, ia menembak gembok pagar, dan langsung menendang pintu pagar tersebut sampai roboh.

Ami langsung berlari cepat menuju mobilnya, Ami memaksakan diri untuk memacu laju mobilnya secapat mungkin. Karena dari belakang anak buah Pak Sam masih terus mengejarnya.

"Raisa, Mama udah gak tahan."

Ami merintih kesakitan, Ami terus memaksakan diri untuk bertahanm

Hingga beberapa saat kemudian, Ami tidak kuat lagi menahan rasa sakit di bahunya, dia menepikan mobilnya. Ami menyenderkan kepalanya di atas stir mobil. Dan Ami pun kehilangan kesadarannya.

Rama & Yana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang