Part 21

1.8K 148 51
                                    

Happy Reading
...

Rama kembali aktif beraktfitas di Kampus, karena kalau Rama masih saja meliburkan diri, mungkin tidak lama lagi Rama akan dikirimi surat peringatan oleh Kajur. Terlebih Rama menjabat sebagai Sekjur yang memegang peranan penting di jurusan.

Sementara itu posisi Ami di Kampus juga sudah terancam, karena Ami tidak memberikan kabar apa-apa atas ketidak hadirannya dalam menjalankan tugas sebagai seorang Dosen, Ami menghilang begitu saja bak ditelan bumi.

Kali ini Rama dan Yana tidak bisa pulang sama-sama, karena masih banyak file yang harus dicek oleh Rama, pasca dirinya meliburkan diri selama seminggu ini.

"Kamu gak mau bareng sama aku aja pulangnya,Sayang?" bujuk Rama sekali lagi.

"Enggak bisa Kak, aku udah janji sama Bunda mau nemenin mama ngejenguk Bude ke Rumah Sakit. Aku naik Taxi aja."

"Duh gimana ya, mana kerjaan aku ini gak bisa ditinggal lagi. Pak Kajur udah emosi banget ngeliat aku, karena banyak banget kerjaan yang terbengkalai."

"Makanya, Kakak lanjutin aja, biar cepat selesai. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Yaudah deh, kamu hati-hati ya. Kalau ada apa-apa langsung telfon Kakak, jangan dihadapi sendiri." Rama mengusap puncuk kepala Yana.

"Iya Kak, perasaan akutuh cuma mau ke rumah deh, gak sampe ke Bogor." Yana tersenyum.

"Aku pulang ya Kak, semangat kerjanya."

Yana meraih telapak tangan Rama, lalu Yana mencium punggung tangan Rama.

"Kamu hati-hati," pesan Rama.
....

Di lain tempat, Ami terlihat tengah bersiap-siap. Ami mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan.

Ami memeriksa kondisi pistolnya, dan tak lupa Ami juga mengisi penuh amunisi pistol tersebut.

Selain itu, Ami juga mempersiapkan sebilah pisau. Ami mengasahnya sampai tajam.

Selesai mengasah pisau tersebut, Ami memastikan ketajamannya dengan cara melemparkan pisau itu ke meja yang berada sekitar dua puluh langkah dari posisinya saat ini.

Pisau tersebut menancap dengan sempurna pada tiang meja.

"Sempurna." Ami menyeringai.

"Secepatnya saya akan mengirim anda ke neraka, Pak Sam! Tunggu kedatangan saya." Aura yang terpancar dari diri Ami, benar-benar sangat menakutkan.

Selain alat-alat tempur, Ami juga sudah menyiapkan perlengkapan penyamarannya dengan detail. Ami sudah memikirkan ini matang-matang, dan memperkirakan segala resikonya.
...

Perkerjaan Rama baru selesai pada pukul 6 sore, hampir saja Rama harus lembur sampai malam. Untung saja Rama bisa bergerak cepat, dan menyelesaikan laporan-laporan itu. Jika sudah menjelang masa akreditasi jurusan oleh BAN-PT, Rama pasti akan selalu sesibuk ini, merekap dokumen-dokumen untuk penunjang penilaian akreditasi jurusan mereka, agar tetap bertahan dengan akreditasi A.

Ting

Handphone Rama berderit, satu pesan masuk.

"Yana nih pasti, baru aja beberapa jam udah kangen aja dia." Rama terkekeh.

Rama merogoh sakunya, dan langsung mencek pesan yang masuk tersebut. Ternyata bukan Yana, tapi dari nomor tak dikenal.

"Ingat, Jangan berani buka mulut soal status Biru yang bukan anak Hanung, dan segera ceraikan Yana. Yana akan terus dalam bahaya jika kamu tidak segera menceraikannya. Kalau kamu  masih ingin Yana selamat, ikuti semua perintah di atas, atau kamu akan segera mendapat kabar, kalau kepala istri tercintamu ini telah berpisah dari lehernya!"

Rama & Yana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang