Part 26

1.7K 149 56
                                    

Happy Reading

Aku rekomendasiin bacanya sambil dengerin lagu di atas guys.🤗

Melepasmu~Anji Drive.
....

Setelah memastikan Yana mendapat yang diinginkan, Rama memutuskan untuk segera pergi.

Sementara itu, dari jendela Masjid Panji bisa melihat dengan jelas semua yang terjadi, antara Rama dan Yana.

"Gini nih kalau orang yang sama-sama keras kepala jatuh cinta, ribet banget." Panji ikut gregetan dengan Yana dan Rama.

Panji memutuskan untuk menghampiri Yana, Panji merasa dia harus ikut campur untuk mempersempit kesalah pahaman dua manusia keras kepala itu. Panji tidak bisa bersabar melihat Rama dan Yana main kucing-kucingan begini.

Panji menghampiri mobil Yana.

"Assalamualaikum Yan." Panji mengetuk jendela mobil Yana.

Yana yang tengah fokus menghabiskan rujaknya, merasa kaget ketika ada lagi orang yang mengetuk jendela mobilnya

"Iya?" Yana menurunkan kaca jendelanya.

"Panji kan? Teman Rama yang waktu itu dibawa ke Rumah Sakit?" Yana memastikan.

"Alhamdulillah kalau masih ingat." Panji tersenyum.

"Aku mau bicara sebentar boleh?" tanya Panji.

"Oh iya boleh." Yana lalu membuka pintu mobilnya.

Panji mengarahkan Yana untuk duduk di bangku yang tersedia di dekat gerobak tukang rujak itu.

"Mang, numpang duduk ya," izin Panji.

"Silahkan Mas Panji."

Tukang Rujak itu ternyata sudah sangat mengenal Panji, karena beliau lebih sering berjualan di sekitar Masjid.

"Kamu tau gak kenapa tadi tiba-tiba Mamang ini punya stok pepaya?" tanya Panji to the point. Yana menggeleng.

"Rama yang beliin," jelaskan Panji, tidak bertele-tele.

Yana mengerutkan keningnya, tidak mengerti.

"Iya Rama yang beli, dia tadi ada di sini. Kamu mungkin gak sadar, tapi dia itu masih sadar banget apa yang kamu butuhkan."

Jantung Yana berdegup kencang, ada perasaan aneh yang kembali menjalar di hatinya, tetapi rasanya justru menyesakkan dada.

"Kalian itu perlu ngobrol berdua Yan, masih banyak kesalahpahaman yang harus kalian luruskan bersama. Aku bukannya ingin menyuruh kamu membuka hati lagi untuk Rama, karena itu tidak mungkin dan tidak pantas lagi kamu lakukan, karena kamu sudah punya suami. Aku hanya menginginkan kalian berdamai, tidak saling membenci lagi. Kalau tidak bisa bersama lagi sebagai pasangan, kalian masih bisa saling memaafkan, berdamai dengan ego kalian masing-masing. Kalian masih bisa menjadi seorang teman Yana."

Yana menundukkan pandangannya, meresapi segala ucapan Panji yang seperti tengah menamparnya bolak-balik.

"Aku sebenarnya gak berhak ikut campur dalam masalah kalian ini, tapi aku sahabat Rama, Yan. Aku kasihan melihat Rama, dia harus menyimpan lukanya seorang diri. Kalian perlu berbagi luka yang kalian miliki Yan, saling menyembuhkan bersama. Supaya tidak ada lagi kebencian yang kalian pendam, percaya deh rasanya pasti akan lebih lega."

"Aku gak bisa Panji. Kamu gak tau kan, bagaimana terlukanya aku karena dia. Aku seolah tak memiliki harga diri di matanya, dia yang memaksa aku buat menikah, dia juga yang memaksa untuk mengakhirinya."

Yana menangis, Mungkin faktor Yana yang tengah hamil juga, ia jauh lebih sensitif dari biasanya.

"Dia juga tidak ingin menceraikan kamu Yana, dia itu mencintai kamu. Ada suatu hal dan suatu keadaan yang memaksa dia untuk menjatuhkan talak kepada kamu Yan."

Rama & Yana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang