1. S (tart It Over)

11.9K 843 39
                                    

▒░░░░▒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▒░░░░▒

Rintik Hujan yang terus menghantam kaca jendela, mungkin menjadi salah satu hal yang dapat menjadi penenang—dikala hatiku bergemuruh hebat.

Tepat 30 menit yang lalu, ibu memintaku untuk pergi bersamanya entah kemana.

Aku yang sangat malas untuk membantah, hanya bisa mengiyakan permintaannya itu.

Tapi, siapa sangka. Berhentinya mobil yang kami pakai di salah satu restoran ternama—bisa menjadi awal dimulainya gemuruh hebat di hatiku, yang telah lama meredam.

Langkah ringanku hanya bisa mengikuti langkah ibu—yang ternyata berakhir di salah satu ruang yang menurutku 'private'.

Sadar akan diriku yang mematung di depan pintu ruangan 'private' itu, ibu langsung berbalik menatapku dan berkata.

"ibu ingin kau menemui seseorang di dalam sana. Ibu harap kau akan suka padanya dan jangan pernah berpikir untuk membencinya. Kau paham?" ucapnya tak lupa memberikan senyum tulusnya padaku—seakan berharap padaku untuk menuruti perkataannya.

Melihat senyum tulusnya, aku yang terpanah akan senyumnya itu pun hanya bisa menganggukkan kepala.

Setelah mendapatkan responku, tangan kananku tanpa aba-aba langsung ditarik oleh ibu—untuk mengikutinya masuk ke dalam ruangan tadi.

Dan disinilah aku sekarang, tengah terduduk berdampingan dengan ibu dan jangan lupakan ada dua orang laki-laki yang tengah duduk dihadapan kami berdua.

Satu laki-laki yang jika dilihat—kuperkirakan seumuran ibuku, dan satunya lagi terlihat jauh lebih muda dari laki-laki tadi.

Heran akan atensi mereka berdua. Aku hanya dapat menatap datar keduanya.

Helaan nafas pun tanpa sadar berhembus keluar dari bibirku.

"did u guys wanna tell me something?"

And ya..

Kini semua atensi tertuju padaku.

Ibu yang sejak tadi sibuk menebar senyumnya pada kedua lelaki tadi, pun langsung menolehkan kepalanya ke arahku.

Senyumnya yang terlihat hangat tadi lambat laun menghilang.

Belum sempat ibuku membuka suara, dari arah depan tiba-tiba ada yang membuka suara.

"maukah kau menerimaku sebagai ayah tirimu dan juga menerimanya sebagai saudara barumu?" ucap si lelaki dewasa dan tak lupa diakhir ia pun menatap lelaki yang lebih muda. Seakan menunjuk 'saudara' yang dimaksud itu adalah dia.

Tepat setelah mendengar pertanyaan itu. Aku yang tadinya hanya menatap datar kedua lelaki itu, pun kini berganti menatap tajam mereka.

Dengan cepat aku menolehkan kepalaku ke arah ibu, meminta penjelasan lebih lanjut padanya.

𝐒𝐭𝐞𝐩 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang