▒░░░░▒
"bagaimana jika semua usahamu sia-sia?" monologku di pagi harinya, tak lupa kini pandanganku terus tertuju pada seseorang yang ada di samping kananku. Yang masih terlelap dengan nyenyak.
Seulas senyum tipis, pun kuberikan padanya. Meski ia tidak bisa melihatnya.
Posisiku yang tadinya berbaring menyamping ke arahnya, kini kurubah menjadi terlentang.
"aku merasa, semua usahaku sia-sia. Berbulan-bulan aku berjuang untuk menghilangkan anxiety ini, tapi tetap saja hingga saat ini aku tidak dapat mengendalikannya. Hhh—what should i do?" lirihku, dan tanpa sadar air mata pun tengah mengalir disudut mata kiriku.
Aku kembali diam dan terus menatap langit-langit kamar. Pikiranku terus menerawang semua hal yang menyangkut gangguan sialan itu.
—bahkan. Aku sedikit lupa apa penyebab utama yang menyebabkan aku memiliki gangguan itu, dikarenakan aku yang terlalu sibuk menghilangkannya.
Helaan nafas beratku pun terdengar.
"i don't find happiness anywhere. sia-sia. Semua yang kulakukan tidak ada hasil—"
"—hey"
Aku sedikit tersentak akan panggilan tiba-tiba darinya dan bersamaan dengan itu, tangannya kini tengah melingkar erat di pinggangku.
Helaan nafas hangatnya, bahkan bisa kurasakan.
Aku pun memejamkan mataku sejenak, disaat ia berucap.
"Semua usaha tidak ada yang berakhir sia-sia. Tidakkah kau lihat, saat ini kau telah berhasil membuka diri padaku" gumamnya, tepat di telinga kananku.
Aku pun menggeleng pelan.
"no. U wrong. Aku tidak benar-benar membuka diri padamu. Aku hanya mengikuti alur yang kau mau. Tapi, jauh dilubuk hatiku. Aku tidak merasakan perubahan yang lebih atas diriku sendiri. Aku hanya terbuka, padamu. Bahkan, dengan ibuku sendiri—aku masih menjaga jarak" ucapku, dan diakhir helaan nafasku pun berhembus di sela-sela bibirku yang terbuka sedikit.
"oh ayolah. Kau tidak menjaga jarak dengan ibumu. Seakrab-akrabnya kau padaku. Kau pasti lebih akrab pada ibumu. Kalau pun kau tidak akrab saat ini, kau bisa mulai mengakrabkan diri padanya. Sama seperti kau mengakrabkan diri padaku" balasnya yang berhasil memancingku untuk menatapnya sekilas.
"no, Hyunjin. Easy for u to say like that. But it's hard for me. I can't—" lirihku, seraya mengalihkan kembali tatapanku darinya.
"mengapa kau tidak bisa? Dia adalah seseorang yang melahirkanmu di dunia ini. Tidak mungkin kau tidak bisa akrab padanya"
Lagi-lagi, aku menggelengkan kepala secara perlahan.
"ibuku berbeda dari ibu-ibu pada umumnya. Ibuku itu wanita yang cukup keras. Bahkan, disaat aku dipertemukan pada kalian untuk pertama kalinya—aku cukup terkejut disaat melihatnya menatap kalian dengan tatapan teduhnya. Berbeda hal disaat hanya ada aku dan ibu saja" ucapku seraya tersenyum kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐭𝐞𝐩 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 [✔]
Fanfiction➵ 𝐟𝐭. 𝐡𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐡𝐲𝐮𝐧𝐣𝐢𝐧 ❝Would we be better off by now.. If I'd have let my walls come down?❞ [was] #63 in Stay #2 in Hhj #1 in HyunjinStrayKids #1 in HwangHyunjinStrayKids #1 in HyunjinFF ©hzntha...