7. Pertanda Buruk

313 46 21
                                    


Happy reading^^

*****

"Apa aku bilang.? Kehidupan serta masalah yang mereka hadapi itu saling berkaitan." Gumam Zul, si makhluk abadi.

_______

Tanpa bertanya pada resepsionis, Ara berwujud Putri yang diikuti oleh arwah Afi masih terus menyusuri lorong rumah sakit dan dalam pengawasan Zul. Bagi Ara tak ada gunanya bertanya, toh dia hafal dengan ruangan tempat tubuhnya itu dirawat.

Setelah sampai didepan sebuah ruang ICU, Ara mendadak menghentikan langkahnya. Sehingga Afipun mengikuti gerakannya, dengan berhenti disisi kanan Ara. Mata teduh arwah ganteng itu tertuju pada Ara, kemudian mengarah pada obyek tatapan kosong gadis itu. Tatapan keduanya sama2 menangkap sesosok tubuh yang berbalut perban tebal dikepalanya dan beberapa alat bantu.

"It-itu siapa Ra,, koq banyak banget alat yang dipasang dimuka dia.?? Udah infus, trus selang oksigen juga." Tanya Afi agak ragu, tapi juga penasaran.

"Itu gue." Cicit Ara dengan mata yang berkaca2.

"Dua orang yang ada didalem itu... Ayah sama Ibu gue." Sambungnya, bersamaan dengan meluncurnya sebuah aliran bening dari sudut mata indahnya.

Afi mengangguk faham. Ia bisa merasakan kesedihan Ara meski hanya mendengar suara gadis itu yang bergetar.

"Gue faham,, ini pasti sulit buat loe. Tapi loe harus kuat Ra.. Loe liat mereka berdua disana yang jagain loe tiap hari. Gue yakin, mereka pasti sangat berharap loe bisa segera siuman dan kembali dalam pelukan mereka. Sama kayak gue, yang pengen cepet2 ngrasain pelukan orang tua gue." Ujar Afi bijak.

Ara menatap dalam mata sosok transparan dihadapannya itu. Bendungan airmata yang terus mengalir membasahi wajah putih Ara. Bahkan Afi bisa melihat melalui sorot mata Ara, betapa banyak hal yang ingin gadis itu utarakan tapi tidak bisa ia katakan.

Perlahan tangan Afi bergerak untuk meraih tangan Ara yang berwujud Putri itu. Meski sempat merasa mustahil untuk melakukannya, nyatanya Afi mampu menggenggam tangan itu. Ya, dalam wujudnya yang tembus pandang itu Afi bisa.

Seketika airmata Ara berhenti mengalir saat arwah tampan itu menunjukkan senyumannya. Hatinya menghangat. Kesedihan dalam dirinyapun mendadak seakan hilang entah kemana. Bukan hanya itu. Ara juga merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa, dua makhluk yang sudah berbeda alam itu bisa bersentuhan.?

Sementara Afi.? Pada awalnya juga ia merasa terkejut. Tapi karena ia ingat bahwa dalam sosok Putri ini ada sosok Ara yang juga seorang arwah, Afipun tidak begitu heran.

"Bisa kita mulai sekarang rencananya.??" Ucap Afi yang seketika menyadarkan Ara dari keterkejutannya.

Ara mengangguk kikuk. "Bisa." Singkatnya.

"Gue yakin, loe bisa lewati ini semua. Gue bakal bantu selama loe masih butuh bantuan gue. Dan loe juga harus inget, buat bantu gue." Ujar Afi lagi seraya melepas genggamannya.

Tak lupa ia juga memberikan senyum terbaiknya pada Ara. Arapun membalas dengan senyum yang sama.

"Yaudah, sekarang masuk gih!" Titah Afi, diangguki oleh Ara.

*****

Cklek!

"Eh Nak Rya..." sambut Dara--Mamanya Afi pada gadis yang membuka pintu.

"Tante, Afi masih belum siuman ya.??" Tanya Rya dengan wajah murungnya.

Daraa mengangguk lemah. "Iya nak.. Padahal sudah hampir tiga hari Afi koma. Tapi gak ada sedikitpun tanda2 adanya dia akan sadar. Tante jadi takut, kalo sampe terjadi apa2 sama anak tante.." ujarnya.

a Little Time to Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang