part 6 (03 Oktober 2005)

3 0 0
                                    

Sudah 3 bulan Ayah terbaring sakit..., tapi baru kali ini aku merasa tak tega melihat keadaannya.
Hidupnya tak lepas dari infus dan Rumah Rakit yang mengeluarkan banyak biaya
Sampai-sampai aku terpaksa tidak masuk kuliah
Semuanya demi Ayah..., aku pengen Ayah sembuh seperti dulu lagi
Dan kenapa setiap aku bertemu dengan keluarga itu selalu membuatku benci...?
Apa selama ini dia tak pernah berpikir..., tak pernah mau mengerti apa yang aku rasakan.
Semuanya egois..., dia memang benar-benar berubah
Meskipun seperti itu, tapi aku masih sabar, karena aku tak tau yang sesungguhnya.
Dan hari ini aku baru tau, sesabar-sabarnya manusia itu pasti ada batasnya.
Dulu ada yang pernah bilang, bahwa ikut orang tak kan pernah bahagia, tapi aku malah menepis semua kata-kata itu
Dan sekarang semuanya terbukti memang benar.  Disaat aku butuh dukungan, kenapa semuanya malah memojokkan aku...?
Kenapa semuanya tak mengerti posisi yang aku hadapi sekarang...?
Aku memang masih punya Ayah, tapi setiap pulang sama saja dengan halnya tak punya Ayah, karena Ayah selalu di Rumah Sakit menghabiskan waktunya disana.
Setiap aku pulang, aku selalu melihat kesedihan yang begitu mendalam.
Setiap hari Ibu selalu menangis dan menangis.
Hati ini benar-benar pedih..., tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Aku hanya bisa berdo’a dan menangis..., berharap ada sebuah keajaiban.
“kamu harus jaga ibu dan adik-adikmu dengan baik..., kalau memang harus sampai disini, Ayah rela diambil sekarang” kata-kata itu terlontar dari mulut Ayah untuk kakakku yang disaksikan oleh Ibuku.
Mendengar kata-kata tersebut, aku terpaku dibalik pintu. Kata terakhir yang membuat hati semuanya hancur.
Aku tau, kematian seseorang pasti akan tiba, tapi kenapa harus sekarang?
Ya Allah..., kenapa harus seperti ini...?
Kenapa cobaan yang harus kami tanggung seberat ini...?
Aku tidak kuat nerima kenyataan hidup..., kenapa hidup ini terkadang mesti ada cobaan...? musibah...? tantangan atau kesalahpahaman...?
Mungkin orang lain tak pernah tau apa yang dialami ayah, tapi aku tak bisa menuliskan kisah yang dialami Ayah seutuhnya dikertas ini.
karena terlalu berat untuk ku tuliskan.
Biarlah semua kisah itu tertanam dalam kenangan yang perih dibenakku.
Sebelum Ayah pergi untuk selama-lamanya, tak ada kesempatan untukku berbicara kepadanya.
Mulai hari ini, aku harus bisa melangkah dengan kakiku sendiri, meskipun secara perlahan.
Biarlah waktu yang menemani hari-hariku.
Karena hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.
Ayah...
Sosok dirimu tak kan pernah tergantikan oleh siapapun dan apapun
Kau telah mengajarkan banyak hal kepadaku
Darimu juga aku mengerti apa arti kebahagiaan dan kesedihan
Ayah...
Tetaplah bahagia di surga sana

Tetaplah bahagia di surga sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ungkapan Kata HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang