Prolog

472 39 16
                                    

━─━────༺༻────━─━

━─━────༺༻────━─━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━────༺༻────━

.
.
.
.
.

Matahari enggan menampakkan sinarnya. Langit dengan nuansa merah gelap tampak dipenuhi awan tebal. Petir sesekali bergemuruh kencang, seakan alam ingin mengungkapkan suasana pembicaraan yang tengah terjadi di suatu tempat.

"Tindakanmu benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Sang Raja Iblis—yang memiliki dua tanduk di kepalanya, juga sayap hitam yang menempel di punggungnya—terlihat meluapkan amarahnya

"Hamba minta maaf, Yang Mulia. Sudah menjadi tugas hamba sebagai penasihat untuk menjaga Yang Mulia." Sang lawan bicara—seorang pria dengan mata merah kelam bak darah—sama sekali tak merasa bersalah.

"Omong kosong! Tindakanmu itu dapat menimbulkan bencana bagi dunia ini!" Sang Raja masih meluapkan amarahnya.

"Maafkan ham-"

"Keluar dari ruanganku! Aku muak melihat wajahmu itu."

"Tapi-"

"Keluar!"

Pria yang disebut sebagai penasihat itu akhirnya mengalah. Ia berjalan keluar, kemudian secara perlahan menutup pintu ruangan yang memiliki tinggi sekitar tiga meter itu, membiarkan Sang Raja menyendiri di ruangannya.

.
.
.
.

sᴀᴛᴜ ʙɪɴᴛᴀɴɢ ᴅᴀʀɪ ᴋᴀʟɪᴀɴ, ʙᴇʀᴀʀᴛɪ ʙᴇsᴀʀ ʙᴀɢɪ ᴀᴜᴛʜᴏʀ.

DuorbisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang