Pak bagi duit!

9.7K 331 1
                                    


Hari ini thania dan dirga, oh ingatkan,sekarang thania memanggil pak dirganya itu dengan mas dirga.sekali lagi ya mas dirga.mereka akan menempati apartemen yang sudah dibeli dirga. Apartemen yang cukup mewah,dilengkapi dengan peralatan peralatan mahal yang thania yakin perlu uang yang banyak untuk membelinya.

“ekhem.kenapa thania?”

“ngga pak,nggapapa”

  “mas thania”

“ah iya mas maksudku” thania memutar bola matanya malas.

“mas aku punya permintaan”

“apa thania,kamu jangan membuat saya bingung”

“aku nggamau kalau teman teman tahu kalo kita sudah menikah,aku nggamau diomongin satu kampus.” Ucap thania yang membuat dirga tersenyum.

“saya juga ngga mau kalu fairuz tau kamu sudah menikah dengan saya.bisa bisa dia tidak menggoda saya lagi”

“oh jadi bapak masih suka digodain sama nenek lampir itu? Katanya tidak peduli hm”

“kamu cemburu thania?” Dirga tersenyum menang,gadisnya ini benar benra menggemaskan. Lihat saja,sekarang dia sedang merajuk.duduk diujung kasur sambil memasang headset dikedua telinganya.tak mau mendengar omonganku sedikitpun.

Dirgantara pov .

Senyumku mengembang saat thania menatapku. Dia berdiri agak jauh dariku,rasanya aku ingin menariknya dan langsung membawanya kedalam pelukanku.

Ah jangan lupakan fakta bahwa thania sedang merajuk dirga. Aneh memang baru kemarin menikah dan sekarang sudah merajuk?
Aku melihat sendiri bagaimana dia merajuk.

“mau kemana?” pertanyaanku keluar begitu saja saat thania membuka pintu.

Tanpa permisi aku langsung memeluknya,dan dia meronta minta dilepaskan.aku melepaskan pelukanku dan kubawa dia masuk.

Aku terus berdoa agar thania terus menatap padaku, waktu perkenalanku dengannya sangatlah singkat. Aku tau fakta bahwa thania belum mencintaiku. Sakit bukan saat tahu pasanganmu tak mencintaimu? Aku tak keberatan dengan fakta itu,nyatanya gadis itu sekarang milikku. Gadis kecil yang menyebalkan. Aku tersenyum masam mengingat kejadian dulu ,pertama bertemu thania. Thania belum dewasa,umurnya baru 20 tahun, dan aku ? ya aku harus siap dengan segala resikonya.

07.00 am

Thania bangun dari tidurnya, mengecek poselnya dan melihat jam.tunggu. jam? Iya jam . thania teringat kalau hari ini dia ada kuliah pukul delapan pagi. Ia hendak mandi saat menemukan secarik kertas diatas nakas.

Thania,saya berangkat dulu. Jangan lupa masuk kelas saya pukul delapan pagi.
Thania mngeluarkan sumpah serapahnya,;bagaimana bisa pak dirga aka suaminya itu tidak membangunkannya?apa dia amnesia kalau thania itu istrinya? Shit!

Dengan tergesa gesa, thania melewati lobi, berjalan kearah trotoar berharap mendapatkan taksi. Waktu dari apartemen ke kampus perlu 20 menit.
Sebuah bmw hitam berhenti didepan thania. Thania memundurkan dirinya,berjaga jaga kalau kalau penumpangnya akan turun.

“thania?”

“ka danu?” see masih ingatkan danu itu yang mana? Iya dia danu yang dulu mencelakakan thania.

“naik thania,gue anterin lo sampe kampus” thania bingung,dia takut dirga mengetahuinya.

“iya ka” persetan dengan mas dirga,salah siapa tak mebangunkanku. Umpat thania.

Thania pov .

Aku langsung turun begitu mobil ka danu sudah berhenti, terimakasih! Ucapku stengah teriak pada ka danu. Ah sial sepuluh menit lagi pak dirga masuk kelas. Anak tangga ini membuatku ingin bersumpah serapah. Ingin sekali ku hilangkan tangga tangga sialan ini!

“thania Sabrina wirawan” pak dirga mengabsen namaku.

“saya pak” ucapku sambil sedikit ngos ngosan. Tuhan memang baik,aku hanya terlambat lima menit. Mas dirga- ralat pak dirga menatapku datar, aku langsung menuju kursiku disebelah Sita. Perasaanku sudah tidak enak, sita,rama,dan jeno juga menatapku penuh Tanya. jangan tanya vine kemana. Dia pindah ke aussie dengan orang tuanya,biasa anak miliader seperti dia harus kuliah ditempat terbaik bukan?

“kenapa lo jen anjir liatin gue sebegitunya?napsu lo sama gue hah”

“idih gue napsu sama lo? Lo pikir gue autis!. Lo kenapa seminggu kemaren kaga masuk cabe?”
Sialan jeno,pagi pagi bikin aku naik darah.

“brisik,nanti dikeluarin pak dirga baru tau rasa!” rama menimpukku dengan bollpoint.
Aww! Aku mengaduh agak keras, membuat seisi kelas menatapku.

“kenapa kamu thania?” mampus.

“ngga papa pak,itu tadi tangan saya kejempit resleting tas” pak dirga mengernyitkan keningnya,Kembali berkutat ke laptop didepannya.

Aku berkali kali mengucap syukur,aku takut sekali nilaiku disemester ini rendah. Stop berpikiran ,pak dirga suami gue! Ah maksudku iya memang pak dirga itu suamiku tapi maksudku ,aku tidak suka kenyataan bahwa meskipun suamiku dosenku,dia tetap objektif menilaiku, meskipun aku istrinya dia tak peduli. Dikampus aku tetap mahasiswanya.

Ini sangat menyebalkan. Semenjak menikah atm dan kartu kreditku dikembalikan pada ayahku oleh mas dirga. Katanya si biar dia saja yang bertanggung jawab penuh atasku. Cih bertanggung jawab penuh gundulmu! Istrimu yang cantik paripurna ini kekurangan uang! aku yang biasanya bebas mau kemana saja ,sekarang mau jajan dikantin saja harus minta uang pada pak dirga,sialan memang!
Aku membuka pintu ruangan ,mendapati pak dirga yang sibuk dengan leptopnya.

“pak saya minta uang” 

“buat apa?”  “buat makan lah,memangnya bapak mau saya mati kelaparan?”

“language thania!”

“iya pak becanda doang,cepet pak aduh saya ditunggu temen temen nih,bisa bisa saya ketinggalan gossip.” Pak Dirga memberiku selembar uang lima puluh ribuan.

“lagi dong pak,itu kan yang merah banyak banget begitu masa saya dikasih yang biru,mana Cuma satu” aku sebal, lima puluh ribu ini hanya cukup untuk jajan sekali di kantin.

“kalau kamu tidak mau ya sudah,saya ambil lagi.”
Aku mendengus kesal,dari pada aku harus berdebat dengannya aku lebih baik pergi.

Lecturer Love [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang