Rumah sakit (lagi)

9.1K 299 1
                                    

Jeno melajukan mobilnya dengan cepat, sekarang dia,rama dan dirgantara yang menggendong thania sedang meuju rumah sakit. Dirgantara sangat khawatir terjadi sesuatu kepada istrinya itu.
Dirgantara langsung membawa thania masuk kedalam rumah sakit,menempatkannya pada brangkar dan memanggil dokter dengan berteriak. Ia sungguh takut kehilangan thania saat ini., dia harus menghubungi orangtua dan mertuanya.
Dia mondar mandir tak karuan,memikirkan thania yang sedang ditangani dokter, perasaannya kalut,dadanya sesak melihat thania disakiti seperti itu.

Tubuh dirgantara limbung saat ada orang yang menamparnya, dia mendongak. Mendapati wirawan, ayah thania menamparnya.

“kamu ini bagaimana dirgantara,sudah berapakali anak saya masuk rumah sakit semenjak menikah denganmu!”

wirawan yang tak bisa menahan emosi meninju dirgantara sekali lagi.

”maafin saya pah,saya memang tak bisa menjaga thania,maaf”

Dirgantara meminta maaf,tubuhnya setengah berdiri ,dia menunduk. Wirawan yang dimintai maaf bersikap acuh,dia sungguh tak terima anak perempuannya terus terusan merasakan sakit seperti ini,ia sungguh tak tega.

“Anak perempuan yang saya sayangi dengan sepenuh hati,anak perempuan yang saya rawat dan saya bahagiakan mati matian itu sudah kamu sakiti hatinya dirgantara.”

“saya benar benar minta maaf pah,tolong jangan pisahkan saya dengan thania,saya benar benar mencintainya.”

“mencintai katamu? Apa orang yang mencintai itu mengungkapkan dengan menyakitinya? Kalau terus terusan seperti ini, lebih baik kamu pisah sama anak saya dirgantara.”

“Astaghfirullah pah, sabarr” sekar menasehati.

“Mah, mamah liat sendiri kan dirgantara ga bisa jagain thania, memangnya mama rela lihat thania seperti ini terus? Kalau papa ngga Terima mah, yang pertama cium thania itu papa mah, papah. Seharusnya kalau dia udah ngga mau jagain thania dia ngomong sama papah, biar papah sendiri yang bawa pulang thania, jangan malah nyakitin thania terus. Kamu lupa dulu kamu yang meminta saya untuk menyerahkan thania padamu, ijab qabul dihadapan Tuhan  dirgantara! “

Wirawan menatap tajam dirgantara. Ia merasa tak Terima anak perempuannya disakiti. Papa mana yang rela melihat anak perempuannya disakiti begini? Tidak ada.

“pah maaf ” lirih dirgantara yang tak kuasa menahan tangisnya.

Dia sangat merasa bersalah, dia sakit hati mendengar ucapan mertuanya itu, dia tak mau kehilangan thania,gadis yang sudah mencuri hatinya.
Sekar yang melihat itu hanya bisa menenangkan suaminya, dia tau wirawan itu kalau sudah marah akan sudah dipadamkan.

“pah sudah,malu dilihat banyak orang. Sabar pah”

“tara,lebih baik kamu mengganti bajumu, itu sudah penuh darah. Mama akan minta suster untuk mengobati lukamu itu” sekar mengusap punggung dirgantara pelan. Dirgantara mengangguk dan menuruti perintah mertuanya itu.

Sudah semalaman dirgantara menunggui thania, lagi lagi dia melihat thania terbaring lemas di brangkar rumah sakit. Dia tak kuasa menahan air matanya agar tak keluar. Diusapnya wajah thania dengan lembut.

“pak”

“thania kamu sudah sadar?kamu mau apa?haus?atau lapar”  pertanyaan beruntun itu diajukannya kepada thania. Sebagai jawabnnya thania hanya menggeleng.

“aww” rintih thania saat ingin bangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa sangat sakit akibat dari kejadian kemarin yang ia alami.

Dirgantara menatap thania sayu, dia ingin sekali membawa gadis itu kedalam pelukannya,menciumnya dan ya ekhem itu lah pokoknya.

****
Sudah seminggu thania dirawat, sudah seminggu pula dirgantara absen dari mengajarnya. Seminggu dirumah sakit benar benar membuat thania bosan, iangin sekali nongkrong dengan jeno,rama,dan sita, teman teman gilanya. Thania benar benar merindukannya.

Thania ingat, sudah seminggu ini dia juga mengabaikan pak dirgantaranya, bagaimanapun ia merasa sakit hati. Dirgantara yang diabaikan tetap saja bersikap manis pada thania,memenuhi semua keinginan dan kebutuhan thania selama dirumah sakit.
Mengupaskan buah,mengganti selimut,mengantarkan kamar mandi, bahkan tidur di kursi rumah sakit demi thania. Tapi tetap saja,thania tetap thania. Dia keras kepala.

“thania,aku minta maaf” dirgantara duduk dikursi sebelah ranjang thania.

“untuk?” jawab thania ketus.

“semuanya. Untuk semuanya. Aku benar benar meminta maaf untuk semuanya. Tidak ada niatku menyakitimu thania.” Ucap dirgantara lirih.
Ah thania kembali mengingat semua kejadian itu, dia sebenarnya merasa bersalah karena kabur dari apartemen dirgantara.

“thania..”
Dirgantara menghela napasnya panjang saat thania tak kunjung bersuara. Atmosfir hangat yang biasa hadir diantara mereka kini mengikis. Dirgantara tak yakin dirinya akan dimaafkan oleh wanita yang didepannya itu.

“apa kamu membenciku?” thania menggeleng.

“tolong katakana sesuatu thania,jangan buat aku seperti ini,selalu merasa bersalah setiap harinya. Aku mencintaimu thania,akan selalu begitu.”

Satu menit..
Dua menit…
Tiga menit…

Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir thania, dirgantara merasa frustasi.ia hendak meninggalkan thania yang membuatnya kelimpungan seperti ini. merasa tangannya dicekal, dia menoleh kesamping. Thania menahan agar dirgantara tak pergi. Alih alih mengatakan sesuatu ,thania malah menangis.

Dirgantara yang melihat itu segera membawa gadisnya itu kedalam pelukannya.

Dari balik pintu, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka. Orangtua mereka yang hendak masuk mengurungkan niatnya karena melihat anak anaknya itu berpelukan. Mereka memilih menunggu diluar, sampai thania yang terlihat menangis itu berhenti menangis.

“m-maaf”

“tak ada yang perlu dimaafkan thania.kamu ngga salah.” Dirgantara menatap thania tepat dimanik mata.

“maaf karena tak mempercayaimu pak” thania masih menangis di pelukan dirgantara.

“aku yang minta maaf thania,maaf telah membuatmu berkali kali merasakan sakit,maaf atas kejadian danu dan aluna,maaf.” Dirgantara melepaskan pelukannya, mengusap air mata thania.

“maaf ya?” dirgantara mengacungkan jari kelingkingnya,membuat thania tersenyum. Thania tersentak kaget saat dirgantara menciumnya.

“than-” ucapan sekar terhenti ketika melihat anaknya sedang berciuman. Ia kira tadi thania dan dirgantara sudah selesai berpelukan.

“bunda” ucap thania lirih. Dirgantara hanya tersenyum,menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bagaimana bisa acaranya ini selalu digagalkan oleh orangtua dan mertuanya? Ingat bukan kejadian di apartemen dulu saat dia hendak mencium thania lagi?

Lecturer Love [SUDAH TERBIT E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang