2

36 7 1
                                    

Kekecewaan yang Hara rasakan tadi berubah menjadi perasaan iri hati. Bayangkan saja, Hara sudah berusaha beberapa tahun bersama Jennie, tapi Jennie lebih dulu mendapat kesempatan untuk menggarap mini serinya. Hara tidak bisa menahan rasa cemburu dan putus asanya.

Semua energi Hara seakan lenyap. Sesampainya di kamar, dia langsung menjatuhkan diri ke atas tempat tidur lalu menghela napas dalam-dalam. Ketika Jennie mengatakan bahwa dia akan segera menggarap mini serinya, Hara langsung menyelamatinya, karena dia merasa tidak perlu merasa iri. Tapi, tetal saja Hara merasa bahwa semua usahanya, sebesar apa pun itu, sia-sia. Hara bisa saja menghubungi seorang sutradara yang dia kenal untuk meminta bantua, tapi dia tidak mungkin melakukannya. Tidak etis. Hara sudah pernah meminta sang sutradara membaca naskah buatannya, tapi tidak ada respons. Kalau Hara menghubungi sutradara itu lagi, dia pasti akan menilai Hara sebagai orang yang tidak tahu diri.

"Hilang sudah semua energiku."

Semangat Hara ternyata benar-benar surut. Sekalipun tadi dia menyemangati Jennie dengan tulus, dan berharap suatu saat nanti dia juga akan menerima berita baik, tetap saja Hara kehilangan energi, seperti sekarang ini.... sepertinya wajar. Iya, kan? Dan, di saat-saaf seperti ini, Hara kembali menyesal mengapa dia memgundurkan diri dari kantornya dulu.

Hara memikirkan apa yang pernah ayahnya katakan, bahwa kesempatan tidak akan datang pada orang yang selalu terburu-buru, dan dia merasa seakan dirinya gagal. Selama ini Hara melangkah cukup pelan dan kesempatan itu tak kunjung datang. Hara ragu. Tanpa disadari, satu jam pun berlalu dan dia hanya berbaring saja. Akhirnya dia berhasil mengumpulkan kembali energinya dan tersenyum penuh harapan. Ketika Jennie akhirnya dipercayakan untuk menggarap sebuah mini seri, Hara pun tidak sedang bersantai. Dia seharusnya merasa cukup beruntung karena bisa menerima uang yang cukup banyak dari hasil kerja kerasnya membuat jalan cerita untuk buku cerita bergambar. Belum lagi, dia bisa hidup mandiri di Seoul, tidak pernah terlambat membayar pajak, dan setiap bulan selalu bisa menabung dua juta won, sekalipun setiap bulannya dipotong 50.000 won untuk angsuran unit yang saat ini dia tinggali.

Mungkin tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan Jennie, tetapi ini artinya Hara bukan sibuk bermain. Sebaliknya, dia justru terus bekerja. Ketika ada yang bertanya siapa itu Hara, bisa jadi tidak akan ada yang bisa menjawabnya. Hara, penulis tak dikenal. Memberikan judul karyanya, Jiwa Tak Beruntung, sebagai petunjuk untuk mengenali dirinya pun seakan tidak ada gunanya. Mungkin, yang bisa diingat adalah karya Hara, kisah tentang tidak adanya perbedaan antara bahagia dan tidak bahagia. 'Mengapa, ya, setiap kali merasa gagal dan mencoba mencari tahu potensiku, aku malah menemukan semakin banyak harapan?' Hara pun tiba-tiba tersenyum.

"Aku pasti bisa."

Dia bangkit. 'Aku pasti bisa. Kalau aku tidak menyerah, aku pasti bisa mendapatkan apa yang kumau. Tidak mungkin perjalananku mulus. Pasti ada hal-hal tidak menyenangkan. Berharap saja tanpa berusaha tidak akan ada gunanya.'

Hara mengeluarkan voucher hotel dari dalam tasnya. Dia kembali tersenyum mengingat Taehyung. 'Tidak ada gunanya merasa iri. Lebih baik aku memikirkan cara untuk memanfaatkan kesempatan baik dari Tuhan ini: menghabiskan malam bersama Taehyung.'

Hara membuka flip ponselnya. Setelah beberapa kali berdeham supaya suaranya terdengar jelas, Hara menghubungi Taehyung.

'Hmm.... kenapa dia tidak bisa dihubungi? Aneh.'

Tidak seperti biasanya, nada sambung yang didengar Hara aneh. Padahal yang berusaha dihubunginya adalah nomor ponsel Taehyung. Tapi yang terus menerus dia dengar adalah nada sambung yang tadi. Benar-benar aneh.

'Kenapa, ya?'

Hara terus mencoba menghubungi Taehyung, tapi tetap saja tidak berhasil. Sepertinya ada yang salah dengan jaringan teleponnya. Sudah empat kali berturut-turut dia mencoba menghubungi Taehyung, tetap saja panggilannya tidak tersambung. Atau, mungkin Taehyung sedang berada di daerah pegunungan yang susah sinyal, atau bisa jadi juga dia sedang ada di dalam kereta bawah tanah. Hara sedang mempertimbangkan untuk menerima SMS saja ke Taehyung, ketika akhirnya Taehyung mengangkat teleponnya.

The Last 2%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang