16

9 3 0
                                    

"O.... itu...."

_______________________

Di saat yang bersamaan pintu lift terbuka. Merasa terselmatkan, Hara merasa lega dan langsung keluar dari dalam lift. Tanpa menoleh ke belakang, dia langsung menuju meja informasi dan meminta staf hotel menolongnya membuka kamarnya.

Hara mengikuti langkah staf hotel yang akan membantunya menuju lift. Pria itu berdiri tepat di depan lift, tapi Hara pura-pura tidak melihatnya. Apakah pria itu sedang menunggunya? Kalau pria itu tidak ada urusan, untuk apa dia repot-repot pergi ke bawah? Hara tetap pura-pura tidak melihat pria itu. Dia sudah dua kali terjebak dalam situasi memalukan yang melibatkan pria itu. Oleh karena itu, dia berharap ini adalah yang terakhir. Apakah dia juga akan ikut naik ketika pintu lift terbuka? Kalau dia memutuskan untuk naik lift juga, Hara akan semakin tidak mampu menahan rasa malunya.

Staf hotel itu menjadi orang yang pertama keluar dari lift, disusul Hara kemudian pria itu keluar paling akhir. Rasanya aneh ketika Hara tahu ada yang mengikuti satiap langkahnya.

"Silahkan masuk."

Petugas hotel itu memberi salam sebelum pamit.

"Maaf sudah merepotkan."

"Tidak apa-apa. Silahkan menikmati sisa malam ini. Selamat malam."

'Menikmati sisa malam ini? Maksudnya malam yang bagaimana?'

Petugas hotel itu memberi salam pada Hara. Eh, bukan. Bukan pada Hara. Tapi pada pria itu. 'Sepertinya dia menganggap kami ini pasangan. Kalau dipikir-pikir, pria ini aneh juga. Kenapa dia tidak langsung menuju kamarnya sendiri? Kenapa dia malah ada di depan kamar orang lain dan hanya berdiri saja? Dia kan tinggal di sebelah.'

Ketika Hara menengok ke belakang untuk memastikan, dia melihat pria itu memberikan tip kepada petugas hotel yang baru saja membantu Hara lalu pergi. 'Maksudnya apa? Petugas hotel itu kan membukakan pintu kamarku, bukan pintu kamar pria itu. Jadi kenapa pria itu yang justru memberikan tipnya?'

"Maksud anda apa?" Tanya Hara dengan nada tidak nyaman.

"Maksudnya?"

"Tip yang anda berikan tadi."

"Sepertinya dia beranggapan kalau kita ini pasangan. Jadi, rasanya tidak sopan kalau membiarkannya pergi begitu saja."

"Rupanya uang anda banyak. Sampai-sampai harus anda yang memberinya tip, padahal dia memberikan bantuannya pada saya."

Setelah memberikan komentar sarkastisnya, Hara masuk ke dalam kamarnya.

Hara masih menganggap tindakan pria itu tidak perlu. Dengan senyum sinisnya, Hara bergumam, "jangan-jangan pria itu berusaha menyombongkan dirinya."

Di dalam kamar, Hara membuka tasnya dan baru akan mengeluarkan belanjaannya satu per satu ketika ponselnya berdering.

<Si Bajingan Taehyung>

Laki-laki ini benar-benar tidak mengenal kata menyerah. 'Aku sudah memberikan sebuah pertunjukan, kenapa kau tetap berusaha menghubungiku?' Berniat untuk mengakhiri semuanya, Hara mengangkat telepon dari Taehyung.

"Halo."

(Ini aku.)

"Ada apa?" Tanya Hara ketus.

(Aku sudah sampai di Hotel Arizona.)

"Apa? Untuk apa kau kesini?"

(Kenapa kau bertanya? Aku ingin melihat dengan siapa kau mengkhianatiku. Kamarmu di 1105, kan? Tunggu aku disana.)

Taehyung menutup teleponnya.

'Dia benar-benar sudah gila. Apa yang harus aku lakukan sekarang?'

Hara tidak pernah menyangka kalau Taehyung akan menyusulnya ke hotel. Pria itu terdengar benar-benar marah dan mabuk.

'Apa? Aku mengkhianati dia? Yang sebenarnya berkhianat duluan itu, siapa? Untuk apa dia sampai datang ke sini?'

Hara yakin kalau menghadapi Taehyung yang sedang mabuk pasti akan sangat sulit.

Dia bisa membayangkan kalau Taehyung berteriak minta di bukakan pintu?

'Kau mau apa?'

Tentu saja dia akan langsung masuk ke dalam kamar untuk memastikan apakah ada pria atau tidak. Setelah yakin kalau di sini tidak ada pria.... beberapa kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja Taehyung akan meminta maaf dan berharap hubungan mereka bisa berjalan kembali. Tentu saja hal itu tidak akan mungkin terjadi. Tapi tidak ada yang bisa tahu masalah apa yang akan muncul akibat mabuk.

'Tidak mungkin aku membiarkan hal itu terjadi. Lalu.... apa lagi yang harus aku lakukan?'

Hara ketakutan. Sepertinya sebentar lagi Taehyung tiba, mendobrak pintu dan masuk ke dalam kamar. Tanpa berpikir panjang, Hara pun membuka pintu lalu keluar dari kamarnya. Dia hanya tidak ingin ada di dalam kamar. Dia ingin mencari tempat untuk bersembunyi.

"Kim Hara."

Hara mendengar seseorang memanggil namanya. Suara Taehyung yang berat tapi lantang itu bergema di sepanjang lorong lantai hotel itu. Langkah Taehyung tampak doyong dan tidak seimbang, seperti ada beban terikat di kakinya.

'Sial!' Tidak ada cara lain selain kembali ke kamarnya sendiri.

Ketika berusaha memutar kenop pintu, Hara lemas. Lagi-lagi dia tidak membawa kuncinya. Bajingan ini bisa saja sewaktu-waktu mendobrak pintu kamar ini.

'Aigoo!'

Seandainya saja Hara bisa memanggil seorang penyihir untuk membantunya. Entah apa yang menggertakkannya, Hara tiba-tiba mengetuk pintu kamar sebelah, dengan dipenuhi rasa putus asa. Satu, dua, tiga, empat.... langkah Taehyung terdengar semakin dekat dan jelas. Membuat Hara semakin cemas. Akhirnya pria itu membuka pintunya.

"Sayang...."

****

The Last 2%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang