11

20 5 2
                                    

(Yaaa!! Kim Hara!)

Karena teriakan Taehyung keras sekali, Hara seakan bisa merasakan kehadiran Teahyung di sampingnya. Seolah-olah Taehyung bisa keluar dari ponsel yang sedang Hara pegang.

"Sepertinya begitu aku masuk ke dalam kamar dia akan langsung menyeretku ke tempat tidur. Waah.... rasanya.... pasti akan luar biasa. Aku tidak sabar."

Hara meneruskan bicaranya. Kali ini dengan suaranya yang sengau seperti sedang melakukan sesuatu.

"Omo.... ah...."

Hara kembali mendesah dan kali ini terdengar seperti akan menyudahi sesi ciumannya.

"Omo omo.... kau ingin lagi? Aku lelah. Aaah.... kau nekal!"

Hara meneruskan aktingnya. Dia begitu mendalami perannya sampai-sampai dia benar-benar membayangkan ada seorang pria yang menyeretnya ke tempat tidur. Taehyung menutup teleponnya.

'Kenapa dia harus menutup teleponnya? Pertunjukan dariku kan, belum selesai.'

Hara membayangkan suara desahan yang dikeluarkannya tadi dan tersenyum. Tanpa disadarinya, Hara saat ini sedang bertatapan dengan seorang pria yanb sedang berada di teras kamar sebelah. Jarak mereka hanya terpisah lima puluh cm. Pria itu tampak menikmati pertunjukan Hara tadi.

'Mati aku!'

Hara buru-buru masuk ke dalam kamar.

'Ahhh.... memalukan sekali.'

Hara bisa merasakan sekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki, memerah karena malu. Sambil menggenggam erat ponselnya, Hara meloncat-loncat di dalam kamarnya.

'Sejak kapan pria itu memperhatikan aku?' Hara sama sekali tidak sadar kalau ada yang menyaksikan pertunjukannya tadi.

'Aaah.... apa yang harus aku lakukan?'

Hara kehilangan kemampuan untuk berbicara. Dia merasakan panas menjalar ke seluruh tubuhnya, rasa panas karena menahan malu.

'Tidak. Tidak. Aku tidak perlu merasa malu. Tidak perlu. Pria itu kan bukan siapa-siapa.'

Hara berusaha menenangkan dirinya berkali-kali dengan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada hal lain yang terjadi.

'Ak! Aku bisa gila kalau begini terus. Ah....'

Hara membutuhkan waktu satu jam untuk menenangkan diri dan mengembalikan bentuk mukanya seperti sebelumnya. Berkali-kali Hara berkata, 'semuanya akan baik-baik saja', seakan sedang menghafalkan mantra. Tiba-tiba hara teringat tatapan mata pria tadi. Walau singkat, Hara tetap bisa mendapat gambaran jelas bentuk mata, hidung, hingga bibir pria itu.

'Pria yang.... tampan....'

Waktu yang terlalu singkat membuat Hara tidak bisa mengingat bentuk wajah pria itu dengan detail, namun ia tahu pasti bahwa pria itu tampan.

'Sepertinya bukan orang korea.'

Kalaupun dia keturunan korean, wajahnya terlalu tampan. Di atas rata-rata. Tapi, kalau benar dia bukan orang korea, Hara tidak perlu terlalu malu. Kalau dia orang korea, akan lebih malu. 'Huh, tetap saja aku malu. Tidak ada bedanya.'

Hara takut ketidakberuntungan akan kembali berpihak padanya dan membuatnya terpaksa bertemu lagi dengan pria itu kalau dia keluar kamar.

'Tapi aku kan harus makan. Apa.... aku harus menyamar dulu? Tapi bagaimana caranya? Dari mana aku bisa mendapatkan rambut palsu?'

Hara mengambil kunci dan berjalan menuju pintu. Dia menjulurkan leher dan mencoba memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada siapa-siapa. Waktu yang tepat! Setelah menutup pintu kamarnya, dia meleset seperti anak panah menuju lift. Sampai pintu lift tertutup, Hara berdoa agar jangan sampai dia bertemu siapa pun. Untungnya dia tidak bertemu lelaki yang menginap di kamar sebelah, atau siapa pun juga. Hara langsung menuju restoran yang menyajikan menu western.

****

The Last 2%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang