5

21 6 2
                                    

Hara masih belum bisa melupakan perbuatan Taehyung padanya, tapi hari dimana dia harus pergi ke Hotel Arizona semakin dekat. Satu hari sesudah Hara melihat Taehyung bersama perempuan cabai itu, Taehyung terus mencoba memghubunginya, tapi Hara mengabaikannya. Bahkan, dia langsung mengubah nama Taehyung menjadi "Si Bajingan Taehyung". Hara selalu menggertakkan giginya setiap melihat nama itu muncul di layar ponselnya. Sebenarnya Hara ingin menerima telepon itu dan mengucapkan kata-kata kasar pada Taehyung, tapi perkataan Jimin ada benarnya juga. Mengeluarkan kata-kata kasar kepada bajingan seperti Taehyung hanya membuang-buang waktu dan energi. Jadi, sebaiknya dia menghindar saja. Hara sempat berpikir untuk mengganti nomor teleponnya, tapi ini pun akan merepotkan lagi, karena itu artinya dia harus mengungumkan nomor barunya kepada sekitar delapan puluh orang. Yang mengganti 'Taehyung-ku' menjadi 'Si Bajingan Taehyung' pun sebenarnya adalah Jimin. Menurut Jimin, julukan itu cocok untuk Taehyung.

"Seharusya aku menonjoknya. Aku menyesal membiarkannya pergi begitu saja."

Jimin pun menjadi 'tempat sampah' Hara selama kurang lebih empat hari. Tentu saja Hara tidak bercerita bahwa dia mengajak Taehyung bermalam di hotek bersamanya. Kalau Jimin tahu, dia pasti langsung menghubungi Rumah Beras. "Sebenarnya memang sayang kau tidak memukulnya, tapi good job. Kau berhasil menahan diri untuk tidak melakukan hal itu.

"Maksudmu?" Tanya Hara.

"Karena kalau kau memukulnya, yang akan menanggung malu bukan hanya dia, kau juga."

'Benar juga.'

"Lalu.... perasaanmu padanya sudah semakin jelas kan?" Jimin bertanya lagi.

"Tentu saja. Kau khawatir aku masih menyukainya?"

"Bukan begitu. Terkadang aku tidak mengerti wanita. Aku sering bertanya-tanya kenapa mereka suka pria yang jelas-jelas bajingan. Apalagi, kadang rasa suka mereka terlihat berlebihan sekali."

"Hei! Aku tidak berlebihan seperti itu."

"Apa? Menurutmu kau tidak berlebihan? Dasar bodoh."

"Sudahlah. Aku benar-benar tidak sampai sebodoh itu, tahu."

"Syukurlah. Hei, kau mau ramyeon?" Jimin mengambil dua bungkus ramyeon dari lemari.

"Kau tidak punya nasi? Sejak empat hari lalu aku belum makan nasi sedikit pun, karena kesal. Kalau aku makan ramyeon lagi, sepertinya pencernaan ku akan terganggu."

"Ya sudah. Kita makan nasi saja. Lagi pula.... untuk apa mengurangi makan nasi hanya karena bajingan seperti dia?"

Jimin mengembalikan ramyeon yang diambilnya tadi ke tempat semula, lalu mengambil beras untuk dimasak.

"Aku memang tidak berselera. Untuk apa aku melakukan itu demi dia?"

"Omong-omong, kau tidak pernah memberinya apa-apa, 'kan? Uang, mungkin?"

"Uang? Tidak pernah....," lalu raut muka Hara berubah.

"Kalau begitu, apa yang pernah kau berikam padanya?" Tanya Jimin sambil melirik tajam.

"MP3 Player yang pernah aku menangkan."

"Dasar bodoh."

"Iya. Aku memang bodoh. Menurutmu, apa sebaiknya aku memintanya kembali?"

"Untuk apa kau meminta barang yang sudah bajingan itu gunakan?" Kata Jimin yang sedang mencuci beras sampai bersih.

Hara hanya bisa menyesali perbuatannya memberikan MP3 Player itu pada Taehyung. Rasanya mubazir.

Hara menyantap makanan yang disiapkan Jimin. Sambil menikmati makanannya, Hara memperhatikan Jimin dan berkata....

"Jimin...."

"Ada apa?"

"Kau juga baru patah hati?"

"Apa?" Jimin memutar badannya lalu menatap Hara. "Siapa yang patah hati?" tanyanya.

"Karena wajahmu terlihat seperti baru saja patah hati."

"Tidak."

"Putus cinta?"

"Tidak." Jimin menegaskan.

Hara ingat, di tahun pertama mereka kuliah, ada seorang senior dari satu jurusan yang benar-benar menyukai Jimin.
Walaupun senior, usia mereka sama. Dia sangat menyukai Jimin sampai kadang-kadang tampangnya terlihat menyedihkan . Sebenarnya, Jimin juga memiliki perasaan yang sama. Tapi setelah Jimin menyelesaikan wajib militernya, hubungan asmara mereka putus tanpa banyak yang tahu alasannya. Jimin pun tidak pernah memberikan penjelasan. Ketika ditanya apakah perasaannya berubah selama menjalani wajib militer, jawabannya bukan karena itu dan Jimin tetap  pada pendiriannya. Dan tidak menjawab pertanyaan seputar alasa mengapa hubungan mereka putus. Bahkan, ketika ditanya apakah alasan penyebabnya adalah orang ketiga, dia tetap berdiam diri.

"Sebaiknya kau jangan terlalu lama sendirian. Bagaimana kalau kau kujodohkan dengan Jennie? Menurutku dia wanita yang baik. Kau akan sangat merasa beruntung kalau berhasil mendapatkannya. Apalagi sekarang ini dia sedang menggarap mii serinya, jadi pasti uang yang dia dapatkan juga cukup banyak.

Mendengar perkataan Hara, Jimin tertawa. Sudah kurang lebih lima kali Hara menyuruhnya untuk berpacaran dengan Jennie dan setiap kalinya, Jimin hanya bisa tertawa.

Sikap Jimin yang seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Kadang kala, sikapnya tiba-tiba serius, sikap yang menurut Hara sangag tidak sesuai. Tapi bukan berarti setiap hari dia bersikap tidak peduli seperti sekarang. Hanya saja, dibandingkan sebelumnya dia terlihat lebih serius.

"Memangnya kau tidak khawatir?"

"Tidak."

"Tapi.... kau tidak tergabung ke dalam sekte atau semacamnya, 'kan?" Hara bertanya dengan raut wajah serius dan Jimin kembali terbahak-bahak.

"Sekte? Sudahlah...."

"Atau jangan-jangan kau tidak paham dengan  standarmu sendiri?"

"Berisik. Mau nasi lagi?"

"Tidak. Sudah cukup. Tapi.... nanti malam tolong siapkan makanan lagi untukku."

"Oke"

Hara keluar dari apartemen Jimin dan, ketika menuju miliknya sendiri, ponselnya kembali berdering. Sesuai dugaannya: Taehyung.

"Terus saja hubungi aku. Aku tidak akan mengangkatnya. Bajingan." Sambil menggerutu, Hara meneruskan langkahnya.

****

The Last 2%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang