"Eh iya Bun Ayo duduk dulu" Ayu tersadar dan mengajak Bunda Jenny duduk.
Terpaksa Ayu pindah duduk di samping Jeno, tempat Nayra tadi. Karena kursi di meja ini hanya ada empat, jadi posisi sekarang Ayu berhadapan dengan Bunda Jenny yang memangku Nayra. Dan Jeno yang berhadapan dengan laki laki yang datang bersama Bundanya.
"Oh iya Jeno, Ayu. Kenalin ini Mas Jun, calon suami Bunda. Panggilnya Dady Jun ya, bulan depan kita mau menikah"
Jeno membeku di tempat.
Melihat itu, akhirnya Ayu berinsiatif menyapa terlebih dahulu, "Saya Ayu em ... Om"Ayu menganggukkan kepalanya Ragu.
"Duh manggil Daddy juga aja Yu" Bunda Jenny membenarkan.
"Eh iya Daddy Jun" Ayu tersenyum kikuk sambil melirik Jeno yang masih bergeming di sampingnya.
"Nay, kenalan dulu sama Kakek Jun."
Nayra langsung menatap malu malu ke arah Ayah Jun.
"Papa Kamu, Suho. dia sudah tau kok Jen, malah dia juga dukung Bunda"
🌱🌱🌱🌱
Sepulang dari cafe, Jeno menjadi lebih banyak diam.
terlebih Nayra yang sudah tertidur di gendongannya. sepertinya bocah itu kelelahan.
"Jen, mau aku buatin coklat panas ga?" Tanya Ayu saat mereka sampai di ruang tengah.
Ayu sudah hafal kebiasaan Jeno, jika Nayra sudah tertidur. biasanya ia akan bermain game di ruang tengah.
"Hooh boleh, aku mau naro Nayra ke kamarnya dulu" Jeno langsung membawa Nayla ke kamarnya.
Sedangkan Ayu langsun menuju dapur, membuat coklat panas untuknya dan Jeno. selesai, Ayu langsung membawanya ke ruang tengah.
Disana Jeno sudah duduk dengan menumpukan seluruh beban tubuhnya pada sandaran kursi. wajah frustasi terlihat jelas dengan sebelah tangannya yang menutup wajahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kemeja yang ia kenakan tergeletak begitu saja di samping kakinya.
Dengan perlahan Ayu meletakkan dua mug cokelat hangatnya di meja, sebisa mungkin ia tak mengeluarkan suara saat duduk di ujung sofa yang di tempati Jeno.
