First Night

1.5K 55 0
                                    

"Tak usah risau, kita melakukannya dengan keadaan sama-sama mabuk, tak usah merasa bersalah" ucap Krystal.

Dia masih sibuk mengaitkan kancing kemejanya. Dia tersenyum simpul, tangannya mulai menguncir rambutnya ke atas. Tak dia sadari sedari tadi Kai memperhatikan dirinya. Ada tanda merah, mungkin itu bekas bercinta mereka semalam.

Krystal kemudian mengambil tas kecilnya, dia mengeluarkan sekotak rokok. Dia mengambil sebatang rokok dan mulai membakarnya. Dia menghisap dan menikmati setiap asap yang berhembus keluar dari mulutnya.

Kai yang masih belum memakai pakaian, kini menghampiri Krystal dan mengambil rokok itu. Dia kemudian menghisap rokoknya.

"Kau seorang gadis. Jadi tidak boleh merokok"

Krystal menatap datar ke arah Kai.

"Apa menurutmu hanya pria saja yang bisa merokok?"

Saat Kai ingin menjawab pertanyaan Krystal, tapi Krystal sudah terlebih dahulu membakar rokok lainnya dan mulai menghisapnya.

"Aku tak suka ada yang menganggu kesenanganku" ucapnya pelan.

Kai melirik.

"Aku mencintaimu" ucap Kai dengan menggenggam erat tangan Krystal.

Krystal terkekeh dan menggelengkan kepalanya.

"Setelah kau melakukan itu kepadaku sekarang kau mengatakan cinta? Kai. Sudahlah tak usah merasa bersalah. Kau kan tau aku wanita malam dan ini bukan pengalaman baru bagiku, bodohnya semalam aku mabuk jadi tak sempat bernegosiasi penawaran harga denganmu. Bodoh memang, tapi ya sudah anggap aja dia adalah percobaan dan gratis kau tak usah membayarnya. Aku pergi dulu, Kai. Bye"

Krystal pergi meninggalkan Kai yang masih terpaku di tempat tidurnya. Dia melihat sprei putih yang meninggalkan bercak merah.

"Apa kau yakin kau sering melakukannya, Krystal? Bukankah aku orang pertama yang menyentuhmu? Tapi mengapa kau tak mengakuinya" ucapnya pelan.

Kai kemudian mengambil kemejanya dan celanannya. Pikirannya tertuju pada kejadian semalam yang dia tak mengingatnya dengan jelas.

***

"Aawww. Mengapa perih sekali. Dasar bodoh kau, Krystal. Mengapa kau bisa kecolongan seperti itu, dasar bodoh" umpat Krystal.

Krystal bercermin di toilet itu dan melihat bekas merah yang ada di lehernya.

"Hmm sialan. Bahkan selama aku bekerja sebagai wanita penghibur aku belum pernah memberikan mahkotaku tapi kini Kai yang merenggutnya"

Krystal mendengus kesal.

Dia kemudian membasuh wajahnya dan pergi dari sana.

***

"Kai. Kau kenapa? Mengapa wajahmu kusam seperti itu, sayang?"

"Jennie. Maafkan aku"

"Maaf? Maaf untuk apa?"

"Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini, sebaiknya kita akhiri saja semuanya. Aku bukan pria yang tepat untukmu"

"Tapi Kai. Aku sangat mencintaimu dan ayah, dia juga sudah merestui hubungan kita. Bahkan dia juga sudah tidak mempermasalahkan pekerjaanmu yang hanya seorang bartender saja"

"Maafkan aku, Jennie tapi hubungan ini tak akan pernah bisa dilanjutkan. Maafkan aku, kau bisa cari pengganti yang lebih baik dariku. Bye"

Kai pergi meninggalkan Jennie.

"KAI. KAI. KAI"

Kai tak menoleh, dia pergi menghiraukan teriakan Jennie yang terus menerus memanggil namanya.

***

"Eh Kai. Tumben kau kesini?"

"Apa Krystal ada di dalam?"

Irene menggeleng.

"Kemana dia?"

"Bertemu Mommy Tiffany"

"Mau apa?"

"Entahlah"

Kai kemudian pergi dengan mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.

"Tak akan aku biarkan kau memilih jalan yang salah Krystal"

***

"Krystal. Kau itu salah satu wanita penghibur yang banyak peminatnya, mengapa kau ingin mundur dari bisnis ini, bukankah biaya hidupmu terjamin?"

"Aku jenuh mom"

"Jenuh?"

Krystal mengangguk.

"Hei Krystal. Kau nikmati saja dunia gelap ini, pasti kau akan menjadi sangat kaya nantinya"

"Tapi mom"

"Sudah. Tak ada penolakan, mom tidak mau kau mundur"

Krystal hanya mengangguk.

Dia kemudian keluar dari ruangan Tiffany dengan wajah murungnya.

Sebuah tangan menarik lengan Krystal dan membawanya pergi menjauh dari sana.

"Hei. Lepaskan"

"Ssttt. Ini aku. Kai"

Krystal hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Ada apa?"

"Kau untuk apa menemuinya? Apa kau ingin menjadi wanita malam seutuhnya yang menjajakan tubuhmu juga?"

PLAAAKKK..

Krystal menampar pipi Kai dengan sangat kencang.

"Jaga ucapanmu, Kai"

Suara Krystal terdengar gemetar dengan mata yang berkaca-kaca.

Dia kemudian meninggalkan Kai yang masih terdiam dengan memegang pipinya yang masih terasa panas.

Dia menatap tajam ke arah tubuh Krystal yang perlahan menjauh dan lenyap dari pandangannya.

"Aku tak akan pernah membiarkan kau salah jalan Krystal, aku akan selalu melindungimu"

***

"Memang siapa dia berani sekali mengatur hidupku"

Krystal terus mengoceh dan tanpa dia sadari tubuhnya hampir terjatuh tapi lengan kekar dengan sigap menangkap tubuhnya. Mata mereka saling beradu, mereka saling menatap. Krystal menyunggingkan sedikit senyuman di bibirnya, begitupun pria itu memberikan senyuman yang amat menggodanya.

"Hm. Maaf"

"Tidak apa-apa nona, tadi kau hampir terjatuh. Makanya aku buru-buru untuk menangkapmu"

"Terimakasih Tuan"

"Minhyuk. Panggil saja aku Minhyuk, dan kau?"

"Krystal. Namaku Krystal"

"Nama yang sangat indah, kau ingin kemana?"

"Kesana"

"Baiklah aku juga ingin kesana"

Krystal dan Minhyuk berjalan menuju tempat yang mereka tuju.

Kai sedari tadi memperhatikan mereka dia mengepalkan tangannya saat melihat Krystal berjalan dengan pria lain.

"Kau milikku, Krystal. Hanya milikku, tak akan aku biarkan pria lain menyentuhmu"

Tatapan matanya masih menatap tajam ke arah Krystal dan Minhyuk. Dia merasakan rasa panas di dalam hatinya saat dia melihat kebersamaan Krystal dengan pria itu.

To be continued...

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang