"Tak akan mengenal waktu, tak ada yang harus disesalkan, karena kamu adalah hidup yang aku perjuangkan"
Jeritan panjang terdengar, hingar bingar menakutkan saat teriakan ketakutan merambat hingga nyaris menusuk tulang. Hamparan debu memedihkan mata, dihembus angin yang menderu. Dunia menangis hingga menjatuhkan air dari langit. Dunia mengukir sejarah, dunia mencatat, bahwa cinta tak harus diungkapkan, sesulit apapun, sesakit apapun, dunia bercerita tentang aku, tentang kamu, tentang kita.
Yordania, abad 11
"Terlalu panas."
Suara itu memecah keheningan saat siang har. Berulang kali terdengar bisik-bisik menyetujui. Satu diantara mereka berdiam diri di sudut ruangan. Tepekur tanpa memberikan respon sedikitpun. Hampir 2 jam mereka terkurung dalam rumah-rumah berbentuk kubus yang sepertinya tak cukup menyerap panasnya matahari, seolah daging panggang yang dimasukan ke dalam oven dengan derajat tinggi. Di tengah ruangan, tape kecil berbunyi dan memberikan informasi tentang keadaan di luar sana. Aneh memang, di tengah terik matahari yang membakar kulit, kabar burung mengabarkan dunia yang dikotori dengan tindakan pembantaian.
Seseorang membuka jendela, menilik kondisi. Angin berhembus, menghantarkan debu-debu pasir yang membuat paru-paru semakin sesak, memedihkan mata. Ia terlihat susah payah menutupnya kembali. Jejak jemarinya jelas, tercetak oleh debu yang lengket dan menghitam. Kusam sekali, memenuhi tiap sudut ruangan.
Yordania, jantung peradaban kuno yang mengalami pasang surutnya dunia, diambil alih, dikendalikan. Kerajaan yang penuh dengan gurun pasir dengan sumber peradaban, kawasan Babilonia dan Kanaan, letak yang menguntungkan. Lalu lintas perdagangan dunia, diukir dalam sejarah, memperebutkan kejayaann mereka, dikendalikan kekaisaran tinggi, Persia.
Yordania, sebuah kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan. Negara yang berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur-laut, Suriah di utara dan Tepi Barat dan Israel di barat, berbagi kekuasaan atas Laut Mati. Tempat yang menguntungkan di tengah peradaban dunia. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah di ujung barat-daya, di Teluk Aqaba yang menjadi perebutan bangsa kekaisaran, dimana sebagiannya juga dikuasai oleh Israel, Mesir, dan Arab Saudi.
Gadis itu menatap nanar, Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun pasir, berdebu, kotor, tetapi, bagian barat Yordania berupa hutan dan lahan yang dipenuhi dengan hasil tanam . Ia merindunya, jemarinya terkepal menahan amarah. Dadanya bergemuruh naik turun sesak akan amarah yang tak tersampaikan.
Pemerintahan yang tak terkendali. Ia menghela napas panjang. Berjalan mondar-mandir, gelisah seolah menunggu kabar datang.
"My Queen, Anda harus--"
"Tidak akan ada yang harus Jane!"
Suara bentakan terdengar, disusul dengan suara pecahan kaca yang baru saja dihantam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Collection of Short Story
FanfictionKau akan menemukan bagaimana cinta yang manis, bagaimana masa depan yang indah, bagaimana kesakitan yang nyata dalam cerita yang berbeda-beda. -Short Story of Sera Liu-