The Trouble of Tara’s First Love
“ Ra...Tara!”
Gadis itu menoleh ketika dipanggil. Ia menghela napas berat. Kemudian beranjak pergi. Ia tak menggubris panggilan Octa, sahabatnya itu. Ia sedang dalam keadaan tidak baik. Mood-nya naik turun, terasa panas di dadanya sejak tadi. Ia memang sedikit uring-uringan hari ini oleh karena suatu sebab. Tara tetap melangkahkan kakinya, semakin panjang karena tak ingin dikejar oleh mereka. Tara mendengus sebal. Bibirnya mengerut, membentuk huruf o. Octa menyebalkan, membuatnya tengsin hari ini, batin Tara. Gadis itu menaikkan tasnya yang melorot kemudian berjalan. Wajahnya sembab. Bibirnya gemetaran. Ia memilin-milin rok abu-abunya. Ia menangis.
“Ra! Tara!”
“ Ta! gue pulang!” Sergah Tara.
Octa yang berlarian terhenti. Ia tak habis pikir Tara akan membentaknya seperti itu. Mengingat gadis itu memang sangat sembrono, tapi sepertinya Tara memang dalam keadaan marah besar, dan selama ini ia tak pernah mendengar Tara marah. Octa mengunci bibirnya. Tak ingin melanjutkan kalimatnya barusan.
“Baiklah, gue ngirim tugasnya ke e-mail nanti,” lanjut Octa, tersenyum, sedikit dipaksakan.
“Atau gue ke—“
“Ta, hari ini Lo nggak usah ke rumah. Ntar Sore gue juga nggak bakal latihan band,” sahut Tara, sedikit memelankan suaranya, dan langsung berbalik.
Gadis itu mempercepat langkahnya. Ia menuju gerbang sekolah. Keluar tanpa memandang atau melirik lagi ke arah Octa yang terbengong-bengong. Tara berjalan cepat menuju mobil jemputannya. Biasanya ia akan mengajak Octa dan Enjel untuk naik ke dalam mobilnya. Pulang bersama-sama. Tapi tidak untuk hari ini. Gadis itu marah besar. Octa termangu-mangu di depan gerbang. Ia melambaikan tangan pada Mom yang menjemput Tara, memberikan kode padanya bahwa putri mereka sedang senewen. Mobil itu membawa Tara melaju.
“Ta, kayaknya Tara beneran marah sama gue ya?” Gadis berkulit putih datang menghampiri Octa. Ia tampak sedih melihat mobil Tara yang melaju meninggalkan mereka. Ini bukan seperti biasanya. Tara adalah anak yang periang, sembrono tapi menyenangkan. Sayangnya, hari ini mungkin Tara sedikit salah paham. Enjel mendesah, ia menepuk keningnya kemudian mendesah lebih berat lagi.
Octa memandangi Enjel. Ia ikut menghela napasnya berat. Kemudian menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.
“Tara cuma salah paham Njel. Besok juga pulih,” Ucap Octa. Menghibur.
Enjel mengangguk. Wajahnya yang cantik tampak murung. Ia menghapus satu persatu pesan dari seseorang yang menyebabkannya ribut. Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Nigel?. Cowok yang ditaksir Tara. Cowok yang ditaksir Tara sejak di kelas satu hingga kelas tiga. Ditaksir mati-matian oleh sahabatnya itu, dan semuanya berakhir sia-sia. Cowok itu malah naksir Enjel.
“ Ta, kalau Tara—“
“Tara baik-baik aja. Nigel tuh yang nggak peka banget. Besok aja deh di bahas. Lo mau pulang? Jemputan? Tebengin Gue ya Njel, mama lagi sibuk nih,”mohon Octa.
“Besok gue kasih photocard Ye Sung yang lo mau kemarin. Satu ya tapi,” imbuh Octa yang kemudian mendapat anggukan oleh Enjel. Octa tersenyum lebar, ia menepuk-nepuk pundak Enjel lagi, menabahkan hati Enjel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Collection of Short Story
FanfictionKau akan menemukan bagaimana cinta yang manis, bagaimana masa depan yang indah, bagaimana kesakitan yang nyata dalam cerita yang berbeda-beda. -Short Story of Sera Liu-