05 (Mimpi)

97 12 0
                                    


Jangan lupa Vote, Follow, and Comment ya !!!
Jangan jadi Siders ya'(

Happy Reading My Readers ....

.
.

****

~Aku harus bagaimana? Bahagia ketika kamu hadir di mimpiku atau justru takut dengan mimpi yang ku dapat? Sungguh lima jari dan kepala itu masih terbayang di depan mataku. Aku takut!!
_Arlana Meyra Salsabilla_

****

.
.
.
.
.

******

Ana berada di teras rumahnya ditemani Dzarlan. Mereka duduk bersebelahan di atas teras tanpa alas. Dingin nya teras dan hempasan angin malam terasa tak mengganggu kebersamaan mereka. Bukan Ana tak mempersilahkannya masuk ke rumah. Tapi Dzarlan yang menginginkan keadaan seperti ini.

Malam ini Dzarlan menemui Ana di rumahnya. Hanya sekedar menyapa. Karena tak setiap saat Dzarlan bisa menemui Ana, kesibukan membuat mereka kadang tak punya waktu untuk bersama.

Ketika sedang bercanda. Ana mendongak, menatap langit malam itu. Di samping keindahan bulan yang terang, ia malah melihat kuntilanak yang sedang terbang melewati rimbunnya pohon di depan rumah Ana.

Ana sontak ketakutan dan menggenggam tangan Dzarlan dengan erat. Jelas Dzarlan bingung dengan gerakan Ana yang tiba-tiba.

Dzarlan menaikkan sebelah alisnya, "Kamu kenapa, Na?" tanya Dzarlan

Ana menatap Dzarlan dengan sorot mata ketakutan, "Liat ke atas langit, Lan," titah Ana

"Ada apaan sih?" Dzarlan menatap langit malam kala itu. Ia rasa bulan yang hadir menambah keindahan langit, namun ia merasa aneh dengan Ana yang tampak begitu ketakutan. "Di langit ada bulan, Na. Sinarnya indah banget, bikin tenang. Kayak aku pas lagi sama kamu," lanjut Dzarlan

Bukannya merasa tersipu dengan ucapan Dzarlan. Ana justru semakin mempererat genggaman tangannya pada Dzarlan. "Bukan itu, Lan. Coba liat ke sebelah kiri deket pohon itu," titah Ana lagi.

Dzarlan menuruti apa yang Ana suruh. Alangkah terkejutnya Dzarlan, ketika ia melihat juga sosok kuntilanak tengah melayang di langit sana. Sontak Dzarlan menutup kedua mata Ana dengan tangannnya. "Tenang, Na!! Gak bakalan ada apa-apa. Jangan takut, ada aku di sini," ujar Dzarlan menenangkan.

Yang dirasakan Ana jelas rasa takut yang luar biasa. Baru kali ini ia melihat sosok gaib bernama kuntilanak selain di film horror. Ana menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Dzarlan.

Dzarlan membacakan ayat-ayat al-qur'an. Dalam beberapa menit kemudian kuntilanak itu menghilang.

Laki-laki bertubuh tegap itu berbalik, menatap gadis yang tengah tertunduk itu. "Udah gak ada kok. Coba liat!!" titahnya pada gadis di hadapannya.

Ana menggeleng, "Gak mau. Takut, Lan," sahut Ana. Dzarlan terkekeh mendengarnya.

"Coba deh buka mata!!" titah Dzarlan lagi.

Ana membuka matanya dan ia terkejut sekaligus malu. Sebab wajah Dzarlan tak jauh dari wajahnya. Ia malu sebab ia masih ketakutan dan Dzarlan tentunya melihat Ana saat ini.

Sungguh saat ini dia ingin menghilangkan Dzarlan dari hadapannya, ia malu terlihat sedang ketakutan di depan laki-laki itu. Jangan ditanya lagi, bahkan adanya Dzarlan pun sudah membuat jantung Ana terlalu cepat. Ini tidak baik bagi kesehatan jantungnya, ia sedang diam dan tidak berlari.

DIAFORETIKA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang